Hubungan Suhu dan Kelembaban Ruangan dengan Kejadian Sick Building Syndrome pada Pegawai Non Dosen di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Fachry Ramadhan, Abdullah Himendra Wargahadibrata, Yani Dewi Suryani

Abstract


Abstract.The air circulation system and artificial cooling are used in skyscrapers buildings built with closed structures to make the environmental conditions comfortable. However, this can lead to Sick Building Syndrome (SBS) for building occupants and affect work effectivity. This research was conducted to identify the correlation between temperature and humidity of the room with the incidence of Sick Building Syndrome in non-lecturer employees in the Medical Faculty building in Bandung Islamic University. The data was examined using descriptive analytic with cross-sectional approach by means of taking total sampling, consisting of 22 research subjects conducted in the building of the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University. Data analysis include univariate, bivariate and statistical tests using chi-square. The results showed, about 68% of employees work at normal room temperature conditions and about 82% of employees work at normal room humidity conditions. About 55% (12 people) employees did not experience SBS and 45% (10 people) employees experienced SBS. Chi square fisher exact statistical test results obtained p value of 0.652, which means there is no relationship between room temperature with the occurrence of SBS and the value of p value of humidity is 0.029, which means there is a relationship between room humidity with the occurrence of SBS. Hypothesis results showed there is no relationship between room temperature with the incidence of SBS and there is a relationship between room humidity with the incidence of SBS in the Faculty of Medicine Building Bandung Islamic University.

Keywords: Humidity, Sick Building Syndrome, Temperatur

Abstrak. Sistem sirkulasi udara serta pendingin buatan digunakan di dalam gedung-gedung tinggi yang dibangun dengan struktur tertutup untuk membuat kondisi lingkungan ruangan menjadi nyaman. Namun hal tersebut dapat menimbulkan kejadian Sick Building Syndrome (SBS) bagi penghuni gedung dan memengaruhi keefektifan dalam bekerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi hubungan suhu dan kelembaban ruangan dengan kejadian Sick Building Syndrome pada pegawai non dosen di gedung Fakultas Kedokteran Universitas Islam bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional dengan cara pengambilan total sampling, terdiri dari 22 subjek penelitian yang dilakukan di dalam ruangan gedung Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Analisa data mencakup univariat, bivariat dan uji statistik menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 68% pegawai bekerja pada kondisi suhu ruangan normal dan sebanyak 82% pegawai bekerja pada kondisi kelembaban ruangan normal. Sebanyak 55% (12 orang) pegawai tidak mengalami SBS dan sebanyak 45% (10 orang) pegawai mengalami SBS. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0.652 yang artinya tidak terdapat hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian SBS dan nilai p value kelembaban sebesar 0.029 yang artinya terdapat hubungan antara kelembaban ruangan dengan kejadian SBS. Simpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian SB dan terdapat hubungan antara kelembaban ruangan dengan kejadian SBS di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.

 Kata Kunci: Kelembaban, Sick Building Syndrome, suhu


Keywords


Kelembaban, Sick Building Syndrome, suhu

Full Text:

PDF

References


Carrer P, Muzi G. Role of occupational health services in the assessment and management of indoor air quality problems. G Ital Med Lav Ergon. 2011;33(SUPPL. 3):192–4

Jafari MJ, Khajevandi AA, Najarkola SAM, Yekaninejad MS, Pourhoseingholi MA, Omidi L, et al. Association of sick building syndrome with indoor air parameters. Tanaffos. 2015;14(1):55–62.

States U, Agency EP. Indoor Air Facts No. 4 Sick building Syndrome. 1991;https://www.epa.gov/sites/production/files/201408/documents/sick_building_factsheet.pdf

Effendi RP, Hariyono W. Physical Quality of Air and Sick Building Syndromein Office Employees of “X†Company in Jakarta. Makara J Heal Res [Internet]. 2014;18(2):81–6 http://journal.ui.ac.id/index.

php/health/article/view/4072

Wahab SAA-. Sick Building Syndrome in Public Buildings and Workplaces. Sabah A. Abdul - Wahab, editor. International Encyclopedia of Public Health. springegr; 2011.

Franswijaya CC, Kusnoputranto H. Kualitas Udara Dalam Ruang Dengan Kejadian Sick Building Syndrome Di Gedung 4 Kantor Pusat Badan Pusat Statistik , Jakarta Pusat , Tahun 2012. 2012;

Burge PS. Sick building syndrome. Occup Environ Med. 2004;61(2):

–90.

Wyon DP, Wargocki P. Effects of indoor environment on performance. REVHA. 2013;(August):46–50.

Depkes R. tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Keputusan Menteri Kesehat Republik Indones Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002. 2002;1(57).

Sumarni. Gambaran Kejadian Sick Building Syndrome (Sbs) pada Karyawan Fajar Group di Gedung PT. Fajar Graha Pena Makassar. 2012;

Hartoyo S. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian sick building syndrome ( SBS ) di Pusat Laboratorium Forensik dan Uji Balistik Mabes Polri. 2009;10–3.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.21187

Flag Counter    Â