Kajian Habitat Burung Kuntul dan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) di Kampung Rancabayawak, Kota Bandung

Muhammad Dera Purdiansyah, Ernady Syaodih

Abstract


Abstract. Bird species in Indonesia continue to decline in population due to restoring habitat. This causes a lot of differences, especially the Environmental aspect as a wildlife habitat. The egret population in Bandung City has one habitat in Kampung Rancabayawak. The plan to build a second city center in Gedebage provides protection for egrets because of the massive changes in land use in the region. With assistance needed as a form of protection for egret populations. The research method in this study was conducted with qualitative and quantitative. Sources of data used are primary data from interviews and questionnaires and secondary data in the form of previous research and the internet. The analytical method used is descriptive analysis, descriptive statistical analysis, and comparative analysis. The results of the analysis and discussion, obtained by Kampung Rancabayawak has a great opportunity for the Essential Ecosystem Area (KEE). This is supported by informants' agreements on four related aspects of research in Kampung Rancabayawak. Ecosystem aspects in Kampung Rancabayawak have characteristics that are identical to egret habitats in the Asri Spruce Park such as vegetation characteristics and require zoning for heron habitat. However, it is necessary to add some help such as riparian zones / edges and add fish for retention ponds. In terms of Spatial and Social and Cultural Aspects (Social, Economic, Cultural), the percentage of zoning and function is carried out as a tourist attraction. In full, both governmental, private, NGO, academic and village communities supporting Kampung Rancabayawak become an Essential Ecosystem (KEE) in the sense as a complement to heron habitat.

Keywords: egrets, conservation, essential ecosystem areas (KEE), ecosystems.

 

Abstrak. Jenis burung di Indonesia terus mengalami penurunan jumlah populasi karena hilangnya habitat. Hal tersebut menimbulkan banyak persoalan, khususnya aspek lingkungan sebagai habitat satwa. Populasi burung kuntul di Kota Bandung memiliki salah satu habitat di Kampung Rancabayawak. Adanya rencana pembangunan pusat kota kedua di Gedebage memberikan ancaman kepada populasi burung kuntul karena adanya perubahan penggunaan lahan yang cukup masif di kawasan tersebut. Dengan begitu dibutuhkan upaya konservasi sebagai bentuk perlindungan kepada populasi burung kuntul. Metode pendekatan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Adapun sumber data yang digunakan adalah data primer hasil wawancara dan kuesioner serta data sekunder berupa penelitian terdahulu dan internet. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis statistik deskriptif, dan analisis komparatif. Hasil analisis dan pembahasan, diperoleh Kampung Rancabayawak memiliki peluang besar menjadi Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). Hal tersebut didukung oleh pernyataan – pernyataan narasumber terhadap empat aspek penelitian terkait konservasi di Kampung Rancabayawak. Aspek ekosistem di Kampung Rancabayawak memiliki karakteristik yang identik dengan habitat burung kuntul di Taman Burung Cemara Asri seperti karakteristik vegetasi dan keberadaan zonasi bagi habitat burung kuntul. Namun masih perlu beberapa penanganan seperti penambahan zona riparian/tepian dan menambah populasi ikan untuk kolam retensi. Ditinjau dalam aspek Tata Ruang dan Sosekbud (Sosial, Ekonomi, Budaya), dilakukan penyesuaian prosentase zonasi dan penambahan fungsi sebagai objek wisata. Ditinjau secara kelembagaan, baik lembaga pemerintahan, swasta, LSM, akademisi, dan masyarakat kampung sepakat bahwa Kampung Rancabayawak menjadi Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) dalam artian sebagai konservasi bagi habitat burung kuntul.

Kata Kunci : burung kuntul, konservasi, kawasan ekosistem esensial (KEE), ekosistem.


Keywords


burung kuntul, konservasi, kawasan ekosistem esensial (KEE), ekosistem.

Full Text:

PDF

References


Alikodra, Hadi S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar Dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor : IPB Press

Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. 2018. Pedoman Perlindungan Kawasan Ekosistem Esensial. Bogor : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung. 2013. Pengelolaan Ekosistem Esensial. Kementerian Kehutanan : Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Indrawan, Mochamad, Richard B Primack, Jatna Supriatna. 2012. Biologi Konservasi. Cetakan Ketiga. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Jakarta




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/pwk.v0i0.15325

Flag Counter   Â