Pengukuran Emosi Komunitas AKUR Cigugur terhadap Kegiatan Pembangunan dengan Aplikasi Neurosains Terapan

Abstract

Abstract. Adat Karuhun Urang (AKUR) Indigenous Community that developed in Cigugur, Kuningan, West Java, has two main teachings, namely self-awareness as a human person (cara-ciri manusa) and self-awareness as part of the nation (cara ciri bangsa) which is the main teaching Prince Sadewa Madrais. These two teachings form the basis for the AKUR Cigugur community which adheres to Sunda Wiwitan in their daily life. In qualitative research, it emphasizes the actor's intersubjective, while this study uses a neuroscience perspective on social space by measuring emotional conditions in the biological aspects of society. This is based on the phenomenon of many development processes that fail because they do not consider the emotional condition of the community as the subject of development. In this study, the changes in the amplitude value indicated the effect of the treatment/stimulus on certain brain areas. Based on the evaluation results, in general the alpha brain wave amplitude of the respondents increased compared to baseline values in temporal lobe (TP9 & TP10), and frontal lobe (AF7 & AF8) when given the video visualization stimulus. This suggests that the video visualization stimulus can modulate the activity of neurons in the parietal, temporal, and frontal areas to become more active, which is due to the transient effect of video visualization stimuli on the sensory pathway as a natural adaptation to the observed conditions.Keywords: AKUR Community, Emotion, Development, Neuroscience.Abstrak. Komunitas Adat Karuhun Urang (AKUR) yang berkembang di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, memiliki dua ajaran utama yakni kesadaran diri sebagai pribadi manusia (cara-ciri manusa) dan kesadaran diri sebagai bagian dari bangsa (cara ciri bangsa) yang merupakan ajaran utama dari Pangeran Sadewa Madrais. Kedua ajaran ini menjadi landasan bagi komunitas AKUR Cigugur yang menganut Sunda Wiwitan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Pada penelitian kualitatif lebih menekankan pada intersubjektif pelaku, sedangkan penelitian ini menggunakan perspektif neurosains pada ruang sosial dengan mengukur kondisi emosi pada aspek biologis masyarakat. Hal ini dilandasi oleh fenomena banyaknya proses pembangunan yang mengalami kegagalan karena tidak mempertimbangkan kondisi emosi masyarakat sebagai subyek pembangunan. Dalam penelitian ini kondisi nilai amplitudo yang mengalami perubahan menunjukkan adanya efek perlakuan/stimulus terhadap area otak tertentu. Berdasarkan hasil evaluasi, secara umum amplitudo gelombang otak alfa responden mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai baseline pada lobus temporal (TP9 & TP10), dan lobus frontal (AF7 & AF8) saat diberikan stimulus visualisasi video. Hal ini menunjukkan bahwa stimulus visualisasi video dapat memodulasi aktivitas neuron di area parietal, temporal, dan frontal menjadi lebih aktif, yang disebabkan karena adanya efek transien stimulus visualisasi video pada jalur sensori sebagai adaptasi alami terhadap kondisi yang diamati.Kata Kunci: Komunitas AKUR, Emosi, Pembangunan, Neurosains.