Pemanfaatan Tepung Jangkrik sebagai Nutrisi Manusia, Hewan, dan Media Pertumbuan Bakteri

Riska Septiani, Anggi Arumsari, Rusnadi Rusnadi

Abstract


Abstract. Crickets are small insects that are related to grasshoppers. Most people know that crickets are good luck animals, fighting animals, and entertaining animals. But besides that crickets have a high protein content, also can be used as an alternative food high in protein that is processed into cricket flour. In addition cricket flour is easy to obtain, cheap, and also very easy to make. Cricket flour is processed from fresh crickets which are dried and mashed to flour. Method used in this review journal is literature study by finding sources or literature in the form of national and international journals. Results obtained that cricket flour has a high protein content ranging from 65% - 67.7%, containing 23% - 23.21% fat and containing 5.08% carbohydrates. Based on these contents that crickets have the potential to be used as animal feed, human food and bacterial growth media.

Keywords: Cricket, flour, protein, nutrition

Abstrak. Jangkrik merupakan serangga berukuran kecil yang berkerabat dengan belalang. Masyarakat pada umunya mengetahui bahwa jangkrik merupakan hewan pembawa keberuntungan, hewan aduan, dan hewan yang menghibur. Tetapi selain itu jangkrik memiliki kandungan protein yang tinggi bila dibandingkan dengan protein yang sering dikonsumsi, dan jangkrik dapat digunakan sebagai pangan alternatif yang tinggi protein  yang diolah menjadi tepung jangkrik. Selain murah dan mudah diperoleh, proses pembuatan tepung jangkrik juga sangat mudah. Tepung jangkrik merupakan hasil olahan dari jangkrik segar yang dikeringkan dan dihaluskan sehingga menjadi tepung. Metode yang digunakan dalam review jurnal ini yaitu studi pustaka dengan mencari sumber atau literatur berupa jurnal nasional dan internasional. Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa tepung jangkrik memiliki kandungan protein yang tinggi berkisar 65% - 67,7% , mengandung lemak 23% - 23,21% dan mengandung karbohidrat 5,08%. Berdasarkan kandungan tersebut bahwa jangkrik memiliki potensi untuk dijadikan sebagai pakan hewan, bahan pangan manusia dan media pertumbuhan bakteri.

Kata kunci: Jangkrik, tepung, protein, nutrisi.


Keywords


Jangkrik, tepung, protein, nutrisi.

Full Text:

PDF

References


Andriana, R., Djuahari, T. (2017). Antioksidan Dalam Dermatologi, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,Vol.4, No.1.

Alhana. (2011). Analisis Asam Amino Dan Pengamatan Jaringan Daging Fillet minyak Ikan Patin (Pengasius Hyopophthalmus) Akibat Penggorengan [Skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor,

Almatsier, (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Bodenheimer, Edgar, Jurisprudence (1967). The Philosophy And Method of Law, Harvard University Press.

Boyle MA and Roth SL. 2010. Personal Nutrition., Seventh Edition. Wadsworth Cengange Learning.

Clausen, John. A (1968). Socialization and Society. Boston: Little Brown and Company.

DeFoliart, G.R., Finke M.D., Sunde M.L. (1982). Potential Value of the Hormon Cricket (Orthoptera: Tettigoniidae) Harvested as a High Pr otein Feed for Poultry. Journal of Economic Entomology.USA.

Diniyyah, S.R. dan Nindya, T.S. (2017). Asupan Energi Protein dan Lemak dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Suci, Gresik, Amerta Nutrition, 1 (4), pp.

Fachraniah.,dkk. (2002). Pembuatan Pepton dari Bungkil Kedelai dan Khamir dengan Enzim Papain untuk Media Pertumbuhan Bakteri. Bogor : IPB. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.

Ferra., Hendrawati. (2012). Pemanfaatan Tepung Jangkrik Sebagai Pengganti Pepton Pada Media Selektif Pertumbuhan Bakteri. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Erlangga.

Fikwati, Sandra. (2017. Gizi Anak Dam Remaja. Depok Rajawali Perss.

Herlina, N., Ginting M.H.S. (2002). Lemak dan Minyak. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara.

North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 thEdition. Van Nostrand Rainhold. New York.

Novianti, J. (2003). Komposisi Tepung Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus)Pada Suhu Pengeringan Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Panjaitan, I., Sofian, A. Dan Priabudiman, Y. 2012. Suplementasi Tepung Jangkrik sebagai Sumber Protein, Pengaruhnya terhadap Kinerja Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. XV(1) : 8-14.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba medika.

Prayitno, 2005, "Potensi Jangkrik kalung Sebagai Bahan Baku Industri Panga n dan Farmasi", Seminar nasional" Astiik Go Industn" di Jogy a Exp o Center, Agustus 2005, Litbang Astrik Pusat Yogyakarta.

Prayogo Y. Wedanimbi, T dan Marwoto. 2005. Pemanfaatan cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan ulat grayak Spodoptera litura pada kedelai. Jurnal penelitian dan pengembangan pertanian.

Rock CL. 2004. Nutrition in the Prevalention and treatment of disease. Di dalam: Goldman L, Ausiello D, editor. Cecil Textbook of Medicin. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta.

Widyaningrum, H. (2011). Kitab tanaman Obat Nusantara. Media Pressindo, Yogyakarta.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alam Dan Radikal Bebas, Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan. Percetakan Kanisius, Yogyakarta.

Yelmida A., Is Sulistyati P., Yusnimar. Analisa Kimia Jangkrik Kalung (Grillus testaceus) Sebagai Bahan Baku Industri Pangan dan Farmasi. Fakultas Tekhnik Universitas Riau.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.23147

Flag Counter    Â