Efek Infus Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa dan 2 Jam Post Prandial Mencit Model Diabet

elsa nurfiani khairunnisa, Herri S Sastramihardja, Santun Bhekti

Abstract


Pengobatan diabetes melitus (DM) cukup kompleks, sehingga diperlukan alternatif terapi untuk penderita diabetes. Alternatif pengobatan yang bisa digunakan adalah tanaman obat tradisional. Salah satu tanaman obat tradisional yang dapat digunakan sebagai obat antidiabetes adalah belimbing wuluh yang mengandung flavonoid dan saponin sebagai zat antidiabetik. Tujuan penelitian ini untuk menilai efek pemberian infusa buah belimbing wuluh dalam menurunkan glukosa darah puasa (GDP) dan 2 jam post prandial (2PP).

Penelitian yang telah dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan acak lengkap terhadap 28 ekor mencit galur Swiss Webster yang terbagi 4 kelompok: kelompok I (pakan standar, aloksan, akarbosa 0,13 mg), kelompok II,III dan IV (pakan standar, aloksan, infusa buah belimbing wuluh 0,252 g/ 20 g BB, 0,504 g/ 20 g BB, dan 0,756 g/ 20 g BB). Pengukuran dilakukan setelah masa adaptasi, setelah induksi aloksan dan setelah 7 hari perlakuan.

Hasil penelitian setelah dilakukan uji Anava dengan nilai signifikan < 0.05 (0.017 < 0.05), sehingga menunjukan bahwa infusa buah belimbing wuluh dosis 0,252 g/ 20 g BB, 0,504 g/ 20 g BB, dan 0,756 g/ 20 g BB menurunkan kadar GDP dan 2PP secara signifikan. Uji lanjut Anava yaitu uji Duncan menunjukan  bahwa Infusa buah belimbing wuluh dosis 0,756 g/ 20 g BB dapat menurunkan glukosa darah sebesar 123,33 sehingga merupakan dosis efektif dalam menurunkan kadar GDP dan 2PP. Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa infusa buah belimbing wuluh dapat menurunkan kadar GDP dan 2PP.

 

 


Keywords


diabetes melitus, infusa belimbing wuluh

References


Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus. 2013;4(4):46–57.

Cheng AYY. Introduction Canadian diabetes association clinical practice guidelines expert committee. Can J Diabetes. 2013.

WHO. Prevalence of diabetes in the WHO South-East Asia Region. 2000. [Diunduh 2 Januari 2015]; Tersedia dari:

http://www.who.int/diabetes/facts/world_figures/en/index5.html.

EM Sutrisna, Ernawati S, Mulyadin, Agung SP. Uji praklinis efek hipoglikemik belimbing wuluh dan daun tapak dara. 2012;13(1):2006–9.

Cheeke PR. Nutritional and physiological implication of saponins. Can J Anim Sci. 2012;632(2966):621–32. Downloaded from: pubs.aic.ca.

Najafian M, Azadeh Ebrahim-Habibi, Parichehreh Y, Kazem P,Bagher L. Core structure of flavonoids precursor as an antihyperglycemic and antihyperlipidemic agent: an in vivo study in rats. Actabp. 2010;57(4):553–60.

Pushparaj PN. Evaluation of the anti-diabetis properties of Averrhoa bilimbi in animals with experimental diabetes mellitus [dissertation]. Singapore: National University of Singapore; 2004.

Chandra S. Pengaruh pemberian ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus wistar yang di induksi aloksan. Semarang: Universitas Diponegoro; 2012.

Nijveldt RJ, Els N, Danny EC., Petra G., Klaske van Norren, paul AM. Flavonoid: a review of probable mechanism of action and potential application. Am J Clin Nutr. 2001;74:418-25. Downloaded from: ajcn.nutrition.org.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.1107

Flag Counter    Â