Nilai Nilai Pendidikan dari QS Yusuf Ayat 22 tentang Kematangan Usia Seorang Muslim
Abstract
Muhammad saw. adalah manusia pilihan yang diutus Allah untuk menyampaikan al-Islam kepada umat manusia. Kebenaran risalah dan kebaikan akhlaknya menjadi syarat yang harus diikuti bila ingin berada di jalan lurus. Sejak beliau diutus menjadi Rasul pada usia empat puluh tahun ada sebagaian manusia yang menolak kebenaran risalahnya, akan tetapi banyak orang yang mengakui kebaikan akhlak Rasul termasuk yang menolak risalahnya. Keimanan yang sempurna memancarkan akahlak yang baik, tentu tidak terlepas dari kepribadian matang yang dimiliki Rasulullah saw. Umat islam sangat beruntung memiliki teladan yang sempurna untuk dijadikan teladan dalam berbuat kebajikan. Al-Quran sebagai pedoman hidup yang menyeluruh memberikan tuntunan kepada umat manusia dalam segala aspek hidupnya. Termasuk bagaimana menjadikan pribadi yang berakhlak mulia atau memiliki pribadi yang matang sebagai seorang muslim. Pribadi matang bisa dilihat dalam lima aspek seperti matang dalam aspek fisik, spiritual, moral, mental, dan sosial. Kelima aspek tersebut yang menjadi syarat untuk memiliki pribadi matang dapat diketahui dengan memahami Qs. Yusuf ayat 22. Berdasarkan pengamatan terhadap penjelasan para mufassirin diasumsikan mengandung nilai pendidikan yang menjadi pedoman untuk mengetahui kepribadian matang seorang muslim. untuk itu dalam upaya menggali nilai pendidikan pada penelitian ini diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimana pendapat ahli tafsir mengenai kandungan Qs Yusuf ayat 22 tentang Asyuddahu?; 2) Apa esensi Qs Yusuf ayat 22 tentang Asyuddahu?; 3) Apa pendapat Ahli pendidikan tentang kematangan usia dalam pendidikan islam?; 4) Apa Niali-nilai Pendidikan yang terkandung dalam Qs yusuf ayat 22 tentang Tahap Kematangan Usia Seorang Muslim? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi, dengan maksud untuk menguraikan dan menggambarkan secara terperinci kandungan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada ayat yang dimaksud. Berdasarkan pengamatan pada ayat ini tersimpulkan esensi sebagai berikut: 1) Dewasa (Asyuddahu) merupakan tahap kematangan seseorang dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental; 2) Pada usia dewasa sebaiknya kuat secara spiritual dengan sibuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbanyak bersyukur; 3) Produktifitas dan kebermanfaatan akan dirasakan pada masa dewasa. Hasil penelitian secara menyeluruh berdasar pada berbagai aspek penunjang nilai pendidikan yang terkandung pada ayat ini adalah: 1) Sebagai sebuah tahap yang akan dialami dan dapat diaplikasikan – khususnya bagi seorang pendidik islam – dalam hal kematangan fisik dan mental; 2) Pendidik harus memiliki kepribadian matang yang bisa membina imannya dan kesehatannya. Dengan demikian pendidik akan dicintai muridnya karena lurus imannya dan sehat badannya; 3) Pendidik harus bersikap bijaksana dengan membina perasaan dan akalnya. Sehingga apa yang diputuskan untuk anak didiknya bukan subjektif, tapi objektif yang menuntut keadilan sejati; 4) Kepribadian pendidik yang komprehensif menjadi syarat yang mendukung untuk menjadi teladan bagi muridnya.Yaitu pendidik yang memiliki kemampuan mental, dapat berfikir secara logis, pandai mempertimbangkan segala sesuatu secara adil, terbuka dan dapat menilai segala pengalaman hidup diri maupun siwanya; 5) Bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya karena menyadari sebagai makhluk sosial; 6) Pendidik muslim yang terbina ruhiyahnya senantiasa mengingat kebesaran dan keagungan Allah, dijadikannya Rasulullah sebagai teladan. Menjadi teladan pula bagi anak didiknya dalam hal keagama.Â
Muhammad saw. As is the chosen one sent by Allah to deliver al-Islam to the world. The treatise prophetic and the good character are the requisite that should been followed in the right way. Since He is sent as a prophet at forty year , some people rejected his treatise prophet,but admit his good characters. His  perfectly faith shows the good character, and of course the maturity of Rasulullah saw. Islamic people were very fortune by having a perfectly role in a good deeds. Al-Quran as human guide in all living aspect. Including how’s to being a person who has a good character and maturity as a moelim. Maturity personal can be examined in five aspect such as the maturity of physical, moral, mental, and social. The fifth aspect becoming tha require to get a maturity by understanding Qs. Yusuf verses 22. Based on the observation toward mufassir explaining the verses contains a guide that goes to moeslim maturity. There’re many question to get the education values such as: 1) what’s the opinion of mufassir toward Qs Yusuf verses 22 about Asyuddahu?; 2) What’s the essence of  Qs Yusuf verses 22 about Asyuddahu?; 3) what’s the expert opinion about the maturity in islamic; 4) What is the value of education contained in Qs yusuf verse 22 about maturity stage of a moslem? Research methode used in this resarch is descriptive methode to elaborate and describe in details the content of educational values in related verse. Based on verse observation, conclution of several essences are made as follow: 1) maturity (Asyuddahu) is a stage of maturity of a man shown by physical and mental growth; 2) maturity stage should posseses strength of spiritual life and filled with pray and praise to Allah; 3) productivity and beneficial activities would perceived in mature age. Result of comprehensive research based on various of supporting aspects of educational values in the verse are: 1) it is a stage which will be experienced and applicable – especially for teacher of islamic religion – in physical and mental maturity; 2) teachers should possess established personalities who can sustain his faith and health. Students would favour of such teachers for their great faith and good health; 3) teachers should be wise in fostering sense and it in order to make an objectively pure and just decision for student instead of subjective one.; 4) comprehensive teachers personalities is a supporting conditional to set a model for students which contains mental ability, logical thinking process, skill to elaborate something fairly and openly and to give assessment to their own life experience and students’; 5) to give use to their near society as social creatures.; 6) moslem teachers who possess great mentality for they always connect themselves to greatness of Allah, and Rasulullah as true role model for religion subject.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abi Fidai Ibnu Katsir, 1396 H. Tafsir Ibnu Katsir, Darul Qur’anul-karim
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurtubi, 1387 H, Jami’ul Ahkamil Qur’an. Tp.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa: Abu Bakar, Bahrun. (1993). Tafsit Al-Maraghi, Juz 9, Semarang, CV Toha Putra.
Qutub, Sayyid, 1986, Fii Dzilalil-Qur’an, Beirut
Al Ghozali, Mengobati Henyakit Hati terjemh ihya ‘Ulum Ad-Din dalam Tahdzib Al Akhlaq Wa Mu’alajat Amradh Al-Qulub, Bandung: Karisma, 2000.
Tafsir, Ahmad, 2002, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung, Remaja Rosda Karya.
Warson Al-Munawwir, Ahmad, 1984, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Ed. II. Yogyakarta, Pustaka Progressif.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sabri, M Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.4926