Gambaran Self Control Komunitas Metadon Rumah Cemara di Klinik Program Terapi Rumatan Metadon Bandung

Abstract

Abstract. Drug abuse is one of the major challenges facing the world today. There’s many way we can do to get rid of drug independence, one of them is through rehabilitation. One of the rehabilitation programs to get rid of drug independence is by physical rehabilitation through methadone replacement therapy. Methadone Replacement Therapy (MRT) is one of the "Harm Reduction" program established for opioid abusers. The aim of this program is mainly to prevent blood-borne viral infections (HIV, Hepatitis C, Hepatitis B) due to needles sharing. Methadone is a synthetic drug that offers very similar effect as heroin or morphine however no euphoria effect. Methadone is given to replace other opioids such as heroin and morphine in order to reduce the cravings and withdrawal symptoms experienced by patients. However not all the patients can control their cravings for using another drugs, many of them still using another drugs even after they consume methadone. Having difficulties in resisting the urge which makes people behave without thinking and quickly give up towards a feeling or an event is one of the sign of self-control failure.  Self-control, an aspect of inhibitory control, is the ability to control one's emotions and behavior in the face of temptations and impulses. As an executive function, self-control is a cognitive process that is necessary for regulating one's behavior in order to achieve goals (Baumeister, 1994). The purpose of this study is: 1) to investigate self control on patients; and 2) to having an overview about factors that affect self control. The study employed descriptive design with the population 25 patients of Rumah Cemara’s Methadone Community at Methadone Replacement Therapy in Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. The study indicates that 72% of patients are found having a low self control, while 28% of them having a high self control. The study findings also established the difference between patients with high self control and patients with low self control. It is found that patients with low self control is having a high social exclusion, while patients with high self control is having a low social exclusion.

 

Abstrak. Masalah penyalahgunaan narkoba menjadi masalah yang banyak ditemui akhir-akhir ini. Untuk menghilangkan ketergantungan seseorang terhadap narkoba, maka harus dilakukan rehabilitasi kepada seorang pecandu narkoba. Salah satu program rehabilitasi fisik yang dapat dilakukan adalah dengan Program Terapi Rumatan Metadon. Program Terapi Rumatan Metadon adalah salah satu program yang bertujuan untuk mencegah infeksi penyakit (HIV, Hepatitis C, Hepatitis B) yang dapat diakibatkan oleh penggunaan jarum suntik secara bergantian. Metadon merupakan heroin sintetis sehingga dengan menggunakan metadon pecandu tidak akan lagi merasakan efek sakaw, sehingga akan mengurangi kemungkinan untuk menggunakan narkoba kembali. Namun ditemukan fakta bahwa tidak semua pasien mampu untuk tidak menggunakan narkoba kembali selama penggunaan metadon berlangsung, kebanyakan dari mereka masih tetap menggunakan narkoba kembali walaupun sudah diberikan metadon. Hal ini terjadi dikarenakan para pasien merasa kesulitan menahan keinginan mereka untuk menggunakan narkoba kembali (suggest). Kesulitan dalam menahan keinginan (impulsive) yang membuat seseorang berperilaku tanpa berpikir jangka panjang dan menyerah lebih cepat terhadap suatu perasaan dan peristiwa merupakan salah satu ciri dari kegagalan self control. Menurut Baumeister, self control adalah pengendalian terhadap dorongan, emosi, atensi atau perilaku dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendapatkan gambaran self control pasien secara keseluruhan; dan 2) untuk melihat gambaran factor-faktor yang mempengaruhi self control pada pasien. Metode peneltian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 25 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 72% pasien memiliki self control rendah dan 28% memiliki self control tinggi. Selain itu dari hasil pengukuran ditemukan perbedaan antara pasien yang memiliki self control yang rendah dan pasien yang memiliki self control yang tinggi. Perbedaan terletak pada factor social exclusion, pasien yang memiliki self control rendah ditemukan memiliki social exclusion yang tinggi. Sedangkan pasien yang memiliki self control tinggi ditemukan memiliki social exclusion yang rendah.