Hubungan Intensitas Bunyi dengan Sensorineural Hearing-Loss di Salah Satu Pabrik Teksil di Kabupaten Bandung

Silmi Kamilah Syafrudin, Miranti Kania Dewi, Tinni Rusmartini

Abstract


Ketulian merupakan penyebab utama keterbatasan aktivitas manusia. Jenis ketulian dibagi menjadi konduktif, sensorineural, dan campuran. Tuli sensorineural adalah jenis yang paling sering menimbulkan gangguan permanen. Sumber utama terjadinya tuli sensorineural di dunia adalah tempat kerja, terutama pabrik dengan intensitas bunyi yang cukup tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas bunyi dengan kejadian sensorineural hearing-loss di salah satu pabrik tekstil di Kabupaten Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode cross sectional. Jumlah subjek penelitian adalah 48 orang, terdiri dari pekerja divisi mesin dan divisi non-mesin, yang diambil dengan cara non-probability sampling metode convinience. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Fisher Exact Test dibantu dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan divisi non-mesin memiliki intensitas bunyi rendah (<85 dB), sedangkan divisi mesin memiliki intensitas bunyi sedang (85-90 dB) dan tinggi (>90 dB). Persentase kejadian ketulian sensorineural pada divisi non-mesin adalah 25% dan pada divisi mesin adalah 29,17%. Pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas bunyi dengan kejadian sensorineural hearing-loss pada pekerja salah satu pabrik tekstil di Kabupaten Bandung. Hal yang mendasari hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh adanya faktor perancu seperti keadaan lingkungan, misalnya permukaan lantai dasar, temperatur, kelembaban, lamanya paparan, dan keterbatasan penelitian seperti sampling bias, dan jenis tes yang bersifat kurang sensitif dan spesifik.

Keywords


Intensitas Bunyi; Ketulian; Pekerja Pabrik; Sensorineural

References


Thorne PR, Ameratunga SN, Stewart J, Reid N, Williams W, Purdy SC, dkk. Epidemiology of noise-induced hearing loss in New Zealand. New Zealand Medical Journal 2008;121(1280): hlm. 33–44.

Duthey BB, Ph D. Priority Medicines for Europe and the World “A Public Health Approach to Innovation†Update on 2004 Background Paper Background Paper 6 . 21 Hearing Loss [Internet]. Tersedia dari: http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP6_21Hearing [Diakses 1 November 2014].

Adelaide Digital Hearing Soultions. Hearing Loss [Internet]. Tersedia dari: http://www.digitalhearing.com.au/hearingloss.html [Diakses 17 Februari 2015].

Muller C. Sudden Sensorineural Hearing Loss [Internet]. Tersedia dari: http://www.utmb.edu/otoref/grnds/SuddenHearingLoss-010613/SSNHL.htm [Diakses 17 Februari 2015].

Kemkes RI, Riset kesehatan dasar. Jabar: Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan RI; 2013.

Occupational Public Health Program Oregon Department of Human Service. Occupational Noise-induced Hearing Loss (NIHL). 2009.

Marisol C, Diarmid C, Kyle S. Occupational noise Assessing the burden of disease from work-related hearing impairment at national and local levels. WHO Protection of the Human Environment. 2004;(9).

Kirchner DB, Evenson E, Dobie R a, Rabinowitz P, Crawford J, Kopke R, dkk. Occupational noise-induced hearing loss: ACOEM Task Force on Occupational Hearing Loss. Journal of Occupational and Environmental Medicine [Internet]. 2012;54(1): hlm. 106–8. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22183164 [Diakses 10 November 2014].

Onder M, Onder S, Mutlu A. Determination of noise induced hearing loss in mining: an application of hierarchical loglinear modelling. Environmental Monitoring and Assessment [Internet]. 2012;184(4): hlm. 2443-51. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21617964 [Diakese 18 Desember 2014].

Thurston FE. The worker’s ear: a history of noise-induced hearing loss. American Journal of Industrial Medicine [Internet]. 2013;56(3): hlm. 367–77. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22821731 [Diakses 18 Desember 2014].

Harmadji S, Kabullah H. Noise Induced Hearing Loss in Steel Factory Workers. Folia Medica Indonesiana. 2004;40(4): hlm. 171–4.

Dewi YA, Agustian RA. Skrining Gangguan Dengar pada Pekerja Salah Satu Pabrik Tekstil di Bandung Hearing Test Screening at One of the Textile Factory Workers in Bandung. Majalah Kedokteran Bandung. 2004;44(2): hlm. 96–100

McCance K, Huether S, Brashers V, Rote N. Pathophysiology the biologic basic for disease in adults and children. Edisi ke-6. Maryland Heights: Mosby Elsevier; 2010.

Onder M, Onder S, Mutlu A. Determination of noise induced hearing loss in mining: an application of hierarchical loglinear modelling. Environmental Monitoring and Assessment [Internet]. 2012;184(4): hlm. 2443-51. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21617964 [Diakese 18 Desember 2014].

Barry Triax, penyunting. Sound Propagation [Internet]. Tersedia dari: http://www.sfu.ca/sonic-studio/handbook/Sound_Propagation.html [Diakses 23 Juli 2015].

Siswanto D, Susila D, Suyanto D. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Edisi ke-1. Yogyakarta: Bursa Ilmu; 2013.

Government of South Australia. Noise in the workplace: What you should know. 2008.

Chen Z, Maher R, Montana State University. Atmospheric Sound Propagation Consideration for The Birdstrike Project. 2004;

Climate-data.org. Iklim: Majalaya [Internet]. Tersedia dari: http://id.climate-data.org/location/596280/ [Diakses 24 Maret 2015].

Kohlberg G, Hammer M. Rinne Test: Sensitivity and Specificity [Internet]. Tersedia dari: http://getthediagnosis.org/finding/rinne_test.htm [Diakses 24 Juli 2015].

Clarke C, Howard R, Rossor M, Shorvon S. Neurology: A Queen Square Textbook. Hoboken: Willey-Blackwell; 2011.

Kohlberg G, Hammer M. Weber Test: Sensitivity and Specificity [Internet]. Tersedia dari: http://getthediagnosis.org/finding/weber_test.htm [Diakses 24 Juli 2015].

U.S. Preventive Service Task Force. Guide to Clinical Preventive Service. Darby: Diane Publishing; 1989.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.1160

Flag Counter    Â