Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di SLB-BCD Pancaran Iman Bandung

Salika Aryandi Putri, Indri Utami Sumaryanti

Abstract


Abstract. Extraordinary school is a school categorized for deafness students, intellectual disability, orthopedic impairment, nonetheless in this school there also autism and emotional disturbance. Students in this school mostly have an abberation of intellectual or called low intelligence. Teachers in this school are mostly honorary. During the learning process the teacher got any problems, such as the teacher need too teach one class that have students with difference disabilities. So, teacher who thaught the students aren’t  have basic skills and difficultly to pay attend to their students. Other than that, the lowest ability and severe ability of the students, difficult to communicate and interact with the students. The students won’t to keep up of the lesson, and understanding of parenting that affects the behavior of students in schools, so the things that has been taught by the teacher does not settle in the students. Some of teacher regard the troubles that faced is a challenge, but some of teacher too regard that the troubles that faced become problems that hard to handle. Regard of teachers about face the difficult things described adversity quotient. This research aims to obtain empirical data about adversity quotient and factor that affect adversity quotient on the teachers in SLB-BCD Pancaran Iman Bandung. Method that used is descriptive study with 10 teachers as population. Instrument measurement that used is Adversity Response Profile from Paul G. Stoltz (2004). The result of this research showed 10% teachers are in category high adversity quotient (climbers) which influenced by education factor, 60% teachers are in category middle adversity quotient (campers) which influenced by genetic factor, 30% teachers are in category low adversity quotient (quittera) which influenced by character and soundness factor. So the conclusion is most of teacher has been quite persistent with the challenge that faced and utilizing most of the potential that can be won, and still show some initiative and enthusiasm.

Keywords: Adversity Quotient, Teacher, Extraordinary school

Abstrak. Sekolah Luar Biasa ini merupakan sekolah yang dikategorikan bagi siswa tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa, namun juga terdapat siswa autis dan tunalaras. Siswa yang berada di sekolah ini mayoritas memiliki klasifikasi gangguan atau kecerdasan pada taraf terendah. Sebagian besar guru di sekolah ini merupakan guru honorer. Dalam melakukan proses pembelajaran, guru merasakan adanya kesulitan, seperti dalam satu kelas mengajar siswa dengan kebutuhan khusus yang berbeda-beda, sehingga guru mengajar siswa yang bukan dari keahliannya (basic) dan sulit membagi perhatian kepada siswanya. Selain itu, kesulitan lain yang dirasakan, yaitu kemampuan terendah dan kemampuan fisik yang berat dari siswa, sulitnya menyampaikan komunikasi dan berinteraksi dengan siswa, siswa tidak mau mengikuti pelajaran, dan pemahaman pola asuh orang tua yang berdampak pada perilaku siswa di sekolah sehingga yang telah diajarkan oleh guru tidak menetap pada siswa. Beberapa guru mamandang kesulitan yang dihadapi sebagai sebuah tantangan, terdapat juga yang memandang sebagai masalah yang sulit untuk diselesaikan. Pandangan guru dalam menghadapi kesulitan dan kemampuannya dalam menghadapi kesulitan menggambarkan Adversity Quotient. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris mengenai adversity quotient dan faktor yang mempengaruhi adversity quotient pada guru di SLB-BCD Pancaran Iman Bandung. Metode yang digunakan adalah studi deskriptif dengan populasi sebanyak 10 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Adversity Response Profile dari Paul G. Stoltz (2004). Hasil penelitian menunjukkan 10% guru berada pada kategori dengan adversity quotient tinggi (climbers) dengan faktor yang mempengaruhinya adalah faktor pendidikan, 60% guru berada pada kategori dengan adversity quotient sedang (campers) dengan faktor yang mempengaruhinya adalah faktor genetika, dan 30% guru berada pada kategori dengan adversity quotient rendah (quitters) dengan faktor yang mempengaruhinya adalah faktor kesehatan dan karakter. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru guru-guru ini sudah cukup bertahan dengan tantangan-tantangan yang dihadapinya dan memanfaatkan sebagian besar potensi yang yang dimilikinya, serta masih menujukkan sejumlah inisiatif dan semangat.

Kata Kunci: Adversity Quotient, Guru, Sekolah luar Biasa


Keywords


Adversity Quotient, Teacher, Extraordinary school

Full Text:

PDF

References


Anas, M & Fatimaningsih, E. (2013). Pola Pendidikan Bagi Anak-Anak Penyandang Cacat Mental (Studi di SLB Dharma Bakti Kelurahan Beringin Raya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung). Universitas Lampung

Eliska. (2016). Gambaran Adversity Quotient Pada Guru Kelas Akselerasi di SD Ar Rafi’ Bandung. Universitas Islam Bandung

Fadillah, R. (2017). Studi Deskriptif Adversity Quotient Pada Relawan Rumah Belajar Sahaja Ciroyom. Universitas Islam Bandung

Mahmudah, R. (2012). Hubungan Antara Locus Of Control dengan Perilaku Prososial Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Noor, H. (2012). Psikometri. Bandung. Jauhar Mandiri

Putri, R. A. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient Pada Guru SLB-C Islam Di Kota Bandung. Universitas Islam Bandung

Roihah, A. I. H. (2015). Efektifitas Pelatihan Incredible Mom Terhadap Peningkatan Sikap Penerimaan Orangtua Dengan Kondisi Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahin Malang

Santos, Maria Cristina. J. (2012). Assessing The Effectiveness Of The Adapted Adversity Quotient Program In A Special Education School. De La Salle University

Santrock, John. W. (2012). Life Span Development- 13th ed. Jakarta. Erlangga

Stoltz, P. G. (2005). Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta. PT. Grasindo

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung. CV. Alfabeta

_______. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. CV. Alfabeta

Tarigan, Y. B. R. (2013). Penilaian Wisatawan Terhadap Fasilitas Pariwisata Wana Wisata Ciwangun Indah Camp Kabupaten Bandung Barat. Universitas Pendidikan Indonesia

Tiyana, O. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient Pada Guru Di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung. Universitas Islam Bandung

Wardhani, Dayne Trikora. (2012). Burnout Di Kalangan Guru Pendidikan Luar Biasa di Kota Bandung. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.11114

Flag Counter    Â