Studi Deskriptif Mengenai Resiliensi pada Warakawuri di Komunitas AW Bandung

Andi Tenry Halimahtussadiyah, Indri Utami Surmayanti

Abstract


Abstract. Death of spouse could causes higher distress on someone compared to stress inflicted due to loss spouse because of divorce. One of them is experienced by warakawuri at AW community in Bandung. The warakawuri feel depressed and down after losing their spouse due to death and difficult to adapt with new condition. They suffered deep sad , vacuum , empty and was devastated when knowing that their husband has died, they won’t leaving the room after months , cry constantly and loss of appetite. But, in a state of down and experienced occurrence heavy, there are warakawuri capable of survive, did not give up and conform to face happened to them and efforts to rise from the this situation and become better. This capability is called resilience. Resilience is an individual’s ability to adapt successfully and function completenly despite experiencing stress or adversity (Benard , 2004. The purpose of  this research to obtain empirical data to picture resilience in warakawuri at AW community in Bandung. Methods used is a study descriptive with respondents as many as 22 people. A measuring instrument used is the questionnaire derived from resilience aspects of Bonnie Benard in 2004  with of 0.993 reliability. The research results show that 17 people of warakawuri having high resilience, while the 5 people of warakawuri  having low resilience.

 

Abstrak. Kehilangan pasangan karena kematian dapat menimbulkan stress yang lebih tinggi pada seseorang dibandingkan dengan stress yang ditimbulkan akibat kehilangan pasangan karena perceraian. Salah satunya adalah yang dialami oleh warakawuri di komunitas AW Bandung. Para warakawuri menjadi merasa tertekan dan terpuruk setelah kehilangan pasangan akibat kematian dan sulit untuk menyesuaikan diri dengan kondisi barunya. Mereka mengalami sedih yang mendalam, hampa, kosong dan sangat terpukul ketika mengetahui bahwa suaminya telah meninggal, sampai tidak keluar kamar hingga berbulan-bulan, menangis terus-menerus dan hilangnya nafsu makan. Namun, dalam keadaan terpuruk dan mengalami kejadian yang berat, terdapat warakawuri yang mampu untuk bertahan, tidak menyerah dan menyesuaikan diri saat menghadapi kejadian yang menimpanya serta berusaha untuk bangkit dari keadaan tersebut dan menjadi lebih baik. Kemampuan ini disebut resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dengan baik walaupun ditengah situasi yang menekan atau banyak halangan dan rintangan (Benard, 2004). Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk memperoleh data empirik mengenai gambaran resiliensi pada warakawuri di Komunitas AW Bandung. Metode yang digunakan adalah studi deskriptif dengan responden sebanyak 22 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diturunkan dari aspek-aspek resiliensi dari Bonnie Benard (2004) dengan reliabilitas sebesar 0.993. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17 orang warakawuri memiliki resiliensi yang tinggi, sedangkan 5 orang warakawuri lainnya memiliki tingkat resiliensi yang rendah.


Keywords


resilience, warakawuri, death of spouse

References


Aprilia, Winda. 2013. Resiliensi dan Dukungan Sosial pada Orang Tua Tunggal (Studi Kasus pada Ibu Tunggal di Samarinda). eJournal Psikologi. 1(3):268-279. http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/11/ejournal%20winda%20fix%20(11-21-13-06-26-27).pdf diunduh tanggal 1 Oktober 2016

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency What We Have Learned. San Francisco : Wested.

Kasschau, R. 1993. Understanding Psychology. New York: Mc Graw Hill.

Klohnen, E.C. 1996. Conseptual Analysis and Measurement of The Construct of Ego Resilience. Journal of Personality and Social Psychology, Volume. 70 No 5, p 1067-1079.

Sari, Putri Puspita. 2013. Resiliensi pada Wanita setelah Kehilangan Pasangan akibat Sudden Death. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Volume 04 no. 2. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkkfa580a378efull.pdf diunduh tanggal 1 Oktober 2016.

http://stress.org/wp-content/uploads/2011/11/Holmes-Rahe-Stress-inventory.jpg diakses tanggal 20 September 2016




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.6008

Flag Counter    Â