FORMULA EDIBE FILM EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP BAKTERI Klebsiella penumoniae DAN Staphyolococcus aureus

Fitri Yani Syarifah, Dina Mulyanti, Sani Ega Priani

Abstract


Halitosis merupakan keadaan bau nafas tidak sedap yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif dan Gram positif yang menghasilkan gas Volatile Sulfur Compounds (VSCs), seperti Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus aureus. Biji pepaya (Carica papaya L.) diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram negatif dan Gram positif. Gangguan halitosis diantaranya dapat diatasi dengan sediaan edible film yang berupa lapisan tipis yang dapat dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula edible film mengandung ekstrak biji pepaya yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri K. pneumoniae dan S. aureus. Ekstraksi biji pepaya dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%, dan penentuan aktivitas antibakteri dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar pada konsentrasi 1,5,10, dan 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji pepaya konsentrasi 1% memiliki aktivitas antibakteri terhadap K. pneumoniae dan S.aureus masing-masing sebesar 18,57±7,13 mm dan 9,5±4,01 mm. Formula edible film mengandung ekstrak biji pepaya 1%, pati jagung 3%, HPMC 3%, sorbitol 5%, dan zat tambahan lain dengan penambahan perasa jeruk dan teh hijau. Formula tersebut memiliki aktivitas antibakteri terhadap K. pneumoniae dan S. aureus masing-masing sebesar 3,67±1,25 mm dan 7,3±0,057 mm, serta telah memenuhi persyaratan farmasetika berdasarkan pengujian parameter-parameter edible film. Sediaan yang lebih disukai oleh panelis adalah dengan perasa jeruk.


Keywords


Halitosis, Biji pepaya (Carica papaya L.), Edible film

References


Amaliya, R.R., Putri, W.D. (2014). Karakterisasi edible film dari pati jagung dengan penambahan filtrat kunyit putih sebagai antibakteri [jurnal ilmiah], Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya, Malang.

Anonim. (1998). Tanaman obat keluarga toga 1, Kanisius, Yogyakarta.

Arifin, M.F., Nurhidayati, L., Syarmalina, dan Rensy. (2009). Formulasi edible film ekstrak daun sirih (Piper betle L.) sebagai antihalitosis [jurnal ilmiah], Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta.

Attia, E.L., and K.G. Marshall. (1982). Halitosis, Review article, Scientific Section CMA Journal, vol.126, June; (1) : (p)1281-1285

Brooks, G.F., J.S. Butel, dan Ornston, L.N. (1996). Mikrobiologi Kedokteran. Ed.20, Alih Bahasa Edi Nugroho, R.F. Maulany, EGC. Jakarta.

Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants, Columbia University Press, New York. pp.Xiii-Xviii

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III, Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Farnsworth,N.R. (1966). ‘Biological and Phytochemical Screening of Plants’, Journal of Pharmaceutical Sciences, March, Vol. 55, No. 3.

Handayani, Y. (2003). Aktivitas antibakteri ekstrak biji beberapa varietas pepaya (carica papaya Linn.) terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, E.coli dan Pseudomonas aeruginosa [skripsi], Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Harmely, F., C. Deviarny, W.S. Yenny. (2014). Formulasi dan evaluasi sediaan edible film dari ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.) sebagai penyegar mulut [jurnal ilmiah], Fakultas Farmasi, Sekolah Tinggi Fakultas Farmasi Indonesia Yayasan Perintis, Padang.

Kalie, M.B.(1996) Bertanam pepaya, Edisi revisi, PT Penebar Swadaya, Jakarta.: hal.123-30.

Krochta, J.M., C.Mulder-Johnston. (1992). Edible and biodegradable polymer films: Challenges and opportunities. Food Technol, 51(2):61-74.

