Perbedaan Sensation Seeking pada Pendaki Laki-Laki Berusia Remaja yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Organisasi Pecinta Alam
Abstract
Abstract. Some theories reveal that the behavior of breaking the rules while climbing in adolescent males is influenced by high sensation seeking,it caused a lot of accidents during the climb. According to some studies, auch violating behavior can be reduced by following a climbing organization, but the phenomenon that occurs on climbers who follow the organization still have an accident due to impulsive behavior while climbing. This study aims to determine differences in the sensation of mountain climbers in terms of groups that follow the organization and do not follow the organization of climbers. This research is a quantitative research. Subjects were 89 people divided into two groups: 42 male climbers who joined the organization and 47 male climbers who did not follow the organization. The sampling technique used is simple random sampling. The research data was taken using sensation seeking scale consisting of 30 iten valid (p>0.3) and declared pass the selection of power discrimination item premises alpha cronbach coefesien 0,987. Based on the difference test using independent t test obtained t value t= 0.000 (p<0,005). These results indicate that there are significant differences in sensation seeking in adolescent male climber who follow and do not follow the climbers organization.
Keywords: Sensation Seeking, Mountainers, Comparative Research
Abstrak. Beberapa teori mengungkapkan bahwa perilaku melanggar peraturan saat pendakian pada laki-laki berusia remaja dipengaruhi oleh Sensation Seeking yang tinggi, hal tersebut yang menyebabkan banyak terjadi kecelakaan saat pendakian. Menurut beberapa penelitian, perilaku melanggar tersebut dapat diminimalisir dengan mengikuti organisasi pecinta alam, namun fenomena yang terjadi pada pendaki yang mengikuti organisasi tetap mengalami kecelakaan akibat perilaku impulsifnya saat mendaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sensation seeking pendaki gunung ditinjau dari kelompok yang mengikuti organisasi dan yang tidak mengikuti organisasi pecinta alam. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Subjek penelitian berjumlah 89 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 42 pendaki laki-laki berusia remaja yang mengikuti organisasi pecinta alam dan 47 pendaki laki-laki berusia remaja yang tidak mengikuti organisasi pecinta alam. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Data penelitian diambil menggunakan skala sensation seeking terdiri dari 30 item yang valid (p>0,3). dinyatakan lolos seleksi daya diskriminasi item dengan koefisien alpha cronbach 0,987. Berdasarkan uji perbedaan menggunakan uji independent t-test diperoleh nilai t = 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan sensation seeking pada pendaki laki-laki berusia remaja yang mengikuti dan tidak mengikuti organisasi pecinta alam.
Kata kunci: Sensation Seeking, Pendaki, Studi Komparatif
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ackerman, H. (2007). Sensation Seeking behavior. England: Da Capo Press.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. In S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (p. 12). Jakarta: Rineka Cipta.
Awkila. (2016). Gambaran Sensation Seeking pada Pendaki Gunung. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana .
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gustami, A. (2017). Wanadri. Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri, 1.
Haryadi. (2010). Bersama Alam Kami Berhimpun. Malang: YEPE.
Ichwan, M. (2012). Pengaruh Sensation Seeking dan Persepsi Resiko Terhadap Pengambilan Keputusan Melanggar Lampu Merah Pada Pengemudi Sepeda Motor Berusia Remaja di Jakarta. Depok: Universitas Indonesia.
Isti. (2017). Jalur Pendakian Tersulit. Jalur Pendakian Tersulit, 1.
Muhid. (2010). Analisis Statistika. Surabaya: Duta Aksara.
Nazir. (2005). Metode Penelitian. In Nazir, Metode Penelitian (p. 58). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Noor, A. (2009). Management Event. Bandung: Alfabeta.
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen. Jakarta: Salemba Medika.
Sadewa, Y. (2012). Kematangan Emosi Pada Pendaki Gunung Ditinjau dari Jenis Kelamin. Kematangan Emosi Pada Pendaki Gunung Ditinjau dari Jenis Kelamin, 5.
Santrock, H. &. (1999). Psychology : contexts & applications. Boston: McGraw-Hill College.
Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba 4.
Silalahi, U. (2005). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.
Soeherman. (2008). Geografis Indonesia . Bandung: Erlangga.
Sudrajat, S. &. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Zuckerman, M. (2007). Behavioral Expressions and Biosocial Bases of Sensation Seeking 1st Edition. Washington DC: American Psychological Asociation.
Zuckerman, M. (2007). Sensation Seeking. America: American Psychological Association.
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.11291
  Â