Dyadic Coping pada Pasien Penderita Tuberculosis (TB) di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung
Abstract
Abstract.Tuberculosis (TB) is an infectious disease transmitted through the air pathway. The risk of transmission of TB is greater in families who live in one roof, especially couples who sleep in one bed. TB treatment requires adherence to the rules of taking medication, controlling the doctor, and maintaining a lifestyle such as hygiene. This requires cooperation between husband and wife. Plus, stress on concerns about the success of treatment or the risk of transmitting to partners. For this reason, every individual needs coping. In a married couple, coping by an individual will affect their partner. Bodenmann (1997, 2005) discusses coping  done for couples, namely dyadic coping, which means an effort made by one or both partners to deal with a stressful situation, where the effort is an interactional pattern consisting of tension between the two partners. The purpose of this study was to see a picture of dyadic coping in couples with TB in BBKPM Bandung. The research method used was a descriptive study with a subject of 31 people. The research instrument used a dyadic coping Bodadmann questionnaire, the  Dyadic Coping Inventory from Bodenmann (2008) which translated 37 items. The validity and reliability of the DCI measuring instrument is 0.931. The results obtained showed that most TB patients and their partners rarely used or felt dyadic coping with a percentage of 77.42%. Two aspects of dyadic coping that is most often used or felt by subject is supportive dyadic coping and delegated dyadic coping. As well as, dyadic coping in this study is more felt by the subject than the partner used by themselves.
Keywords: Dyadic Coping, Couples, Tuberculosis.
Abstrak. Penyakit Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang jalur penularannya melalui udara. Risiko penularan TB lebih besar terjadi pada keluarga yang tinggal satu atap, terutama pasangan suami istri yang tidur satu ranjang. Pengobatan TB memerlukan kepatuhan terhadap aturan minum obat, kontrol ke dokter, dan menjaga gaya hidup seperti kebersihan. Hal tersebut membutuhkan kerjasama antara suami istri. Ditambah adanya, stres terhadap kekhawatiran akan keberhasilan pengobatan atau risiko menularkan kepada pasangan. Untuk itulah setiap individu membutuhkan coping. Pada pasangan suami istri, coping yang dilakukan individu akan berpengaruh terhadap pasangannya. Bodenmann (1995) membahas mengenai coping  yang dilakukan pasangan, yaitu dyadic coping, yang artinya pola interaksi yang mempertimbangkan adanya ketegangan yang mempengaruhi salah satu pasangan atau keduanya, dan juga usaha yang digunakan oleh salah satu pasangan atau kedua pasangan untuk menghadapi situasi stres. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran dyadic coping pada pasangan penderita TB di BBKPM Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan subjek sebanyak 31 orang. Alat ukur penelitian menggunakan kuesioner dyadic coping Bodenmann, Dyadic Coping Inventory dari Bodenmann (2008) yang diterjemahkan sejumlah 37 item. Validitas dan reliabilitas alat ukur DCI sebesar 0,931. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar pasien TB dan juga pasangannya jarang menggunakan atau merasakan dyadic coping dengan persentase 77,42%. Dua aspek dyadic coping yang paling sering digunakan atau dirasakan oleh pasangan adalah supportive dyadic coping dan delegated dyadic coping. Serta, dyadic coping dalam penelitian ini lebih banyak dirasakan subjek dari pasangannya daripada yang digunakan oleh diri sendiri.
Kata Kunci: Dyadic Coping, Pasangan Menikah, Tuberculosis
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aggarwal, A. N., et al. 2013. Assessment of Health-Related Quality of Life in Patients with Pulmanory Tuberculosis under Programme Conditions. The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease, 17(7), 947-953.
Bodenmann, G. 1995. A Systemic-Transactional Conceptualization of Stress and Coping in Couples. Swiss Journal of Psychology, 54(1), 34-49.
Bodenmann, G. 1997. Dyadic Coping: A Systemic-Transactional View of Stress and Coping Among Couples: Theory and Empirical Findings. European Review of Applied Psychology, 47, 137-140.
Bodenmann, G. 2005. Dyadic Coping and Its Significance for Marital Functioning. In T. Revenson, K. Kayser, & G. Bodenmann (Eds.), Couples Coping with Stress: Emerging Perspectives on Dyadic Coping (pp. 33-50). Washington, DC: APA.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Bakti Husada.
Saraswati, Wiji. 2012. Gambaran Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Klien Tuberculosis Paru yang Berobat di Poli Paru Peskesmas Kecamatan Jagaraksa. Skripsi. Universitas Indonesia.
Setyorini, S. A. 2012. Hubungan Antara Individual Coping, Dyadic Coping, dan Kepuasan Pernikahan pada Penderita Penyakit Kronis. Skripsi, Universitas Indonesia.
www.lung.org/lung-health-and-disease/living-with-tuberculosis.htm diakses pada 7 Desember 2018
www.who.int/features/qa/08/en/ diakses pada 7 Desember 2018
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.14228
  Â