Pengembangan Bisnis Model Kayu Putih dalam Mengembangkan Pembangunan Ekonomi Lokal (Studi Kasus : Kecamatan Namlea, Kabupaten Buru-Maluku)

Cita Nur Oktavia

Abstract


Abstract. Local economic development is a regional effort to spur economic development and provide benefits to the wider community, for the people of Namlea District, a local economy that has existed since ancient times until now, namely in the form of natural resources of white wood forestry which spread almost all over the sub-district. Eucalyptus has become one of the local economies that produce for the community and also the local area, not only has a scent that stiffens eucalyptus, it also has many benefits for health, so it is sought after by the local community. The emergence of various types of eucalyptus oil brand makes it difficult for outside customers to distinguish between genuine eucalyptus oil and fake ones, so refiners sell their products directly from the kettle to customers. Based on this phenomenon, there are research problems in the processing process to marketing eucalyptus oil which are formulated as follows: (1) Creativity in Human Resources that is not optimal, (2) Marketing systems that have not been widespread and are still focused on the local area, (3) The electricity network system is still problematic because there are often sudden outages, (4) Telecommunication network systems that only use one provider. This study uses a qualitative descriptive analysis method to describe or make descriptions, tables, graphs about data from research results and also descriptive statistical analysis used to calculate the amount of income and expenditure costs as well as the percentage increase for the strategy used from the value produced by eucalyptus oil products Namlea kettle. The data collection technique uses 2 (two) techniques, namely secondary data retrieval techniques by visiting relevant institutions, journals / literature and related books and primary data collection techniques in the form of interviews and direct observation. The results of this study are: (1) Eucalyptus customers are local people, TNI, Police, Employees, etc. (2) The value generated from eucalyptus oil products is only in the form of oil quality with BD numbers 1 and 2 and the prices of eucalyptus from the kettle are affordable, so creativity is needed in packaging eucalyptus oil products. (3) The structure of income based on PDRB as a result of eucalyptus forestry is the largest contributor, but the income is low, which is Rp.2,106,000. So that from these results we need innovation and creativity in packaging and marketing eucalyptus oil to value the eucalyptus oil products and can increase the income of the community and the government.

Keywords: Eucalyptus, Marketing, Value.



Abstrak. Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha daerah dalam memacu pembangunan ekonominya dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas, bagi masyarakat Kecamatan Namlea ekonomi lokal yang ada sejak jaman dahulu hingga sekarang yaitu berupa sumber daya alam perhutanan kayu putih yang tersebar hamper di seluruh wilayah kecamatan. Kayu putih menjadi salah satu ekonomi lokal yang menghasilkan bagi masyarakat dan juga daerah setempat, tidak hanya memiliki aroma yang menyegat kayu putih juga memiliki banyak khasiat bagi kesehatan sehingga banyak dicari oleh masyarakat setempat. Munculnya berbagai macam minyak merek minyak kayu putih membuat pelanggan dari luar sulit untuk membedakan mana minyak kayu putih asli dan juga palsu, sehingga penyuling lebih banyak menjual hasil produknya secara langsung dari ketel ke pelanggan. Berdasarkan fenomena tersebut, terdapat permasalahan penelitian dalam proses pengolahan hingga pemasaran minyak kayu putih yang dirumuskan sebagai berikut : (1) Kreativitas Sumber Daya Manusia yang belum optimal, (2) Sistem pemasaran yang belum tersebar luas dan masih terfokus pada wilayah setempat, (3) Sistem jaringan listrik yang masih bermasalah karena sering terdapat pemadaman secara mendadak, (4) Sistem jaringan telekomunikasi yang hanya menggunakan satu provider. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif untuk menjabarkan atau membuat uraian, tabel, grafik mengenai data hasil penelitian dan juga analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menghitung jumlah biaya pemasukan dan pengeluaran serta kenaikan persentase untuk strategi yang digunakan dari nilai yang dihasilkan oleh produk minyak kayu putih ketel Namlea. Teknik pengambilan data tersebut menggunakan 2 (dua) teknik yaitu teknik pengambilan data sekunder dengan mendatangi instansi terkait, jurnal/literature dan buku-buku terkait serta teknik pengambilan data primer berupa wawancara dan observasi langsung. Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Pelanggan kayu putih merupakan masyarakat setempat, TNI, Polisi, Pegawai, dll. (2) Nilai yang dihasilkan dari produk minyak kayu putih hanya berupa kualitas minyak dnegan BD nomor 1 dan 2 serta harga kayu putih dari ketel yang terjangkau, sehingga diperlukan kreativitas dalam pengemasan produk minyak kayu putih. (3) Struktur pendapatan berdasarkan PDRB Kabupaten hasil perhutanan kayu putih menjadi penyumbang terbanyak namun hasil pendapatannya asih rendah yaitu sebesar Rp.2.106.000. Sehingga dari hasil-hasil tersebut maka diperlukan inovasi dan kreativitas dalam melakukan pengemasan dan pemasaran minyak kayu putih untuk mnedapatakan value pada produk minyak kayu putih dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta pemerintah.

Kata Kunci: Kayu Putih, Pemasaran, Nilai.


Keywords


Kayu Putih, Pemasaran, Nilai.

Full Text:

PDF

References


Anonim (2017), Tinjauan Pustaka Industri Kecil Menengah, diunduh melalui http://e-journal.uajy.ac.id/2601/3/2EP16333.pdf. Bandung.

Anonim (2014), Tinjauan Pustaka Model Bisnis Canvas, diunduh melalui https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB%202_2014_0071.pdf.Bandung.

Bappeda Kabupaten Buru, (2015), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buru Tahun 2008-2028. Kabupaten Buru

Kasali Rhenald, (2017). Distruption, Cetakan ke-6 November 2017, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Osterwalder Alexander & Yves Pigneur, (2017). Business Model Generation, Cetakan ke-12, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/pwk.v0i0.15918

Flag Counter   Â