STRATEGI PENDIDIKAN DARI QS. AL-FAJR AYAT 27-30 TERHADAP UPAYA SEORANG MUSLIM MENCAPAI KESEHATAN MENTAL

Lulu Prasasti

Abstract


Fenomena zaman Rasullah SAW menunjukkan, kaum terdahulu, manusia  pada umumnya memiliki standar penilaian sendiri mengenai kebahagian yang berdasarkan nafsunya. Manusia mulia bukan ditentukan oleh seberapa besar kekayaan, seberapa kuat kesewenang-wenangan. Allah mengisahkan dalam Al-QS. Al-Fajr  tentang keutamaan waktu dan kondisi umat-umat terdahulu yang mendustakan para nabi-Nya, serta penyesalan manusia akibat sikap sombong, cinta dunia, dan pembangkangan kepada-Nya.

Dapat dilihat, pada zaman modern sekarang pendidikan hanya berorientasi membentuk anak yang cerdas, yang mengembangkan ilmu pengetahuan saja tanpa diimbangi dengan pendidikan agama yang mampu mengisi jiwa yang dapat mengendalikan moral. Sehingga generasi zaman modern ini banyak penyimpangan moral dan etika, dikarenakan ilmu yang dipelajari hanya sebabatas pengetahuan tanpa pemaknaan, dan pengamalan.

Generasi umat manusia memiliki kecerdasan, dan berpengetahuan luas, tetapi dalam hidupnya tidak menemukan sebuah ketenangan, dan ketentraman, karena hanya berorietasi hal yang bersifat materi. sehingga jiwanya kosong, tidak dapat memaknai hakikat kehidupan yang sesungguhnya, sehingga kebahagiaan yang selama ini dirasakannya bersifat fana.

Allah menggambarkan golongan manusia yang diberikan kemuliaan jiwa yang tenang dan merasa ridha dan diridhai serta pahala berupa kenikmatan yang mereka terima di sisi-Nya. Allah SWT bersabda dalam Qs-Al-Fajr ayat 27-30:

$pkçJ­ƒr'¯»tƒ ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZôyJôÜßJø9$# ÇËÃÈ   ûÓÉëÅ_ö‘$# 4Â’n<ÃŽ) Ã…7ÃŽn/u‘ ZpuŠÅÊ#u‘ Zp¨ŠÅÊó£D ÇËÑÈ   Â’Ã?ä{÷Š$$sù ’Îû “É»t6Ãã ÇËÒÈ   Â’Ã?ä{÷Š$#ur ÓÉL¨Zy_ ÇÌÉÈ

“Wahai jiwa yang tenang (27) Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya (28) Maka masuklah kedalam jama’ah hamba-hamba-Ku (29)Dan masuklah kedalam surga-Ku.â€(30

Sebagaimana gambaran kondisi perjalanan hidup umat manusia, hidup dengan berbagai problematika yang  harus dihadapi sebagai ujian dan cobaan dari Allah SWT. Pribadi manusia yang senantiasa ridha dan memanfaatkan kehidupan dengan beramal shaleh sesuai dengan petunjuk Al-Quran, maka ia akan mampu mengantarkannya menjadi golongan yang berjiwa tenang dan memiliki mental yang sehat.

Zakiah Daradjat dalam bukunya, Islam dan Kesehatan Mental (1983) mengemukakan, kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang bisa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya, oleh karena itu jiwa atau nafs, seyogyanya memiliki mental yang sehat di setiap umat manusia untuk menghadapi problematika kehidupan. Ketika  telah mencapai keyakinan yang begitu kuat kepada Allah SWT, maka tidak ada sedikit pun rasa cemas atau gelisah dalam hatinya. Karunia inilah yang senantiasa akan membawa seorang muslim dalam mencapai keridoan Allah SWT serta berdampak terhadap psikis atau batin maupun jasmani.

Sehubungan dengan uraian di atas dapat diamati bahwa ada kesenjangan makna dari kesehatan mental yang selama ini di kenal. Kesehatan mental tidak selalu identik dengan kesempurnaan. Kesehatan mental  bersumber dari keharmonisan dan keseimbangan dalam penerimaan diri untuk menghadapi realita kehidupan.  Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang makna kesehatan mental yang terkandung dalam QS. Al-Fajr guna mengambil Strategi pendidikan dalam upaya seorang muslim mencapai kesehatan mental  dengan judul : STRATEGI PENDIDIKAN  DARI  QS. AL-FAJR AYAT 27-30 TERHADAP UPAYA SEORANG MUSLIM MENCAPAI KESEHATAN MENTAL

 


Keywords


SRATEGI

References


DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa (1985). Tafsir Al-Maraghi Juz 30.

Semarang: CV Toha Putra

Al-Mahali, Imam Jalaludin (2012). Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabu

Nuzul Jilid 2. Bandung: Sinar Baru Algesindo

An-Najar, Amir (2001). Ilmu Jiwa dalam Tasawuf. Jakarta: Azzam

Daradjat, Zakiah (1929) . Kesehatan Mental. Jakarta: Haji Masagung

Djalaluddin (1990). Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia

Katsir, Imam Ibnu (2004). Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Jakarta:

Pustaka Imam Asy-Syafii

Kartono, Kartini. (2000). Hygiene Mental. Jakarta: Mandar Maju

Langgulung, Hasan (1980). Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.

Bandung: Alma’arif

Pudjiastuti, Endang (2011).Kesehatan Mental. Bandung:

Fakultas Psikologi Unisba

Sayyid Qutbh (2007). Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an

XII. Jakarta: Gema Insani Press

Suryabrata, B.A Sumardi (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Karisma Putra

Syahatah,Husein (2003). Membersihkan Jiwa dengan Muhasabah.

Yogyakarta:Mitra Pustaka

Suryabrata, B.A Sumardi (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta:

Raja Grafindo Persada

Yusuf, Syamsu (2003). Psikologi Belajar Agama (Persfektif Pendidikan Agama Islam). Bandung: Bani Quraisy

Yusuf, Syamsu (2003). Mental Hygiene. Bandung: Bani Quraisy




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.844