Representasi Hate Speech dalam Posting-an Media Sosial Instagram Pasangan Calon Gubernur Jawa Barat
Abstract
Abstract. Social media has now become a public space that is free to express opinions. This freedom is finally anchored in negative comments that aim to bring down someone or to show their dislike. This happened in social media instagram account the jabar_asyik during the period campaign for the election of West Java Governor candidate period 2018 until 2023. So here the researchers are interested to seeing how far representations of hate speech on social media occur. To do this research, the researcher used Roland Barthes' semiotic methodology. This is because Barthes himself examines the meanings that are language and linguistic. To get meaning, Barthes divided it into denotative, connotative and mythical meanings. In research during February and June 2018, there were ten sentences of citizenship comments which contained hate speech. If grouped, sentence hate speech also contains sarcasm from Elizabeth Camp's theory. In Barthes' denotative meaning, there are ten sentences that contain hate speech with jabar_asyik. Whereas in the connotative meaning this sentence belongs to the illocutionary sarcasm and lexical sarcasm. While for the meaning of myth, hate speech occurs because the pattern of communication culture today has changed, that is communicating without face to face through social media.
Keywords: semiotic, hate speech, social media
Â
Abstrak. Media sosial kini telah menjadi ruang publik yang bebas untuk mengutarakan pendapat. Kebebasan ini hingga akhirnya berlabuh pada komentar-komentar negatif yang bertujuan untuk menjatuhkan seseorang atau pun untuk menunjukan rasa ketidaksukaan mereka. Hal ini terjadi seperti di akun media sosial instagram jabar_asyik selama masa kampanye pemilihan pasangan calon Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023 berlangsung. Maka di sini peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana representasi hate speech di media sosial terjadi. Untuk melakukan penelitian ini ini, peneliti menggunakan metodologi semiotika dari Roland Barthes. Hal ini dikarenakan Barthes sendiri meneliti makna-makna yang bersifat bahasa dan linguistik. Untuk memperoleh makna, Barthes membaginya ke dalam makna denotatif, konotatif, dan mitos. Dalam penelitian selama bulan Februari dan Juni 2018, terdapat sepuluh kalimat komentar warganet yang menggandung hate speech. Jika dikelompokkan, kalimat hate speech ini juga menggandung sarkasme dari teori Elizabeth Camp. Dalam makna denotatif Barthes, terdapat sepuluh kalimat yang menggandung hate speech diakun jabar_asyik. Sedangkan dalam makna konotatif kalimat ini termasuk ke dalam illocutionary sarcasm dan lexical sarcasm. Sementara untuk makna mitos, hate speech terjadi karena pola budaya komunikasi masa kini yang sudah berubah, yaitu berkomunikasi tanpa tatap muka melalui media sosial.
Kata kunci: semiotika, hate speech, media sosial
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Kellner, Douglas. 2003. Teori Sosial Radikal. Penerjemah: Eko Farichah Rindang.
Yogyakarta: Syarikat Indonesia
Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Cetakan ke-20. Penerjemah: . Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Krahe, Barbara. 2005. Perilaku Agresif. Cetakan ke-1 April. Penerjemah: Prajitno
Helly Soetjipto dan Sri Mulyantini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasrullah, Ruli. 2015. Media Sosial. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2002. “Bercengkrama dengan Semotikaâ€, dalam Jurnal Komunikasi Vol. 3 No. 1 (hal 31-50)
Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Cetakan Ke 2. Yogyakarta: Jalasutra.
Waltman, S Michael, Mattheis, A Ashely. 2017. Oxford Research Encyclopedia of Communication; Understanding Hate Speech.
Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia
Sumber lain:
Hate Speech, https://www.britannica.com/topic/hate-speech. Tanggal akses 10 Juli 2018, pk 21.32 WIB.
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.12403
  Â