Pengendalian Kualitas Produk Sepatu Tomkins dengan Menggunakan Statistical Quality Control (SQC) dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT. Primarindo Asia Infrastructure
Abstract
Abstract. PT. Primarindo Asia Infrastructure is a company engaged in the shoe industry under the Tomkins brand. This research was conducted in the Assembling department which focuses on quality problems in the form of product defects. Product defects are a problem for rejected products which result in loss production. This results in a loss of time, effort, costs and results. The company has set a defect standard of 2%, but the defect rate still exceeds the standard of 2.26%. In a production process, the expected end result is that the product conforms to quality standards. If the product has a large number of defects, it will reduce the quality and harm the company. This research was conducted to identify the most dominant causes of product defects and provide suggestions for improvements that can reduce product defects. Therefore, it is necessary to carry out quality control to reduce the number of defects. This research was conducted using quantitative and qualitative methodologies. The research method for quality control is using Statistical Quality Control (SQC) and the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) method. Based on the results of problem identification using SQC, it was found that the most dominant types of defects occurred, namely lasting tilt, upper defects, and outsole defects. The most dominant type of defect is then analyzed using the FMEA method. Based on the stages in the FMEA method, the results with the highest RPN value are the priority problems that need to be improved. The highest RPN value is 280, namely the problem of inappropriate lasting withdrawal and inappropriate lasting time. These problems include the type of lasting defects that will cause the product shape to be inaccurate. To fix the problem of unsuitable lasting withdrawals, suggestions for improvements are given, namely improving the quality of the operator's work by conducting briefings, providing training and providing rewards & punishments. To fix the problem of inappropriate lasting time, a suggestion for improvement is given, namely by setting up the machine time according to the standard.
Keywords: Quality Control, Statistical Quality Control (SQC), Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Abstrak. PT. Primarindo Asia Infrastructure merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri sepatu dengan merk Tomkins. Penelitian ini dilakukan di Departemen Assembling yang berfokus pada permasalahan kualitas berupa kecacatan produk. Kecacatan produk menjadi permasalahan produk reject yang mengakibatkan loss production. Hal tersebut mengakibatkan kerugian terhadap waktu, tenaga, ongkos dan hasil. Perusahaan telah menetapkan standar cacat sebesar 2%, namun tingkat cacat yang terjadi masih melebihi standar yaitu sebesar 2.26%. Dalam suatu proses produksi, hasil akhir yang diharapkan yaitu produk sesuai dengan standar kualitas. Jika produk mengalami cacat dengan jumlah yang banyak, maka akan mengurangi kualitas dan merugikan perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab paling dominan kecacatan pada produk dan memberikan usulan perbaikan yang dapat mengurangi cacat produk. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian kualitas untuk mengurangi jumlah cacat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi kuantitatif dan kualitatif. Adapun metode penelitian pengendalian kualitas yaitu dengan menggunakan Statistical Quality Control (SQC) dan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dengan menggunakan SQC, didapatkan jenis cacat yang paling dominan terjadi yaitu cacat lasting miring, cacat upper dan cacat outsole tidak sama. Jenis cacat yang paling dominan tersebut kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode FMEA. Berdasarkan tahapan dalam metode FMEA, didapatkan hasil dengan nilai RPN tertinggi merupakan prioritas masalah yang perlu dilakukan perbaikan. Nilai RPN tertinggi sebesar 280 yaitu permasalahan penarikan lasting tidak sesuai pola dan waktu lasting tidak sesuai. Permasalahan tersebut termasuk pada jenis cacat lasting miring yang akan mengakibatkan bentuk produk menjadi tidak presisi. Untuk memperbaiki permasalahan penarikan lasting tidak sesuai, diberikan usulan perbaikan yaitu peningkatan kualitas kerja operator dengan melakukan briefing pengarahan, memberikan pelatihan dan memberikan reward & punishment. Untuk memperbaiki permasalahan waktu lasting tidak sesuai, diberikan usulan perbaikan yaitu dengan melakukan setup waktu mesin sesuai standar.
Kata Kunci: Pengendalian Kualitas, Statistical Quality Control (SQC), Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Besterfield, D. H., 2003. Total Quality Management. 3rd ed. Pretince Hall Internatioanl, Inc: New Jersey. Tersedia pada: Library Genesis [Diakses 15 Mei 2020].
Gaspersz, Vincent, 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma. [e-book]. Tersedia pada: [Diakses 14 Juni 2021]
Mitra, Amitava, 2016. Fundamental of Quality Control and Improvement. 4th ed New Jersey: Willey.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Zeth, H., Satori, M., & Renosori, P. (2019). Perbaikan Pengendalian Kualitas Produk Glass Ware dengan Menggunakan Alat Bantu Seven Quality Control Tools dan Metode Failure Mode and Effevts Analysis (FMEA)(Quality Function Deployment)(Studi Kasus: CV. Lestari Glass).
N Krida Cipta, Aviasti, Mulyati Dewi Shofi. (2021). Usulan Perbaikan Kualitas Produk Labu Ukur Menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) di CV. X. Jurnal Riset Teknik Industri, 1(1), 36-42.
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/ti.v0i0.29965
  Â