School Well-Being Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi SMP X Bandung

Legita Heryani, Dewi Rosiana

Abstract


SMP X Bandung termasuk sekolah swasta yang menerapkan program inklusi penuh atau kelas reguler. Melalui program inklusi penuh atau kelas reguler tersebut bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan semua siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan, akan tetapi ternyata setelah didapat data mengenai penilaian siswa berkebutuhan khusus terhadap terpenuhinya kebutuhan disekolah dalam pelaksanaan masih ditemukan banyak kendala. Penilaian subjektif siswa mengenai sekolahnya disebut sebagai School Well-being (Konu & Rimpela, 2002).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik mengenai gambaran School Well-being yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus di SMP X Bandung. Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa dari 11 responden terdapat 7 siswa yang memiliki school well-being rendah dan 4 orang memiliki school well-being tinggi, sehingga secara keseluruhan sekolah inklusi menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusi belum benar-benar dipersiapkan dengan baik dalam memberikan kesejahteraan untuk siswa berkebutuhan khusus.


Keywords


School wellbeing;siswa bekebutuhan khusus;sekolah inklusi

References


Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasionel. Jakarta. Depdiknas.

Elisa, Syafrida & Wrastari Aryani Tri. 2013. Sikap guru terhadap pendidikan inklusi di tinjau dari faktor pembentuk sikap. Nusa Tenggara Timur. Universitas Nusa Cendana.

Konu, A.I, & Lintonen, T.P. (2006). School Well-being Grades 4-12. Health

Education Research, Vol 21, 633-642.

Konu, A.I; Lintonen, T. P, & Rimpelä, M. K. (2002). Factors Associated with Childrens’ General School Well-being. Health Education Research, Vol 17.

(2) 155-156.

Konu, AI, & Rimpelä, T. P. (2002). Well-being in School: A Conceptual Model.

Health Promotion International, Vol 17(1), 79-87.

Mahoney, J.L., Larson, R. W., & Eccles, J. S., (2005). Organized activities as contexts of development: extracurricular activities, after-school and community programs. New Jersey, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Sadioglu, O. Batu, S. Bilgin, A dan Oksal, A. 2013. Problem, Expectations, and Suggestion of Elementary Teacher Regarding Inclusion. Educational Science: Theory & Practice. DOI: 10.12738/estp.20133.1546.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.7465

Flag Counter    Â