Representasi Islamophobia dalam Film 3 ‘Alif Lam Mim’
Abstract
Dalam film 3 'Alif Lam Mim', Islam dipandang sebelah mata. Ketakutan terhadap umat muslim yang dianggap sebagai terorisme dan identik dengan kekerasan menjadi isu utama dalam film. Teknik analisis semiotika merupakan disiplin ilmu yang cocok untuk mengungkap makna dibalik tanda-tanda yang dilihat dalam film. Teori tersebut mencakup analisis bahwa representasi Islamophobia dalam Film ‘3 Alif Lam Mim’, dapat dilihat dari Level realitas yang dikodekan melalui Penampilan, Lingkungan, Gerak Tubuh, Perilaku, dan Cara Berbiacara. Kemudian level representasi dimunculkan melalui kode berupa Kamera, Konflik, Aksi dan Percakapan. Lalu level  ideologi yang tampak dalam film adalah Etnosentrisme dan Kapitalisme. Adanya sikap skeptis menimbulkan prasangka negatif atas dasar perbandingan yang berakar menjadi Etnosentrisme. Sikap skeptis disini terbentuk karena muslim dipandang sebagai kaum minoritas yang harus ditindaklanjuti, di waspadai keberadaannya dengan alasan membahayakan bagi ketertiban umum. Berdasarkan dialog dan alur cerita pula mengindikasikan bahwa adanya pihak tertentu yang sengaja merekonstruksi, dimana media Libernesia yang memilih pers rilis dari Pimpinan Detasemen 38, yaitu Kolonel Mason demi mempertahankan sebuah ideologi media. Nampak bahwa Islamophobia itu muncul sebagai sebuah budaya yang sengaja diciptakan oleh pihak yang berkuasa.
In the movie 3 ' Alif Lam Mim ', Islam considered one eye. Feared of Muslims is considered synonymous with terrorism and violence is a major issue in the film. Analysis technique is the discipline of semiotics that lends it self to uncover the meaning behind the signs seen in the film. The theory is that the analysis includes the representation of Islamophobia in the movie ' 3 Alif Lam Mim ', can be seen from the Level of reality that is encoded through appearance, environment, Gestures, behaviors, and how to speaking. Then the level of representation is presented through the code in the form of a camera, conflict, action and conversation. Then level the ideology which looked in the movie is Etnosentrisme and capitalism. The existence of a negative bias raises skepticism on the basis of a comparison of the rooted into Etnosentrisme. Skepticism here formed because Muslims are seen as minorities who should be followed up, in beware of its existence with a reason to endanger public order. Based on dialogue and story line also indicates that the presence of certain parties who intentionally reconstruct, where media Libernesia who choose the press release from the leader of Detachment 38, namely Colonel Mason for the sake of maintaining an ideology of the media. It appears that Islamophobia was emerging as a culture that deliberately created by the ruling party.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Eryanto. 2006. Analisis Wacana. Yogyakarta: LkiS.
Fiske, John & Hartley, John. 2003. Reading Television. New York: Routledge, Gunawan, 2009. Study antar kasus rokok A Mild, Star mild dan LA Light. Univ. Gunadarma. Kalimalang.
Ida, Rachmah. 2014. Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya. Jakarta. Prenada Media Group.
Meleong, Lexy. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moordiningsih, 2004. “Islamophobia dan Strategi Mengatasinya,†dalam Buletin Psikologi. Tahun XII, No. 2, Desember 2004 (hal. 73-84).
Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.6209
  Â