Studi Pengetahuan Lokal Ngajaga Leuweung dalam Penanganan Bencana

Raniri Niasalatin, Weishaguna Weishaguna

Abstract


Abstract. Forest management can provide positive values and negative values to the community. This can be seen from the forest management system used by the community, if the community is able to manage the forest sustainably, it will have a positive impact, while if the community manages the forest excessively and does not comply with the rules or norms that apply, it will have a negative impact. As happened to the Kasepuhan indigenous community in Sirnaresmi Village, where in 2018 and around 20 years ago a landslide disaster hit the village. The landslide disaster that occurred in 2018 was due to the indigenous people violating the appeal of the traditional leaders, while the landslide disaster that occurred about 20 years ago was caused by looting leuweung titipan by outsiders and the increase in population around the area. However, during a period of 20 years, with the community preserving and maintaining the wisdom of ngajaga leuweung, it is able to minimize the threat of landslides that can occur at any time and minimize vulnerability from the threat of landslides. Based on this, a research was carried out aimed at exploring local knowledge of ngajaga leuweung in dealing with landslides in Sirnaresmi Traditional Village. In this study, an exploratory method with a qualitative approach and data collection methods in the form of interviews and journals were used to complement the shortcomings of data that were generated directly. Based on the results of the analysis, there are some local wisdoms found related to disaster management which are grouped into 3 variables, namely ngajaga leuweung titipan, ngajaga leuweung tutupan and ngajaga leuweung garapan.

Keywords: Local Wisdom, Ngajaga Leuweung, Disaster Management.

Abstrak. Pengelolaan hutan dapat memberikan nilai positif dan nilai negatif kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari sistem pengelolaan hutan yang digunakan oleh masyarakat, apabila masyarakat mampu mengelola hutan secara lestari, maka akan memberikan dampak positif, sedangkan apabila masyarakat mengelola hutan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku, maka akan memberikan dampak negatif. Seperti yang terjadi pada masyarakat adat kasepuhan di Desa Sirnaresmi, dimana pada tahun 2018 dan sekitar 20 tahun lalu bencana longsor menimpa desa tersebut. Bencana longsor yang terjadi pada tahun 2018 dikarenakan masyarakat adat melanggar himbauan ketua adat, sedangkan bencana longsor yang terjadi sekitar 20 tahun lalu diakibatkan oleh penjarahan leuweung titipan oleh para oknum luar dan pertambahan penduduk sekitar kawasan. Namun selama jeda waktu 20 tahun, dengan masyarakat yang melestarikan dan mempertahankan kearifan ngajaga leuweung mampu meminimalisir timbulnya ancaman bencana longsor sewaktu-waktu dapat terjadi dan meminimalisir kerentanan dari ancaman bencana longsor. Berdasarkan pada hal tersebut, maka dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengetahuan lokal ngajaga leuweung dalam menangani bencana longsor di Desa Adat Sirnaresmi. Dalam penelitian ini menggunakan metode eksplorasi dengan pendekatan kualitatif dan metode pengumpulan data berupa wawancara dan jurnal untuk melengkapi kekurangan data yang dihasilkan secara langsung. Berdasarkan pada hasil analisis bahwa terdapat beberapa kearifan lokal yang ditemukan berkaitan dengan penanganan bencana yang dikelompokkan menjadi 3 variabel yaitu ngajaga leuweung titipan, ngajaga leuweung tutupan dan ngajaga leuweung garapan.

Kata Kunci: Kearifan Lokal, Ngajaga Leuweung, Penanganan Bencana.


Keywords


Kearifan Lokal, Ngajaga Leuweung, Penanganan Bencana

Full Text:

PDF

References


As’ari, R., dan Hendriawan, N. 2016. Kajian Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Naga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Mitigasi Bencana. Jurnal Semnas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Darusman, Y. 2016. Kearifan Lokal dan Pelestarian Lingkungan (Studi Kasus di Kampung Naga, Kabupaten tasikmalaya dan di Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis). Jurnal Cendekiawan Ilmiah. PLS FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Tasikmalaya.

Holilah, M. 2015. Kearifan Ekologis Budaya Lokal Masyarakat Adat Cigugur Sebagai Sumber Belajar IPS. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Vol. 24. No. 2. Desember 2015. Prodi Pendidikan IPS UPI. Bandung.

Maryani, E., dan Yani, A. 2012. Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi Bencana sebagai Sumber Pembelajaran IPS Berbasis Nilai. 2012. Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI. Bandung.

Ramdhan, B., Chikmawati, I., dan Waluyo, E, B. 2015. Perspektif Kultural Pengelolaan Lingkungan pada Masyarakat Adat Cikondang Kabupaten Bandung Jawa Barat. Jurnal Sumberdaya HAYATI. Januari 2015. Bidang Botani Puslit Biologi LIPI Cibinong. Bogor.

Samsuri, H. 2017. Filosofi Hidup sebagao Wujud Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kasepuhan Sinar Resmi Sari Mawaddahni. Jurnal Penelitian Kearifan Lokal. Vol. 9. No. 1. Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Surabaya. Hal 90-102.

Samsuri, Hendra. 2017. Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar Pengelolaan Hutan. Tesis. Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya. Surabaya

Senoaji, G. Pemanfaatan Hutan dan Lingkungan oleh Masyarakat Baduy di Banten Selatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol. 9. No. 3. November 2004. Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM. Yogyakarta. Hal 143-149. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Suparmini, dkk. 2014. Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Baduy. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Suparmini., Setyawati, S., dan Sumunuar, D. R. P. Pelestarian Lingkungan Masyarakat Baduy Berbasis Kearifan Lokal . Jurnal Penelitian Humaniora. Vol. 18. No. 1. April 2013. FIS Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Wiradimadja, Agung. 2018. Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Naga Sebagai Wujud Menjaga Alam dan Konservasi Budaya Sunda. Tugas Akhir. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Malang.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/pwk.v7i1.25866

Flag Counter   Â