REPRESENTASI TRAGEDI KERUSUHAN MEI 1998 DALAM FOTO “JAKARTA, MEI 1998â€

Fauzan Abdul Syukur Kesuma, Ferry Darmawan

Abstract


Abstrak. Satu yang membedakan jurnalis foto dari jurnalis tulis adalah mereka senantiasa bekerja dengan kamera. Adapun beritanya, jurnalis foto harus meyakini bahwa yang disajikan adalah fakta. Gagasan penyusunan tugas penelitian ini bermula saat saya sedang melihat foto-foto jurnalistik, berawal dari film War Photographer, yang dilakoni oleh James Natchwey. Dalam penelitian ini saya meneliti sebuah foto karya (Alm.) Julian Sihombing dalam bukunya Split Second Split Moment, yang dimuat di halaman 97. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam penelitian ini foto tersebut bercerita tentang kerusuhan reformasi pada tanggal 13 Mei 1998, di sana terdapat seorang salah satu mahasiswi Univerasitas Trisakti terkapar. Tak lama kemudian, sang foto jurnalis Julian Sihombing langsung memotretnya. Lalu keesokan harinya foto itu dimuat dimedia cetak Kompas hal 7, pada tanggal 13 Mei 1998, sehingga bisa mengguncang Negara Republik Indonesia. Maka dari itu, di penelitian ini saya ingin mahasiswa/i atau seluruh jurnalis bisa mengetahui karya Julian Sihombing yang sangat bagus sekali. Agar mereka bisa tahu, apa yang bisa di ambil dari pesan makna foto tersebut, dan bagaimana sikap seorang jurnalis ketika berada dilapangan seperti kerusuhan tersebut.


Keywords


Jurnalis, Jurnalisfoto, fotografi, Kekerasan



DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.315

Flag Counter   Â