Studi Deskriptif Adversity Quotient pada Guru SMP Terbuka 8 TKB Firdaus Bandung

Marcha Nabila, Farida Coralia

Abstract


Abstract. Terbuka JHS was established to support the government’s compulsory education program for those who have SKTM. The students, who come from the bottom class have low motivation in learning, low IQ, and lack of support from their parents. These cause some adversities for the teachers. Besides, the ages of the students being teenagers, the lack of facilities and support from the surroundings, the teachers having no pedagogic background also cause some adversities. Being in this condition, the teachers are forced to be able to face and overcome the adversities. They show tenacious and persistent behaviour, among which they always try to find methods which make the students understand the subjects easily, give extra time for teaching the students and never give up in guiding the students so as to reduce juvenile delinquency. This research is intended to get the description of Adversity Quotient, i.e their responses toward adversities, and factors that role. The measurement tool used is Stoltz’s Adversity Response Profile (ARP) (2005). The result is 53% of teachers having high Adversity Quotient and 47% teachers having moderate Adversity Quotient. It means that the teachers always find the alternatives to solve problems and see obstacles as opportunities, so they have the ability to deal and overcome the adversities as teachers.

Keywords: Adversity Quotient, Teacher, Terbuka Junior High School                        

Abstrak. SMP Terbuka 8 TKB Firdaus didirikan untuk mendukung program pendidikan wajib belajar yang diperuntukkan bagi siswa pemegang SKTM. Siswa yang berasal dari kalangan ekonomi menengah kebawah memiliki motivasi belajar yang rendah, IQ rendah, serta kurangnya dukungan dari orang tua. Hal tersebut menimbulkan kesulitan bagi guru. Selain itu, usia siswa yang berada pada masa remaja, kurangnya fasilitas dan dukungan warga, tidak adanya latar belakang pendidikan keguruan juga menimbulkan kesulitan. Kondisi tersebut menyebabkan para guru dituntut untuk mampu menghadapi dan mengatasi kesulitan yang terjadi. Mereka menunjukkan perilaku yang gigih dan ulet dalam menghadapi kesulitan, diantaranya dengan selalu mencari metode yang dapat memudahkan siswa memahami pelajaran, menambah waktu belajar, serta tidak menyerah dalam membimbing siswa sebagai upaya mengurangi kenakalan remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai Adversity Quotient pada guru, yaitu mengenai respon-respon mereka terhadap kesulitan serta faktornya yang berperan. Pengukuran menggunakan Adversity Response Profile (ARP) milik Paul G. Stoltz (2005). Hasil penelitian menunjukkan 53% guru memiliki Adversity Quotient tinggi, dan 47% guru memiliki Adversity Quotient sedang. Artinya, para guru selalu mencari berbagai alternatif pemecahan masalah dan menganggap rintangan menjadi peluang, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan yang berat sebagai guru.

Kata Kunci: Adversity Quotient, Guru, SMP Terbuka


Keywords


Adversity Quotient, Guru, SMP Terbuka

Full Text:

PDF

References


Ariani, Chanda. (2010). Studi mengenai adversity quotient pada guru pembimbing khusus (gpk) yang menangani anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa (slb) solalin bandung. Skripsi. Universitas Islam Bandung.

Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual-esq. Jakarta: Arga.

Fatmah. 2010. Gizi usia lanjut. Jakarta: Erlangga.Nazir, M. (2003). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Muaidi, M. (2015). Inovasi pendidikan; studi terhadap kebijakan smp terbuka. Lombok. (Dalam e-jurnal.stain-sorong.ac.id, diakses pada 7 November 2016)

Noor, Hasanuddin. (2009). Psikometri (aplikasi dalam penyusunan instrument pengukuran perilaku). Bandung: Penerbit Fakultas Psikologi Unisba.

Ronnie, Dani. (2006). The power of emotional and adversity quotient for teachers. Jakarta: Mizan Publika.

Silalahi, Dr. Ulber, MA. (2012). Metode penelitian sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Stoltz, Paul G. (2007). Adversity quotient: mengubah hambatan menjadi peluang cetakan ketujuh. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&b. Bandung: Alfabeta.

www.kemdikbud.go.id (diakses pada 9 September 2016)

www.peaklearning.com (diakses pada 1 September 2016)




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.9393

Flag Counter    Â