Kajian Penyediaan Kawasan Resapan Air Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Secara Berkelanjutan di Kota Bandung

Tiara Chika Maulida, Hilwati Hendarsah

Abstract


Abstract. Increasing population has prompted the development activities so that the amount of water resources is needed even more and more. According to the government of Bandung in 2015 the water supply in Bandung was reduced to 60 -70% of the normal conditions on the other side of the demand for water continues to increase. Therefore, there should be efforts to manage water resources to be sustainable. Based on this phenomenon, the problem in this research is formulated as follows (1) Knowing the amount of water requirement in Bandung (2) The amount of land that serves as a water recharge area (3) a suitable location to be a water recharge area. Researcher using evapotranspiration analysis, analysis of water availability, water balance analysis and water recharge area requirement. With the processing of secondary data from institution. The results showed that the water requirement, derived from domestic use and water use by PDAM in 2036 with a population 4.410.498 inhabitants, amounting to 356.305.238 m3 / year. Water recharge area requirement  to sufucient the water needs for people of Bandung In 2016 the availability of green open space is sufficient for 1.925 hectares to 1.395 hectares, while in 2036 the projected availability of green open space is insufficient by 910 hectares to 1.734 hectares of land requirement. The location is convenient water recharge areas based analysis in 2016 spread in 22 sub-districts in Bandung with the three largest number of extents found in the Bandung Kulon with an area of 272,08 hectare, Babakan Ciparay with an area of 223,22 hectares, and Cicendo with an area of 192,93 hectares. While in 2036 the supply of water recharge areas spread across 30 Districts with the three largest number of extents found in the Gedebage with an area of 135,30 hectares, Mandalajati with an area of 132,68 hectares, and Ujungberung of 85,80 hectares. Green open Space limited in Bandung can be solved by means of water conservation management of rainwater infiltration wells were applied to each settlement and cultivation model of silviculture techniques of plant species of bamboo and family Moraceae of Ficus species are applied in the urban green open space.

 

Abstrak. Keadaan jumlah penduduk yang meningkat memicu aktivitas pembangunan sehingga jumlah sumber daya air yang dibutuhkan pun semakin banyak. Menurut pemerintah Kota Bandung pada tahun 2015 persediaan air bersih di Kota Bandung berkurang menjadi 60 -70 % dari kondisi normal pada sisi lain permintaan kebutuhan air terus meningkat. Oleh karena itu harus ada upaya pengelolaan sumber daya air agar terus berkelanjutan. Untuk ini dilakukan penelitian yang bertujuan: (1) Mengetahui jumlah kebutuhan air bersih penduduk Kota Bandung, (2) Total lahan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air (3) lokasi yang sesuai untuk dijadikan kawasan resapan air. Analisis yang digunakan ialah analisis evapotranspirasi, analisis ketersediaan air, analisis keseimbangan air dan analisis kebutuhan lahan resapan air bagi penduduk kota, dengan menggunakan pengolahan berbagai macam data sekunder yang didapatkan dari instansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih, yang berasal dari penggunaan domestik dan penggunaan air oleh PDAM pada tahun 2036 dengan jumlah penduduk 4.410.498 jiwa, sebesar 356.305.238 m3/tahun. Lahan resapan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk Kota Bandung. Pada tahun 2016 ketersediaan ruang terbuka hijau masih mencukupi sebesar 1.925 hektar dengan kebutuhan 1.395 hektar, sedangkan pada tahun proyeksi 2036 ketersediaan ruang terbuka hijau tidak mencukupi sebesar 910 hektar dengan kebutuhan lahan 1.734 Ha. Lokasi penyediaan kawasan resapan air yang sesuai berdasarkan analisis di tahun 2016 tersebar di 22 Kecamatan di Kota Bandung dengan jumlah luasan terbesar terdapat di Kecamatan Bandung Kulon dengan luas 272,08 hektar, Kecamatan Babakan Ciparay dengan luas 223,22 hektar, dan Kecamatan Cicendo dengan luas sebesar 192,93 hektar. Sedangkan pada tahun 2036 penyediaan kawasan resapan air tersebar di 30 Kecamatan dengan jumlah luasan terbesar terdapat di Kecamatan Gedebage dengan luas 135,30 hektar, Kecamatan Mandalajati dengan luas 132,68 hektar, dan Kecamatan Ujungberung sebesar 85,80 hektar. Terbatasnya lahan terbuka hijau di Kota Bandung dapat diatasi dengan cara pengelolaan konservasi air sumur resapan air hujan yang diterapkan pada setiap permukiman dan model penanaman teknik silvikultur dari jenis tanaman bambu serta famili Moraceae dari species Ficus diterapkan di ruang terbuka hijau perkotaan


Keywords


Water Requirement, Water Recharge, Green Open Space

References


Bayuaji, Ilmiawan Surya. [2015]. Analisis Imbangan Ketersediaan Dan Kebutuhan Air Pertanian dan Domestik Di DAS Pemali. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Padjajaran

Chairani, Annisa. [2010]. Identifikasi Kondisi Sumber Daya Air di Kota Bandung dengna menggunakan Konsep Water Footprint. Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut Teknologi Bandung

Falkenmark, M . [2003]. Water Management and Ecosytem: Living with Change. Stolkhom

Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief. [2005]. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. ANDI. Yogyakarta.

Pancawati, Juwarin. [2013]. Ketersediaan Lahan Resapan Air Di KotaTangerang. Fakultas Pertanian. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Putra, Eka Al-Rozi Hidayatullah. [2015]. Analisis Curah Hujan Bulanan menggunakan Metode Exponential Smotthing (Studi Kasus: Katulamp Bogor). Departemen Geofisika dan Meteorologi. Institut Pertanian Bogor.

Ridwan, Muhammad dan Diagal Wisnu Pamungkas. [2015]. Keanekaragaman Vegetasi Pohon di Sekitar Sumber Mata Air di Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Wibowo, Mardi. [2006]. Model Penentuan Kawasan Resapan Air Untuk Perenacaan tata Ruang Berwawasan Lingkungan. Peneliti Geologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/pwk.v0i0.3994

Flag Counter   Â