Martiasih, M., B. Boy Rahardjo Sidharta, P. Kianto Atmodj. (2014). Aktivitas antibakteri biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes [Karya Ilmiah], Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

McDowell J.D., Denise K. Kassebaum. (1993). Diagnosing and treating halitosis, JADA research vol. 124, july 1993;(p):55-64.

Meriyuki, L. M. (2013). Aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya terhadap E.coli dan S.aureus, Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol.2 No.2, Universitas Surabaya.

Morrissey, J. P., & Osbourn, A. E.(1999). Fungal resistance to plant antibiotics as a mechanism of pathogenesis, Microbiology and Molecular Biology Reviews.: 63, 708–724.

Mustaqimah, D.N.(2003). Bakteri yang Berkaitan dengan Halitosis, Jurnal Dentofasial, 1(l): 82.

Nito (2009). Khasiat Buah Pepaya. (http:www.conectique.com.), diakses 20 Desember 2014.

Purbasari, C. (2011). Uji aktivitas Antibakteri ekstrak etanol biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes) dengan metode difusi agar [skripsi], Program Studi Farmasi, Universitas Islam Bandung.

Rahmawati, D. (2009). Pengaruh vaksinasi kultur klebsiella pneumoniae hasil inaktivasi pemanasan dan iradiasi sinar gamma terhadap kondisi fisik serta profil protein serum darah mencit [skripsi], Program studi farmasi, fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan, UIN syarif Hidayatullah, Jakarta.

Robertson, G.L. (2013). Food packaging: principles and practice ed.III. CRC Press New York.

Rostinawati, T. (2009). Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar, penelitian mandiri, Fakultas farmasi,Universitas padjadjaran, Bandung.

Rowe, R.C., Sheskey P.J., & Quin, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., PharmaceuticalsPress, WashingtonD.C. (p):663-665

Santoso, H. (1991). Tanaman Obat Keluarga, Cetakan 1, Teknologi Tepat guna, Jakarta: hal. 59, 61-62

Satriyasa, B. K. dan Pangkahila, W., 2010. Fraksi heksan dan fraksi metanol ekstrak biji pepaya muda menghambat spermatogonia mencit (Mus Musculus) jantan. Jurnal Veteriner. Denpasar-Bali. 11 (1):37-39

Sondang, P., Hamada, T.(2008). Menuju Gigi dan Mulut Sehat Pencegahan dan pemeliharaan, USU press, Medan.

Storehagen, S., Nanna Ose og Shilpi Midha. (2003). Dentifrices and mouthwashes ingredients and their use, Institut for klinisk odontology, Universitetet I oslo.

Sukadana, I,M., Santi, S, R, dan Juliarti, N, K. (2008). Aktivitas antibakteri senyawa golongan triterpenoid dari biji pepaya (Carica papaya L.), Jurnal Kimia 2 (1): 2.

Villegas, V. N. (1992). Carica papaya L. In: Verheij, E.W.M. & Coronel, R.E.(eds.) : Plant Resources of South East – Asia o.2 Edible fruits and nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp.: 106-112

Wallace, R. J.(2004). Antimicrobial properties of plant secondary metabolites, Proceedings of the Nutrition Society; 63,621–629.

Warisno. (2003). Budidaya Pepaya, Kanisius, Yogyakarta: hal. 15-18.

Widagdo, Y. dan Suntya K. (2008). Volatile sulfur compounds sebagai penyebab halitosis, karya ilmiah, Fakultas Kedokteran gigi, Universitas Mahasaraswati, Denpasar.

Yismaw G, Tessema B, Mulu A, Tiruneh M. (2008). The in–vitro assessment of antibacterial effect of papaya seed extract against bacterial pathogens isolated from urine, wound and stool. Ethiop Med Journal; 46: 71–77.

Zurcher, Andrea, Marja L. Laine, and Andreas Filippi.(2014). Diagnosis, prevalence, and treatment of Halitosis, Curr Oral Health Rep 2014.1:279-285.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.1963

Flag Counter    Â