Implikasi Pendidikan Q.S. Al-Isra Ayat 26-27 tentang Larangan Tabdzir terhadap upaya Menghindari perilaku Mubazir

Bintang Fauzan Izzaturrahim, Khambali Khambali, Adang Muhammad Tsaury

Abstract


Abstract.Islam teaches humans to live in positive activities and avoid negative activities. Then, humans will increase in degree more than astral beings, when carrying out positive activities that are spiritual with a sincere heart and soul combined. Otherwise, when carrying out negative activities that are included with sheer volition it will decrease in degrees immediately. Sometimes humans always attach importance his personal interests, especially in food matters in portions that can not be sure will run out. This can be bad for environment and surroundings from contaminating the leftovers. Al-Qur’an has forbidden and forbidden not to waste that does not fit into place. Therefore, this problem needs to be investigated with understanding with theories and opinions of commentators in more detail.

The purpose of this study is to find out opinion of the commentators regarding QS.Al-Isra (17) verse 26-27. To know essence towards QS.Al-Isra (17) verse 26-27. To know tabdzir concept and prevention efforts according to experts. To know the educational implication of QS.Al-Isra (17) verses 26-27 about the tabdzir ban towards efforts avoid wasteful behavior.

The research uses qualitative approach and analytical and descriptive methods.

Opinion of the commentators from QS.Al-Isra verses 26-27 that is;1.To the Muslim to give proper rights to those who are being need physical nutrition in order back in activity with the prime condition to achieve its goals.2.Scatter with wordly lust will give rise the case that plunged to the path of evil.3.Humans often forget will belong to material relations. Material in various needs as well desires that have been given must be grateful so, can make humans as beings who are grateful for the blessings Allah Most High gives.4.The Qur’an prohibits expressly not to waste things that do not get benefit and instead bring harm. Doing things like this is the same by declaring himself as a group of devils who certainly stopover is hell.

The essence of QS.Al-Isra verses 26-27 includes:1.Obligations for eachMuslims are devotedto both parents.2.Every Muslim mustmake ends meetespecially towardspoor people and people in need.3.A Muslim must manage his propertyproportionally.4. Gratitude isone effortin fostering humansso as not to be wasteful.

The views of educational experts about redundant interpreted with that thing overdoing,wasting property, or waste. The word tabdzir/waste is understood by scholars in the sense of spending that is not right. If,someone takes out something for not due to or in accordance with desires by overflowing his ego then, classified as someone who is redudant.

Redundant behavior can drive a person to things that deviate if, cannot determine where it is located leads to virtue and values where to put that directing to the values of evil, so it is necessary to hold identification first.

The impact of wasteful behavior comprehensive, that can cause loss in his lifetime in the world. So as can cause a big case in ukhrawi later that is getting the wrath of Allah Almighty.

Educational implications from the essence of QS.Al-Isra verses 26-27 namely:1.Instill educationthe mainin family.2.Build attitudeempathy and sympathyagainst fellow Muslims.3.Principles in propertyMuslim thereother people's rights.4.Get used to being pretty(qana’ah).5.Controlling lustin having the amount excessive wealth.6.Confirm that property form of givingfrom Allah.7.Gratitude asform foravoid wasteful attitudes.

Keywords:Wasteful, Right, Devil behavior

 

Abstrak. Islam mengajarkan manusia untuk hidup dalam kegiatan positif dan menghindari kegiatan negatif. Maka, manusia akan meningkat derajatnya melebihi makhluk astral, apabila menjalankan kegiatan positif yang bersifat spiritual dengan dipadukan hati dan jiwa yang ikhlas. Sebaliknya, apabila menjalankan kegiatan negatif yang diikutsertakan dengan kemauan nafsu belaka akan mengalami penurunan derajat kemanusiaannya seketika itu. Terkadang manusia selalu mementingkan kepentingan pribadinya terutama dalam urusan makanan dalam porsi yang belum bisa dipastikan akan habis. Hal ini bisa berdampak buruk bagi lingkungan dan sekitarnya dari pencemaran sisa-sisa makanan yang ada. Al-Qur’an sudah melarang dan mengharamkan untuk tidak melakukan pemborosan yang tidak sesuai dengan tempatnya. Oleh karena itu, masalah ini perlu diteliti dengan pemahaman dengan teori serta pendapat para mufassir lebih terperinci.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pendapat para mufassir mengenai Q.S. Al-Isra (17) ayat 26-27. Untuk mengetahui esensi terhadap Q.S. Al-Isra (17) ayat 26-27. Untuk mengetahui konsep tabzir dan upaya pencegahannya menurut para ahli. Untuk mengetahui implikasi pendidikan Q.S. Al-Isra (17) ayat 26-27 tentang larangan tabdzir terhadap upaya menghindari perilaku mubazir.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analitis serta deksriptif.

