Culture Shock dalam Komunikasi Antar Budaya

Muhamad Firdaus Dwiatmoko, Erik Setiawan

Abstract


Abstract. Being a migrant child is not easy, especially the distance of the distance or even outside the island. Especially when we are placed by a company in a place far from the domicile we live in. Many companies in Indonesia that implement remote placements are carried out because of the ongoing development of the company and usually the development outside the island where there is still land for development. So that companies also need experienced human resources for the new place. Of course that makes some people become worried and afraid of the culture they will live in later. Adapting to a new environment is one of the things that we can't help but do for survival, if we can't do it, communication will be very difficult, or even impossible if we don't create the same symbol or meaning in interacting with the other person. , especially if we have different cultural backgrounds. The research itself aims to find out how to interpret the culture shock experienced by employees from East Java and how the adaptation made by East Java employees in responding to the culture shock. The author uses qualitative methods with Alfred Schurtz's phenomenological approach. The way to collect data in this study alone will be done through interviews, observations and literature reviews. The results obtained from this study informants interpret a very diverse culture in Indonesia making each region have their own culture, these differences are positively addressed by employees because differences do not make them hostile, but differences give meaning to employees from East Java about new cultures that must they learned. The adaptation processes and strategies they do to reduce differences and communication barriers that occur. The respondents use Indonesian to communicate and if they have difficulty using other alternatives such as using a translator. 
Keywords: culture shock, self-adjustment, meaning

Abstrak. Menjadi anak perantau tidaklah mudah apalagi jarak rantauan yang cukup jauh atau bahkan diluar pulau. Apalagi ketika kita ditempatkan oleh perusahaan di tempat yang jauh dari domisili kita tinggal. Banyak perusahaan di Indonesia yang menerapkan penempatan jauh hal itu dilakukan karena pengembangan perusahaan yang terus berjalan dan biasanya pengembangan itu diluar pulau yang masih ada lahan untuk dilakukan pengembangan. Sehingga perusahaan pun membutuhkan Sumber Daya Manusia yang sudah berpengalaman untuk ditempat baru tersebut. Tentu hal itu membuat sebagian orang menjadi khawatir dan takut dengan budaya yang akan ditinggali nya nanti. Menyesuaikan diri di lingkungan baru adalah salah satu hal yang mau tak mau harus kita lakukan demi kelangsungan hidup, jika kita tidak bisa melakukannya maka berkomunikasi akan menjadi sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin jika dalam berinteraksi kita tidak menciptakan simbol atau makna yang sama dengan lawan bicara, terutama jika kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mencari tahu bagaimana memaknai culture shock yang dialami pegawai asal Jawa Timur dan bagaimana adaptasi yang dilakukan pegawai asal Jawa Timur dalam menyikapi culture shock tersebut. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schurtz. Cara untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini sendiri akan dilakukan dengan wawancara, obervasi dan tinjauan pustaka. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini informan memaknai budaya yang sangat beragam di Indonesia menjadikan setiap daerah memiliki kebudayaan masing-masing, perbedaan tersebut disikapi positif oleh pegawai karena perbedaan tidak menjadikan mereka bermusuhan, tetapi perbedaan memberikan makna bagi pegawai asal Jawa Timur tentang kebudayaan baru yang harus mereka pelajari. Proses dan strategi adaptasi yang mereka lakukan guna mengurangi perbedaan dan hambatan komunikasi yang terjadi. Para responden menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dan jika mengalami kesulitan akan menggunakan alternative lain seperti menggunakan penerjemaah.

Kata kunci: culture shock, penyesuaian diri, memaknai.


Keywords


culture shock, penyesuaian diri, memaknai.

Full Text:

PDF

References


Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy. 1996. Konteks Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Alo Liliweri. 2009. Prasangka dan Konflik, Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, Yogyakarta: LKiS

Oberg. 1960. Culture Shock: Adjustment to New Cultural Environment. Practical Antropology 7: 177-182. Diakses 25 November 2018.

Dayakisni, T. dan Yuniardi, S. 2004.Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM.

Ward, Bochner, Furnham. 2001. The Psychology of Culture Shock, 2nd Ed. Canada: Routledge & Kegan Paul.

Jurnal :

Abbasian, F. 2013. The Relationship Between Culture Shock and Sociolinguistic Shock: A Case Study of Non-Persian Speaking Learners. Journal of Social Science Research. 6, 154-159.

Frandawati. 2009. Gambaran Culture Shock Mahasiswa Asing Asal Malaysia Di Universitas Sumatera Utara (Skripsi). Universitas Sumatera Utara

Hayqal, Kevinzky, M. 2011. Proses dan Dinamika Komunikasi dalam Menghadapi Culture Shock Pada Adaptasi Mahasiswa Perantauan (Kasus Adaptasi Mahasiswa Perantau diUNPAD Bandung) (Skripsi). Universitas Indonesia

Khotimah, Ema, 2000. Memahami Komunikasi Antar Budaya. Mediator. Vol.01.No.1




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.16024

Flag Counter   Â