Perbedaan Karakteristik dan Gambaran Laboratoris Pasien Tuberkulosis Paru di RSUD Al-Ihsan BandungDifferences in Laboratory Characteristics and Overview of Pulmonary TB Patients at Al-Ihsan Hospital Bandung

Dika Ananda Elyani, Rika Nilapsari, Mia Yasmina Andarini

Abstract


Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Probabilitas terjadinya penyakit stuberkulosis semakin meningkat pada orang dengan faktor resiko HIV, perokok, tinggal di daerah padat, pekerjaan beresiko, pendidikan rendah serta masih banyak faktor lainnya. Prevalensinya pada pekerja kasar dan tingkat pendidikan yang rendah masih cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita TB berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan gambaran laboratoris pemeriksaan BTA dan tes cepat molecular (TCM) di RS Al-Ihsan Bandung. Penelitian ini bersifat observasional analitik. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dari data rekam medis dengan jumlah sampel sebanyak 36 orang yang masuk dalam kriteria inklusi, periode bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2018. Analisis Data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa hasil BTA  52.77% positif,  hasil TCM 94.44% sensitif rifampisin. Pada karakteristik pasien didapatkan 61,11% pasien dengan pendidikan menengah dan 52,8% pasien adalah pekerja tidak kasar. Hasil uji statisik diketahui tidak terdapat perbedaan bermakna pemeriksaan BTA (p=0.906) dan TCM (p=0,779) pasien TB paru berdasarkan jenis pekerjaan. Hasil uji statistik  pemeriksaan BTA juga tidak terdapat perbedaan (p=0.366), namun pada pemeriksaan TCM terdapat perbedaan bermakna dengan tingkat pendidikan pasien (p=0.001). Hasil berbeda bermakna perlu dilihat kembali kemungkinan adanya sampel yang kurang homogen.

Pulmonary tuberculosis is a contagious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. The probability of tuberculosis disease increases in people who are risky of HIV, smoking, living in crowded area, having risky occupations, having low education level, and many other factors. The prevalence of laborers and people with low education level is still quite high. The purpose of this study is to investigate the characteristics of TB sufferers based on education level and occupations with laboratory overview of AFB examination and rapid molecular diagnostics (RMD) at Al-Ihsan Hospital Bandung. This study was observational analytic. The sampling technique used Purposive Sampling from medical record data and the number of the data is 36 patients which are included into inclusion criteria from January until June 2018. Data analysis used Chi-square test. The findings show that AFB result is positive with the percentage of 52.77%, while RMD result is sensitive rifampicin with the percentage of 94.44%. From patients’ characteristics, it can be found that 61.11% are patients with middle education level and 52.8% are non-laborers patients. The result of statistical test reveals that there is no significant difference in AFB (p=0.906) and RMD (p=0.779) examinations from pulmonary TB patients based on occupation. On the other hand, there is significant difference in RMD examination (p=0.001) based on education level. This significant difference needs to be reconsidered since the probability of less homogenous sample might exist.


Keywords


GeneXpert, Pendidikan, Pekerjaan, Sputum BTA, TB Paru

Full Text:

PDF

References


WHO. Tubrculosis [Internet]. Who. 2018. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384.

Jawetz, Melnick A. Medical_Microbiology 24th Ed. 2007. p. 302–12.

WHO. Global Tuberculosis Report 2017 [Internet]. Who. 2017. 1-262 p. Available from: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/259366/1/9789241565516-eng.pdf?ua=1

Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Kementeri Kesehat RI [Internet]. 2017;100. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 - smaller size - web.pdf

Subuh M, Priohutomo S, Widaningrup C, Dinihari TN, Siaglan V. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2014. p. 3.

Yogyakarta UM. Mikrosokopis sputum BTA pada pasien kilinis Tuberculosis paru di RS PKU. :102–9.

kementrian kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis menggunakan Alat GeneXpert. 2015; Available from: http://www.perpustakaan.depkes.go.id/cgi-bin/koha/opac-detail.pl?biblionumber=6739

Agrawal M, Bajaj A, Bhatia V, Dutt S. Comparative study of GeneXpert with ZN stain and culture in samples of suspected pulmonary tuberculosis. J Clin Diagnostic Res. 2016;10(5):DC09-DC12.

Kesehatan D. InfoDatin. Kapasitas angggota couple community dalam meningkatkan support group untuk mendukung SUFA. 2015. p. 2–10.

Nurhanah, Amiruddin R, Abdullah T. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada Masyarakat di Propinsi Sulawesi Selatan. MKMI. 2010;6 (4):204–9.

Statistik BP. Hasil Sensus Penduduk [Internet]. 2010. Available from: http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=32&wilayah=Jawa-Barat

Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th ed. Harrison TR, Resnick WR, Thorn GW, editors. 2015. 1102 p.

Pai M, Behr MA, Dowdy D, Dheda K, Divangahi M, Boehme CC, et al. Tuberculosis. Nat Rev Dis Prim. 2016;2.

Watkins RE, Plant AJ. Does Smoking Explain Sex Differences in Global tuberculosis epidemic.

Nurjana MA, Kesehatan BL, Labuan K, Donggala K. Faktor Resiko Terjadinya Tuberkulosis Paru Usia Produktif ( 15-49tahun) Di Indonesia Risk Factor of Pulmonary Tuberculosis on Productive Age 15-49 years. 2015;163–70.

Sudoyo WA. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Gunawan, Nufus H, Widhani A, Rahma Safitri, editors. Jakarta: Interna Publishing; 2014. 865-866 p.

Rukmini, U.W C. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB paru dewasa di Indonesia (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010). Bul Penelit Sist Kesehat. 2011;14 (4):320–31.

Kurniawan E, Arsyad Z. Artikel Penelitian Nilai Diagnostik Metode “ Real Time †PCR GeneXpert pada TB Paru BTA Negatif. 5(3):730–8.

District B, Fitria E, Ramadhan R. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Rujukan Mikroskopis Kabupaten Aceh Besar Characteristics Of Tuberculosis Patient In Puskesmas Referral Microscopis Aceh. :13–20.

Kementrian Kesehatan RI. Modul Pelatihan Pemeriksaan Dahak Mikroskopis TB. Jakarta; 2012.

Tarmica M. Kiay Mardjo, Budi T. Ratag AA. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Riwayat Kontak Serumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja PUSKESMAS Paniki Bawah Kota Manado. 2016;

Raisuli Ramadhan, Eka Fitria R. Deteksi Mycobacterium Tuberkulosis dengan Pemeriksaan Mikroskopis dan Teknik PCR pada Penderita Tuberkulosis Paru di PUSKESMAS Darul Imarah. J Penelit Kesehat. 2017;4.

Wadjah Nurhayati. Gambaran Karakteristik Penderita TBC Paru di wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. 2012;

Adi MS, Nurjazuli, JatiSP. Insufficient quality of sputum submitted for tuberculosis diagnosis and associated factors, in Klaten district, Indonesia. BMC Pulmonary Medicine, 2009 http://www.biomedcentral.com/471-2466/9/16.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.15155

Flag Counter    Â