Hubungan Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being pada Anggota Komunitas Mualaf di Bandung

Anaztasia Alsarida, Susandari Susandari

Abstract


Abstract. People comithing in religion convertion ussually have some problems some of them get some support by join in mualaf comunity. But not all of them feel well-being. They still feel anxiety and discomfort. The purpose of this study is to know if ther is relationship between Social Support and Subjective Well-Being in the mualaf comunity in Bandung. The method was correlational with snowball sampling technque using 29 converted in less than a year. The instrumen is questionnaire based on the theory of Social Support by Sarafino and Subjective Well-Being (SPANE and SWLS) by Diener. The results showed: (1) High positive correlational (r=768) between Social Support and Subjective Well-Being Cognitive aspect. (2) High positive correlational (r=764) between Social Support and Subjective Well-Being of Positive Affect. (3) Negative correlational (r=-0,637) between Social Support and Subjective Well-Being of Negative Affect.

Keywords: Social Support, converts, Subjective Well-Being

Abstrak. Orang-orang yang menjadi mualaf biasanya memiliki beberapa masalah, beberapa dari mereka mendapatkan dukungan dengan bergabung dalam komunitas mualaf, tetapi tidak semua dari mereka merasa well-being. Mereka masih merasakan kecemasan dan ketidaknyamanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan anatara Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being dalam komunitas mualaf di Bandung. Metode yang digunakan yaitu korelastional dengan teknik pengambilan sampel snowball menggunakan 29 orang yang berpindah agama dalam waktu kurang dari setahun. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner berdasarkan teori Dukungan Sosial oleh Sarafino dan Subjective Well-Being (SPANE dan SWLS) oleh Diener. Hasil penelitian menunjukan: (1) Terdapat korelasi positif yang tinggi (r=768) antara Dukungan Sosial dan Subjective Well-Being aspek Kognitif. (2)Terdapat korelasi positif yang tinggi (r=764) antara Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being Afek Positif. (3) Terdapat korelasi negatif (r=-637) antara Dukungan Sosial dan Subjective Well-Being Afek Negatif.

Kata kunci: Dukungan Sosial, mualaf, Subjective Well-Being


Keywords


Dukungan Sosial, mualaf, Subjective Well-Being

Full Text:

PDF

References


Chareoneong, Suangsuda., Chirawatkul, Sirporn., Manderson, Lenore. (2015). Emotional Well-Being Folloring Religious Conversion Among Women in Northeast Thailand. J Rekig Health.

Diener, E. (1984). Subjective Well-Being. Psychological Bulletin.

Diener, E., Emmons, R.A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The Satisfaction with Life Scale. Journal of Personality Assesment.

Diener, E. (2000). Subjective well-being: The science of happiness, and a proposal for a national index. American Psychologist, 55(1), 34-43.

Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2003). Personality, culture, and subjective well-being: Emotional and cognitive evaluations of life. Annual Review of Psychology.

Hanggoro, Yohanes. (2015). Penelitian Deskriptif : Subjective Well-being pada Biarawati di Yogyakarta. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hood, Ralph W. (2009). The Psychology of Religion. Empirical Approach. The Guilfoord Press.

Fajarwati Indah, Desi. (2014). Hubungan Dukungan Sosial dan Subjective Well-being pada Remaja SMPN 7 Yogyakarti. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Noor, Hasanuddin. 2009. Psikometri. Bandung: Jauhar Mandiri.

Ramadhan, Syahri. (2018). Gambaran Subjective Well Being pada Mualaf. Jurnal.

Sarafino, Edward P & Smith, W Timothy. 2011. Health Psychology; Biopsychosocial Interaction Seventh Edition. United Stataes of America: JOHN WILEY &SONS, Inc

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.14289

Flag Counter    Â