Hubungan antara Penggunaan Media Elektronik Visual dengan Kelainan Refraksi pada Mata Anak di SMP Negeri 4 Banjar

Bella Adelina, Widayanti Widayanti, H Yanuar Z.

Abstract


Di Indonesia tahun 2009, 10% dari 66 juta anak usia sekolah (5-

19 tahun) mengalami kelainan refraksi. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah radiasi cahaya yang berlebihan yang diterima mata antara lain radiasi dari media elektronik visual yang terdiri dari televisi,

komputer, tablet, dan telepon genggam. Radiasi yang menyebabkan masalah penglihatan saat melihat layar digital untuk waktu yang lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaaan media elektronik visual dengan kelainan refraksi pada anak di SMP Negeri 4 Banjar tahun ajaran 2016/2017. Metode yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain potong lintang terhadap 55 responden, data diperoleh dari kuesioner tentang penggunaan media elektronik visual, dan kelainan refraksi pada responden dideteksi dengan pemeriksaan ketajaman penglihatan. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik chi square modification fisher’s exact test pada derajat kepercayaan 95%. Hasil menunjukan bahwa mayoritas siswa menggunakan media elektronik visual ≥4 jam/hari (sebanyak 36 orang 65,5%). dan sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki ketajaman penglihatan normal yaitu 20 orang (58,8%), sedangkan yang mengalami kelainan refraksi miopia sebanyak 19 orang (34,5%), dan astigmat 2 orang (3.6%). Kesimpulan tidak terdapat hubungan bermakna antara penggunaan media elektronik visual dengan kelainan refraksi mata anak di SMP Negeri 4 Banjar dengan nilai p=0,479 (nilai p≥0,05).


Keywords


Kelainan Refraksi, Media Elektronik Visual

References


WHO. Visual impairment and blindness. WHO. 2014; Tersedia pada:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/

Rose KA, French AN MI. Environmental Factors and Myopia: Paradoxes and Prospects for Prevention. NCBI. 2016; Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27898443

M Logaraj, V Madhupriya SH. Computer Vision Syndrome and Associated Factors Among Medical and Engineering Students in Chennai. NCBI. 2014; Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3991936/

Lindbergh Blvd. SL. Computer Vision Syndrome. Am Optom Assoc. 2017; Tersedia pada: http://www.aoa.org/patients-and- public/caring-for-your-vision/protecting-your-vision/computer- vision-syndrome?sso=y

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384.

Mona R Hutauruk. Fakultas kedokteran universitas diponegoro semarang 2009. Semarang: FKUNDIP; [diunduh pada 1 Februari 2017] 2009.

Komairah Cicih NW. Hubungan Status Refraksi , dengan Kebiasaan Membaca , Aktivitas di Depan Komputer , dan Status Refraksi Orang Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar Relationship of Refraction Profile, with Reading Habit , Computer Activity , and Parental Refraction Profile on. Kedokt Brawijaya. [diunduh pada 2 Februari 2017] 2014;28(2):137–40.

Jendran Ra Mohammed Haneef, Kailas Chandrabhanu, Krishnamoorthy, Manil Muhammed RTP. A Prevalence Study on Myopia Among School Going Children in a Rural Area of South India. Indian J Clin Pract. [diunduh pada 20 Juni 2017] 2014;25.

angelo, andrew adhiguna halim angela shinta. modalitas pencegahan progresifitas school age myopia. Univ canterbury. [diunduh pada 17 Juli 2017] 2017;4. Tersedia pada: www.kalbemed.com

Andrew B. Medical Information on Hypermetropia. Scottish Sens Cent. [diunduh pada 17 Juli 2017] Tersedia pada: www.ssc.education.ed.ac.uk

Kumar Sathish K BSA. Prevalence of refractive error among school- going children of Imphal, Manipur. Karpaga Vinayaga Inst Med Sci. 2015; [diunduh pada 17 Juli 2017]

Parssinen Olavi, Markku Kauppinen AV. The progression of myopia from its onset at age 8–12 to adulthood and the influence of heredity and external factors on myopic progression. A 23-year follow-up study. Acta Ophthalmol. [diunduh pada 17 Juli 2017] 2014;10.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.8395

Flag Counter    Â