Studi Deskriptif Mengenai Hardiness pada Atlet Tuna Daksa akibat Polio di NPCI Kota Bandung
Abstract
Abstract. Being a paraplegic polio has made someone experienced limited mobility, difficult to develop his/her potential and even felt low self-esteem. As the citizen of Indonesia, it has been their priveleged, too, to be treated indiscriminatively. Bandung owns NPCI, an organization in authority of coordinating difable sports events, one of them is for polio paraplegic. In the process, they met a lot of hindrances. The athletes who surrendered to their limited mobility to develop were facing bad times by blaming his limitation as the source of failure. However, there also athletes who endure the limitation by positive attitudes. They are trying to survive by being productive during physical exercises, control the limitation by optimizing the remaining body parts, face the failures by learning through past experiencces. Those attitudes is called under the term of hardiness, as cited by Kobasa. It is formed by commitment, control, challenge.The aim of this research is to gather descriptive data on the forming sources of hardines on polio paraplegic persons. The method applied is descriptive analysis with 10 respondents. The technique of gathering the data is by Hardiness Scale of Bartone as it was derived from Kobasa’s Theory that has been translated into Indonesian Language. 10 out of 15 itemsare claimed valid by its reliability of 0,744. The result of the study showed that five respondents are included into high category of hardiness and the other five respondents are categorized in low hardiness. The low category is owned by two respondents for the entire source result and among the three respondents, there are only one who is included into high source category. The individual who owns hardiness is able to endure issues and face the challenge to develop. On the contrary, the individual who does not own hardiness are tend to be dependent, wanting the best result but less effort and busied by his/her mobility limitation.
Â
Abstrak. Menjadi tuna daksa polio membuat seseorang memiliki keterbatasan gerak, sulit mengembangkan kemampuan diri bahkan merasa rendah diri. Sebagai warga Indonesia, sudah sepantasnya mereka mendapatkan perlakuan khusus untuk melindungi dari tindakan diskriminasi. Kota Bandung memiliki NPCI yaitu organisasi yang berwenang mengkoordinasikan kegiatan olahraga difable salah satunya tuna daksa polio. Pada prosesnya, mereka menemui banyak kesulitan. Atlet yang tidak memanfaatkan kesulitannya untuk berkembang, menghadapi kegagalan dengan menyalahkan kecacatan tubuhnya sebagai sumber kegagalan, tergantung dengan orang lain untuk datang latihan dan merasa dirinya akan dicemooh orang-orang dengan kecacatannya. Namun, ada pula atlet yang menghadapi kesulitan dengan positif, berusaha bertahan karena bertekad untuk produktif dan melibatkan diri sepenuhnya saat latihan, mengendalikan kekurangan dengan memaksimalkan bagian tubuh yang masih ada, menghadapi kegagalan dengan belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Hal tersebut menurut Kobasa disebut hardiness, dibentuk oleh commitment, control, challenge. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data mengenai deskripsi sumber-sumber pembentuk hardiness pada atlet tuna daksa polio. Metode yang dilakukan adalah deskriptif dengan subjek penelitian 10 orang. Pengumpulan data menggunakan Skala Hardiness dari Bartone turunan dari teori Kobasa yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. 10 dari 15 item dinyatakan valid dengan reliabilitas 0,744. Hasil penelitian menunjukan lima orang termasuk kategori hardiness tinggi dan lima orang lainnya termasuk kategori hardiness rendah. Kategori rendah terdiri dari dua orang dengan keseluruhan sumber rendah dan tiga orang dengan masing-masing hanya satu sumber tinggi. Individu hardiness mampu menghadapi masalah menjadi tantangan untuk berkembang, sedangkan yang tidak hardiness cenderung dependent, menginginkan hasil yang baik tetapi tidak ada usaha dan sibuk dengan kelebihan dirinya.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bartone, P. T. (2007) Test-Retest Reliability of The Dispositional Resilience
Scale-15, A Brief Hardiness Scale' (pp. 93-94). Washington DC: National Defense University
Bartone, P. T. (1995). A Short Hardiness Scale. Germany: Institute of Research US Army Medical Research Unit
Kobasa, S. C. (1979). Stressful Life Events, Personality and Health: An Inquiry
Into Hardiness. Journal of Personality & Social Psychology
Laberg, J. C. (2009). Psychometri Properties of the Revised Norwegian Dispositional Resilience (Hardiness) Scale. Scandinavian Journal of Psychology
Maddi, S. R. (2013) Hardiness: Turning Stressful Circumstances into
Resilient Growth.Spring’er Briefs in Psychology
Maddi, S. R., & Kobasa, S. C. (2005). The Story of Hardiness. Twenty Years of
Theorizing Research and Practice.Consulting Psychology Journal Practice and Research, 54(3), 175-185.
Munsterteiger. A. M. (2015). Hardiness: The Key to a Well-Adjusted College
Experience. New York City: College of Saint Benedict and Saint Johns’s
University
Noor, H. (2012) Psikometri Aplikasi Dalam Penyusunan Instrumen
Pengukuran Perilaku. Cetakan kedua, Jauhar Mandiri.
Sari, N. G. (2010). Hubungan Antara Kepribadian Hardiness dan Stres Pada Penyandang Cacat Tubuh. Surabaya. Universitas Airlangga
Sarie, A. P. (2015). Hubungan Antara Hardiness dengan Cping Strategy
pada Siswa yang Bekerja Part Time di SMK Al-Falah Kota
Bandung. Bandung. Universitas Islam Bandung
Septianingsih, E. (2013). Studi Kasus Mengenai Hardiness Atau Ketahanan Banting Difable Daksa Berwirausaha. Bandung. Universitas Islam Bandung
DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.6040
  Â