Kajian Mitigasi Bencana Alam dalam Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kampung Adat Pulo Cangkuang Kab. Garut
Abstract
Abstract. The phenomenon of natural disasters that often occur provides experience to the community in dealing with them. Like previous research, there is local wisdom that can mitigate disasters. And Pulo Traditional Village needs to receive a similar study because it is located in a disaster-prone area of the Guntur Volcano because it is geographically 10 km away and has a history of 21 eruptions. in the 1800's era, although eruptions never occurred again, the activity of this mountain was always recorded by volcanic earthquakes that occurred between 20 – 30 events/month, by identifying physical forms, infrastructure, spatial planning and observing customs to define disaster mitigation nature contained in the value of local wisdom. With this, research is carried out from a meaningful view because the research intends to observe social conditions in depth, therefore the approach method used is qualitative with descriptive analysis methods. The source of data comes from the results of interviews and literature review in the form of primary and secondary data. Based on the data analysis carried out, it was concluded that the description of the pattern of local wisdom that was able to become disaster mitigation was analyzed based on the life philosophy of the Kampung Pulo community, namely Tri Tangtu, which was implemented through mandates, wills and taboos. Then the form of local wisdom that is able to mitigate disasters consists of a mandate to live a simple life so that it is in harmony with nature and prioritizes religion, togetherness and peace; wills in building houses, raising livestock to maintain cleanliness; and the taboo of deeds and taboos of things.
Keywords: Local Culture, Disaster Mitigation, Traditional Village.
Abstrak. Fenomena bencana alam yang banyak terjadi memberikan pengalaman masyarakat dalam menghadapinya. Seperti penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adanya kearifan lokal yang dapat memitigasi bencana. Dan Kampung Adat Pulo perlu mendapat kajian serupa karena terdapat di kawasan rawan bencana Gunung Api Guntur karena secara geografis berjarak 10 km dan memiliki sejarah letusan sebanyak 21 kali. pada era tahun 1800-an walaupun tidak pernah terjadi letusan lagi namun aktivitas gunung ini selalu terekam dengan adanya gempa vulkanik yang terjadi antara 20 – 30 kejadian/bulan, dengan mengidentifikasi bentuk fisik, infrastruktur, tata ruang serta pengamatan terhadap adat istiadat untuk mendefinisikan mitigasi bencana alam yang tertuang dalam nilai kearifan lokalnya. Dengan hal tersebut, dilakukan penelitian yang berasal dari pandangan penuh makna karena penelitian bermaksud mengamati kondisi sosial secara mendalam, oleh karena itu metode pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif dengan metoda analisis deskriptif dan SIG. Adapun sumber data berasal dari hasil wawancara dan telaah kepustakaan berupa data primer dan sekunder. Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa terdeskripsinya pola kearifan lokal yang mampu menjadi mitigasi bencana dianalisis berdasarkan filosofi hidup masyarakat Kampung Pulo yaitu Tri Tangtu, yang diimplementasikan melalui amanat, wasiat dan tabu. Kemudian bentuk dari kearifan lokal yang mampu memitigasi bencana terdiri dari amanat untuk hidup sederhana sehingga selaras dengan alam dan mengutamakan agama, kebersamaan serta kedamaian; wasiat dalam membangun rumah, beternak untuk menjaga kebersihan; dan tabu perbuatan dan tabu benda.
Kata Kunci: Kearifan Lokal, Mitigasi Bencana, Kampung Adat.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Agustina, I.H dan Hilwati Hindersah, 2019. Explorations of Social Values in Magersari Settlement in Indonesia, ISVS e-journal, Vol. 6, no.1, https://isvshome.com/pdf/ISVS_6-1/ISVSej-6.1.1-InaHelenaAgustina.pdf
Agustina, I.H, Astri Mutia Ekasari, Irlanfardhani, Hilwati Hindersah,2020. Local wisdom in the spatial system of the palace, Indonesia. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1757-899X/830/2/022077/meta
Furqoni, H. A. L. (2010). Analisis Rumah Panggung Sederhana Terhadap Gempa Bumi.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Dasar-Dasar Rumah Sehat. Dasar-Dasar Rumah Sehat, 0–26.
Ragil, C., Pramana, A. Y. E., & Efendi, H. (2020). Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana di Wilayah Lereng Gunung Merapi Studi Kasus Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Reka Ruang, 3(1), 10–18.
Rashifah, N., Lanya, I., & Utami, N. W. F. (2019). Identifikasi dan model ruang terbuka hijau sebagai ruang evakuasi bencana alam gempa bumi berbasis SIG di kawasan Sanur, Denpasar, Bali. Jurnal Arsitektur Lansekap, 5(1), 67. https://doi.org/10.24843/jal.2019.v05.i01.p08
Rinaldi, Z., & Purwantiasning, A. W. (2015). Suku Besemah Di Kota Pagaralam Sumatera Selatan. November, 1–10.
Suandayani, N. K. T., & Poniman, S. (2017). Karakteristik Gempa Vulkanik Gunung Guntur Jawa Barat Sebaran Hiposenter dan Episenter Berdasarkan Data Seismik. 1–14.
Sumarlina, E. S. N., Permana, R. S. M., & Darsa, U. A. (2020). Tata Ruang Kosmologis Masyarakat Adat Kampung Naga berbasis Naskah Sunda Kuno. Lokabasa, 11(1), 22–28. https://doi.org/10.17509/jlb.v11i1.25163
R Muhammad Adhitya, Weishaguna (2021). Kajian Livable Street pada Jalur Pedestrian di Kawasan Pecinaan Lama Kota Bandung . Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota. 1(1). 30-37
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/pwk.v0i0.29186
  Â