Studi Deskriptif Penyesuaian Diadik Pasangan Ta'aruf di Majlis Ta'lim X Cimahi

Shafira Rizkifauzia, Indri Utami Sumaryanti

Abstract


Abstract. Introductory period is important for marital adjustment, which we usually known as dating. Puspitasari and Satiningsih (2014) found that cuples who marry young on their own accord had the best marital adjustment compared by couples who marry young because of premarital pregnancy and matchmaking, and it caused by dating process which made them having time to known each other before committing in marriage life. But in Islam, Muslims are not allowed to entwaine romantic relation with before marriage, so Majlis Ta’lim X Cimahi facilitate ta’aruf for those who are getting married. Spanier (Rumondor, 2011) conseptualize marital adjustment as dyadic adjustment, is a continuum process which can be evaluated as well-adjusted or maladjusted. The purpose of this research is to having empirical data about dyadic adjustment of ta’aruf couple in Majlis Ta;lim X Cimahi. This is a populative study so it used all 17 couples in Majlis Ta’lim X Cimahi (34 subjects) as population. This research was using translated version of Spanier’s Dyadic Adjustment Scale which has been adjusted to the phenomenon, and then examined it’s validity and reliability by SPSS. The results showed 34 respondents (100%) had a good marriage (well-adjusted). The highest dimension is dyadic consensus and dyadic satisfaction with a percentage of 100%, followed by dyadic cohesion and affective expression with a lower score of 91.18%. Related to the couples in Majlis Ta'lim X Cimahi able to refute the basic interests of the household, satisfied happily with his marriage, share interests with their partner, and be able to choose love for their partners.

Keywords: marital adjustemn, dyadic adjustment, ta’aruf

Abstrak. Masa perkenalan merupakan hal penting bagi penyesuaian pernikahan individu, yang mana metode yang sering digunakan adalah pacaran. Penelitian Puspitasari dan Satiningsih (2014) menemukan bahwa pasangan yang menikah muda atas keinginan sendiri memiliki penyesuaian pernikahan terbaik jika dibandingkan pasangan yang menikah muda karena kehamilan pra-nikah dan perjodohan, yang mana hal ini disebabkan pasangan yang menikah muda atas keinginan sendiri mengalami proses pacaran sehingga memiliki waktu untuk mengenal satu sama lain sebelum akhirnya berkomitmen untuk menikah. Namun dalam agama islam, relasi romantis antara perempuan dan laki-laki sebelum menikah tidak diperkenankan, sehingga Majlis Ta’lim X Cimahi memfasilitasi ta’aruf bagi pemuda yang hendak menikah. Spanier (dalam Rumondor, 2011) mengonsepkan penyesuaian pernikahan sebagai penyesuaian diadik, yaitu proses yang bergerak dalam kontinum yang dapat dievaluasi sebagai penyesuaian yang baik atau penyesuaian yang buruk. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data empiris gambaran penyesuaian diadik pasangan ta’aruf di Majlis Ta’lim X Cimahi. Karena penelitian ini merupakan studi populasi, maka populasinya adalah seluruh pasangan di Majlis Ta’lim X Cimahi yang berjumlah 17 pasangan (34 responden). Instrumen penelitian menggunakan Dyadic Adjustment Scale dari Spanier yang peneliti alihbahasakan, disesuaikan dengan fenomena yang peneliti temukan di lapangan, kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan 34 responden (100%) memiliki penyesuaian pernikahan yang baik (well adjusted). Dimensi tertinggi adalah dyadic consensus dan dyadic satisfaction dengan persentase 100%, diikuti dyadic cohesion dan affectional expression dengan skor lebih rendah yaitu persentase 91,18%. Artinya pasangan di Majlis Ta’lim X Cimahi mampu menyepakati kepentingan-kepentingan dasar dalam rumah tangga, merasa bahagia dengan pernikahannya, berbagi minat dan kepentingan bersama pasangannya, dan mampu menunjukkan kasih sayang kepada pasangannya.

