Hubungan antara Sputum BTA dengan Gambaran Radiologi pada Pasien TB Paru
Abstract
Berdasarkan laporan WHO Global Tuberculosis Control diketahui bahwa pada tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia untuk kasus TB. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan sputum BTA dan radiologi. Diagnosis akan lebih efektif apabila menggunakan metode pemeriksaan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hasil pemeriksaan sputum BTA dengan gambaran radiologi pada pasien TB paru dewasa. Rancangan penelitian ini menggunakan observasional analitik yang dilakukan dengan metode cross sectional. Populasi yang menjadi subyek penelitian adalah pasien yang didiagnosis TB paru di BBKPM Bandung. Data kemudian dianalisis dengan uji analisis chi square pada derajat kepercayaan 95% dengan nilai p ≤ 0,05. Dalam penelitian ini didapatkan pasien memiliki hasil BTA positif sebesar 60,7 % dan gambaran radiologi lesi aktif sebesar 95,7%. Pada penelitian ini juga didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara hasil pemeriksaan sputum BTA dengan gambaran radiologi pada pasien TB paru. Individu yang terkena infeksi Mycobacterium tuberculosis akan menimbulkan suatu respon imunitas seluler kompleks yang membentuk lesi pneumonik, sehingga pada gambaran radiologi menunjukkan adanya lesi aktif dan ketika lesi tersebut dibatukkan akan menghasilkan sputum BTA yang positif.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan pertama. Jakarta: Depkes RI. 2007. Hlm: 4-5.
PDPI. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Hlm: 1-2, 4-6, 10-12, 19-20
World Health Organization. Global Tuberculosis Control 2014. 2013. Tersedia di : http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/.
Jamzad A, Shahnazi M, Khatami A, Azimi GH, Khanbabaee GH, Salimi L, et al. Radiographic Findings of Pulmonary Tuberculosis in Tehran I in Comparison with Other Institutional Studied. Iran J Radiol 2009; 6(3):hlm 131 – 6.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I ,Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006. Hlm: 998-1005, 1045-9
Price. A,Wilson. L. M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Bab 4. Edisi VI. Jakarta: EGC, 2004. Hlm: 852-64
Frida E, Ibrahim S, Hardjoeno. Analisis Temuan Basil Tahan Asam Pada sputum Cara Langsung Dan Sediaan Konsentrasi Pada Suspek Tuberkulosis. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory 2006 :12
Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2009. Hlm :136
Gomes M, Saad R, Stirbulov R. Pulmonary Tuberculosis: Relationship Between Sputum Bacilloscopy and Radiological Lesions. Rev Inst MedTrop S Paulo 2003; 45(5): hlm 275 – 81.
Icksan, Luhur S. 2008. Radiologi Toraks Tuberkulosis Paru. Jakarta : Sagung Seto.
Sembiring, H. 2005. Hubungan Pemeriksaan Dahak dengan Kelainan Radiologis pada Penderita TBC Paru Dewasa. Researchgate. Vol 1 : 2.
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.1275
  Â