Kawung Sebagai Pembentuk Ruang di Kampung Adat Ciptagelar

Achmad Jamaludin, Imam Indratno

Abstract


Abstract. Kasepuhan Ciptagelar is one of  the traditional vilagges already since 1368 M. culture and way of life remain the same witg the teaching of the ancestors and exist as new era. An example of a traditional villages there are ideal arrangement of space. It can be seen from the indiegenous villages in balance with nature and creates a beuty for space. Nature and the environment are  treasure that must be maintained bot by indigenous peoples. Besides the tradition changed based on wangsit is the uniqueness of traditional village ciptagelar and not owned by indigenous villages especially in western Java. In any displacement assessed the practical knowledge in order to survive in a new environment. Such knowledge includes various aspects of life such as housing arrangements, build environment, agriculture, etc. Such knowledge is essential for the survival of their lives and is a form of knowledge to adapt life without reducing the bit of culture rules that have long lasting and hereditary From this phenomenon, it concluded a research question is what is the local knowledge in the form of space. The research objective was to determine the concept of space forming in indigenous villages Ciptagelar as the basic entity of a local knowledge about the formation of space. This study uses a phenomenological  research  method, in which the results obtained from this study is the concept of the traditional village space forming Ciptagelar based on the phenomenon with their signs, signs and markers as information unit further categorized into themes that eventually form a concept. Kawung is the concept of macro and meso space formed in the traditional village Ciptagelar as a reflection of the understanding, knowledge and culture along with traditions that have been taught by earlier ancestors. The pattern shape of macro and meso space is manifested into iket kawung relief.

 

Abstrak. Kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu kampung adat sudah berada sejak 1368 M. Adat istiadat dan tatanan hidup masih tetap sama dengan ajaran leluhur dan eksis seiring berkembangannya jaman. Kampung adat merupakan contoh atau miniatur dalam gambaran penataan ruang yang ideal. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kampung adat yang seimbang dengan alam dan mencipatakan suatu keindahan akan ruang. Alam dan lingkungan merupakan suatu harta yang harus dipertahankan baik oleh masyarakat adat. Selain itu adanya tradisi berpindah berdasarkan wangsit yang menjadi keunikan kampung adat Ciptagelar ini dan tidak dimiliki oleh kampung adat khusunya di jawa barat. Dalam setiap perpindahan yang dilakukan terdapat pengetahuan praktis dalam rangka bertahan hidup di lingkungan yang baru. Pengetahuan tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan seperti pengaturan permukiman, pengelolaaan lingkungan, pertanian, dsb. Pengetahuan tersebut sangat penting bagi kelangsungan kehidupan mereka dan merupakan bentuk pengetahuan untuk beradaptasi hidup tanpa mengurangi sedikitpun aturan adat yang telah lama berlangsung dan secara turun temurun Dari fenomena tersebut, maka disimpulkan suatu pertanyaan penelitian yaitu apa yang menjadi pengetahuan lokal dalam membentuk ruang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsep pembentuk ruang di kampung adat Ciptagelar sebagai entitas dasar dari sebuah pengetahuan lokal tentang proses pembentukan ruang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian fenomenologi, dimana hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah konsep pembentuk ruang kampung adat Ciptagelar berdasarkan dari fenomena dengan adanya tanda, pertanda dan penanda sebagai unit informasi selanjutnya dikategorisasikan menjadi tema-tema yang akhirnya membentuk sebuah konsep. Kawung adalah konsep ruang makro dan meso yang terbentuk di kampung adat Ciptagelar sebagai refleksi dari pemahaman, pengetahuan dan adat istiadat beserta tradisi yang sudah diajarkan oleh leluhur sebelumnya. Bentuk  pola ruang makro dan meso ini termanifestasikan kedalam relief motif iket kawung.


Keywords


Traditional Village. Culture, Phenomenology

References


Adimiharja, K. (1992). Kasepuhan yang tumbuh di Atas yang luruh. Penerbit, Transito, Bandung.

Adhimiharja, K. (2009). Leuweung Titipan; hutan Keramat Warga Kasepuahn di Gunung halimun, dalam Soedjito dkk. (ed). Komnas MAB Indonesia – LIPI & CII.

Asep. (2000). Kesatuan Adat Banten Kidul (Dinamika Masyrakat dan Budaya Sunda Kasepuhan di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat, Tesis Pascasarjana Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bakti, K.A.B. (1997). Studi Fungsi Pranta Lumbung Padi Komunal Pada Komunitas Kasepuhan Adat Ciptarasa Di Desa Sirnarasa, Kec. Cisolok, Kab. Sukabumi. Hasil Penelitian, Jurusan Antropologi Universitas Padjadjaran (UNPAD), Jatinangor- Jawa Barat.

Hasbiansyah, O. (2005) Pendekatan Fenomelogi Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Penerbit, DIKTI,

Koentjaraningrat, (2003). Pengantar Antropologi 1. Penerbit PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.

Kuswantoro, Engkus. (2009). Metodelogi Penelitian Komunikasi Fenomelogi Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Penerbit Widya Padjajaran, Bandung.

Moustakas, C. (1994). Phenomenological Research Methods. Sage Publications. London




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/pwk.v0i0.3768

Flag Counter   Â