Penentuan Awal Waktu Shalat Maghrib Dikaitkan Ketinggian Dataran Suatu Daerah
Abstract
Abstract.The timing of the prayer is important in the matter of worship, although so far many peole not so much attention to it when compared to the beginning of the month Qomariyah determination that every year into the media spotlight. In determining the time of prayer, especially prayer maghrib, altitude plateau somewhere have a significant influence on the start time of maghrib prayer because the high ground is different from the area that is lower in this case in the aspect of fiqh there is no dissent, scholars agree that the initial determination maghrib prayer occurs when the start of the sunset, on praktinya Muslims will have difficulty in seeing syafaq, that is red when the sun sets. Therefore, there is another way in determining the start time of maghrib prayer that with the method of reckoning, and determine the height of a place that makes the timing of the maghrib prayer is very important. In fact today in Kampung areng not many people are aware of the urgency in view of the existing schedule in calendar time of prayer and in determining the start time of maghrib prayer. Departing from these figures the author tries to analyze the timing of the beginning of maghrib prayer dikaiktan with altitude in Kampung areng. This study is a qualitative research is explanatory, because the study did not only describe the facts on the ground but also conducting exploration related to the height of a plateau, which in turn is used to describe the relationship between two variables (initial determination time maghrib prayer with altitude plateau region). The data was then analyzed using descriptive analysis method. Maghrib time in fiqh perspective determined when the sinking sun. Furthermore, in the perspective of astronomy there are several factors in determining the time of maghrib namely refraction, semi diameter and humility horizon who are affected by altitude plains. Of some good observations made by the author himself or some competent astronomer shows that altitude plateau of an area affect the determination of the start time of maghrib prayer especially those that occur at mosques in the villages areng, because of the lack of understanding on the issue. It is necessary to disseminate the use of calendars of prayer times according to the height of the plateau
Abstrak.Penentuan waktu shalat merupakan hal yang penting dalam masalah beribadah, kendati demikian sampai saat ini tidak begitu banyak perhatian terhadapnya jika dibandingkan dengan penentuan awal bulan Qomariyah yang setiap tahun menjadi sorotan media. Dalam penentuan waktu shalat khususnya shalat maghrib, ketinggian dataran suatu tempat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap awal waktu shalat maghrib karena pada dataran yang tinggi berbeda dengan dataran yang lebih rendah dalam hal ini dalam aspek fiqh tidak ada perbedaan pendapat, ulama sepakat bahwa penentuan awal shalat maghrib terjadi ketika dimulainya matahari tenggelam, pada praktinya umat muslim akan kesulitan dalam melihat syafaq, yaitu warna merah ketika matahari tenggelam. Oleh karena itu ada cara lain dalam menentukan awal waktu shalat maghrib yaitu dengan metode hisab dan menentukan ketinggian suatu tempat yang menjadikan penentuan waktu shalat maghrib sangat penting. Kenyataanya hari ini di Kampung Areng tidak banyak orang yang mengetahui urgensi tersebut dalam melihat jadwal yang ada di kalender waktu shalat maupun dalam menentukan awal waktu shalat maghrib. Berangkat dari gambaran tersebut penulis mencoba menganalisis penentuan waktu awal shalat maghrib dikaiktan dengan ketinggian yang ada di Kampung Areng. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat explanatory, karena penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan fakta-fakta yang ada di lapangan akan tetapi juga melakukan explorasi terkait dengan ketinggian suatu dataran, yang selanjutnya di gunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel (penentuan awal waktu shalat maghrib dengan ketinggian dataran suatu daerah). Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analisis. Waktu maghrib dalam perspektif fiqh ditentukan ketika tenggelamnya matahari. Selanjutnya dalam perspektif astronomi ada beberapa faktor dalam penentuan waktu maghrib yaitu refraksi, semi diameter dan kerendahan ufuk yang terpengaruhi oleh ketinggian dataran. Dari beberapa pengamatan baik yang dilakukan oleh penulis sendiri atau beberapa ahli falak yang berkompeten menunjukan bahwa ketinggian dataran suatu daerah mempengaruhi penentuan awal waktu shalat maghrib khususnya yang terjadi pada masjid-masjid yang berada di kampung Areng, karena sedikitnya pemahaman terhadap hal tersebut. Maka perlu diadakan sosialisasi terhadap penggunaan kalender waktu shalat yang sesuai dengan ketinggian dataran tersebut. Kata Kunci: Waktu Shalat, Shalat Maghrib, Ketinggian Tempat, Kampung Areng
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Azhari, Susiknan, Ilmu Falak perjumpaan Khazanah dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.
Depag RI, Pedoman Penentuan Jadwal Waktu Shalat Sepanjang Masa, Jakarta, 1986.
Eddy Prahasta, Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, Bandung: Penerbit Informatika, 2002
Encup Supriatna, Hisyab Rukyat dan Aplikasinya, Bandung, Refika Aditama, 2007
Kementerian agama RI, Al-Quranul dan Terjemahannya. Depok: PT. Sabiq, 2011
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Jogjakarta, 2008 Buana Pustaka
Muhammad Nashiruddin Al-albani, Shahih Sunan Tirmidzi, Depok: Pustaka Azzam, 2002.
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003 cet.20
Rinto Anugraha, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2012
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/islamic%20family.v0i0.3422
           Â