Kata kunci : penyesuaian pernikahan, penyesuaian diadik, ta’aruf

Keywords


penyesuaian pernikahan, penyesuaian diadik, ta’aruf

Full Text:

PDF

References


Akbar, E. (2015). Ta'aruf dalam Khitbah Perspektif Syafi'i dan Ja'fari. Musawa, 55-65.

Anjani, C. dan Suryanto. (2006). Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal. Insan, 198-210.

Fenilia, S. (2012). Proses Ta'aruf Pasca Menikah pada Pasangan Kader Partai Keadilan Sejahtera. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Graham, J. M., Liu, Y. J., dan Jeziorski, J. L. (2006). The Dyadic Ajustment Scale : A Reliability Generalization Meta-Analysis. Journal of Marriage and Family, 701-717.

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Indrawati, E. S., dan Fauziah, N. (2012). Attachment dan Penyesuaian Diri dalam Perkawinan. Jurnal Psikologi Undip, 40-49.

Khairani, M., Rachmatan, R., Sari, K., Sulistyani, A., dan Soraiya, P. (2016). Kebersyukuran dan Kepuasan dalam Pernikahan : Sebuah Tinjauan Psikologis pada Wanita Dewasa Muda. Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 77-87.

Khusna, A. dan Wahyuningsih, H. (2007, Agustus 11). Kualitas Perkawinan Individu yang Menikah Tanpa Pacaran (Coutship Model). Psikologika, 133-145.

Martyastanti, D. (2009). Penyesuaian Diri dalam Pernikahan pada Pasangan yang Dijodohkan. Surakarta: Univrsitas Muhammadiyah.

Noor, H. (2009). PSIKOMETRI Aplikasi Dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Bandung: Jauhar Mandiri.

Prabowo, G. (2017). Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan Suami Istri yang Istrinya Berusia Lebih Tua dari Suami di Purwokerto. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah.

Prouty, A. M., Markowski, E. M., dan Barnes, H. L. (2000). Using the Dyadic Adjustment Scale in Marital Therapy: An Exploratory Study. The Family Journal : Cunseling and Therapy for Couples and Families, 250-257.

Puspitasari, J. R. dan Satiningsih. (2014). Perbedaan Penyesuaian Pernikahan pada Pasangan yang Menikah Muda. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 45-51.

Rahayu, M. S. (2011). Diktat Metodologi Penelitian 1. Bandung: Universitas Islam Bandung.

Rossalia, N. dan Priadi, M. A. G. (2018). Conflict Management Style pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Bersama Mertua. Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA, 35-50.

Rumondor, P. C. (2011, Agustus 11). Gambaran Penyesuaian Diadik pada Pasangan Dewasa Muda di Awal Pernikahan. Humaniora, 468-476.

Saputro, R. H. (2017, Juli 19). Kasus Perceraian Terbanyak di Kota Bandung Karena Masalah Ekonomi. Retrieved April 22, 2018, from TribunJabar.id: http://jabar.tribunnews.com/2017/07/19/kasus-perceraian-terbanyak-di-kota-bandung-karena-masalah-ekonomi

Silalahi, U. (2015). Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: PT. Refika Aditama.

Spanier, G. B. (1972). Romanticism and Marital Adjustment. Journal of Marriage and Family, 481-487.

Sugiyono, D. R. (2000). Metode Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Swadiana, S. R. (2014). Penyesuaian Perkawinan pada Istri yang Menjalani Commuter Marriage. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sylva, C. C. (2014). Penyesuaian Perkawinan pada Istri yang Menikah dengan Perbedaan Usia (Usia Istri Lebih Tua dari Suami). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wicana.

Undang-undang Republik Indonesia. (1974). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Jakarta, Jawa Tengah, Indonesia: Yayasan Peduli Anak Indonesia.

Wahyuningsih, H. (2002). Perkawinan: Arti Penting, Pola dan Tipe Penyesuaian antar Pasangan. Psikologika, 14-24.

Wibisana, W. (2016). Pernikahan dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta'lim, 185-193.

Wilson, M. R., dan Filsinger, E. E. (1986). Religiosity and Marital Adjustment : Multidimensional Interrelationship. Journal of Marriage and Family, 147-151




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.14194

Flag Counter    Â