Pendapat para mufasir dari Q.S.Al-Isra ayat 26-27 yakni;1.Kepada kaum mulismin untuk memberikan hak yang patut kepada orang-orang yang sedang membutuhkan nutrisi fisiknya agar beraktivitas kembali dengan keadaan yang prima untuk mencapai tujuannya. 2.Menghambur-hamburkan dengan nafsu duniawi akan menimbulkan perkara yang menjerumuskan kepada jalan kebathilan.3.Manusia sering kali lupa akan kepunyaannya dalam hubungan materi. Materi dalam berbagai kebutuhan maupun keinginan yang telah diberi haruslah disyukuri agar, bisa menjadikan manusia sebagai makhluk yang mensyukuri atas nikmat Allah Swt berikan.4.Al-Qur’an melarang tegas untuk tidak mubazirkan hal-hal yang tidak mendapatkan kemaslahatan dan justru mendatangkan kemudharatan. Apabila melakukan hal-hal seperti ini sama saja dengan menyatakan dirinya sebagai golongan dari syaitan-syaitan yang tentunya tempat singgahnya adalah neraka.

Esensi QS.Al-Isra ayat 26-27 meliputi:1.Kewajiban bagi setiap muslim adalah berbakti kepada kedua orang tua.2.Setiap muslim harus mencukupi kebutuhan terutama terhadap orang miskin dan orang yang membutuhkan.3.Seorang muslim harus mengatur harta bendanya secara proporsional.4.Sikap syukur merupakan salah satu upaya dalam membina manusia agar tidak berlaku boros.

Pandangan ahli pendidikan tentang mubazir diartikan dengan hal yang berlebih-lebihan, membuang-buang harta, atau pemborosan. Kata tabdzir/pemborosan dipahami oleh ulama dalam arti pengeluaran yang bukan hak. Apabila, seseorang mengeluarkan sesuatu atas bukan haknya atau sesuai dengan keinginannya dengan meluapkan egonya maka, tergolong seseorang yang mubazir.

Perilaku mubazir bisa mengantarkan diri seseorang kepada hal-hal yang menyimpang apabila, tidak bisa menentukan di mana letak yang mengarahkan kepada nilai-nilai kebajikan dan dimana meletakan yang mengarahkan kepada nilai-nilai kebathilan, sehingga perlu diadakannya identifikasi terlebih dahulu.

Dampak dari perilaku mubazir bersifat menyeluruh, yaitu bisa menimbulkan kerugian di masa kehidupannya di duniawi. Begitu pula dapat menimbulkan perkara yang besar di ukhrawi kelak yaitu mendapat murka Allah Swt.

Implikasi pendidikan dari esensi Q.S.Al-Isra ayat 26-27 yaitu:1.Menanamkan pendidikan yang utama dalam keluarga.2.Membangun sikap empati dan simpati terhadap sesama muslim.3.Berprinsip di dalam harta muslim terdapat hak orang lain.4.Membiasakan untuk bersikap merasa cukup (qana’ah).5.Mengendalikan hawa nafsu dalam memiliki jumlah harta.6.Menegaskan bahwa harta benda bentuk pemberian dari Allah Swt.7.Sikap syukur sebagai bentuk untuk menghindari sikap boros.

Kata Kunci: Mubazir, Hak, Perilaku Syaitan 


Keywords


Mubazir, Hak, Perilaku Syaitan

Full Text:

PDF

References


Afdal,Muhammad.(2016).Implikasi Pendidikan dari QS.Al-Isra (17) Ayat 26-29 Tentang Larangan Berprilaku Boros (UNISBA).

Rania, D. (2017). Miris, Indonesia Itu Penyampah Makanan Terbanyak No.2 di Dunia! Padahal Masih Banyak yang Kelaparan. Hipwee. Retrieved from https://www.hipwee.com/feature/miris-indonesia-itu-penyampah-makanan-terbanyak-no-2-di-dunia-padahal-masih-banyak-yang-kelaparan/ (akses 18 November 2019)

Mustafa, A. (1994). Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 13,14, dan 15. Semarang: CV Toha Putra.

Y, A. (2007). Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah.

Yunus, M. (1989). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah.

Idris. (2012). Makna Tabdzir dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 26-27(Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel).

Manan, F. (2015).Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra 23-25 (Agama Islam Negeri).

MUSTAFIDAH. (2015). Pendidikan Birr Al-Walidain dalam Al-Qur’an (Telaah QS. Al-Isra:23-24, QS. Al-Ankabut:8, dan QS.Luqman:14-15) (Islam Negeri Walisongo).

Malik, A. (2015). Syukur dalam Perspektif Al-Qur’an. Az-Zarqa’, 7, 19–22. Retrieved from file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1491-3123-1-PB (2).pdf (akses 31 Juni 2020)




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.22560