Usulan Perbaikan Kualitas Benang Cotton Caaded dengan Menggunakan Metode Six Sigma dan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) di PT. Lawe Adyaprima Spinning Mills

Rima Putri Utami, Nur Rahman As'ad, Iyan Bachtiar

Abstract


Abstract. The textile industry is one of the industries that has a role in fulfilling clothing needs for humans, as well as other needs that are used daily. PT. Lawe Adyaprima Spinning Mills is one of the yarn spinning companies. In maintaining the consistency of the quality of yarn produced, it is necessary to minimize the defects caused. The Six Sigma method is a method used to target the 3.4 failure per million opportunities for the products produced and efforts to produce products that have zero defects. From the results of the research, it was found that the type of defect for carded cotton yarn was a thick thin defect, loose, crossing and ugly roll. DPMO calculation and sigma value for products produced by PT. Lawe Adyaprima Spinning Mills in all types of disabilities, has a sigma value of an average of 3 to 4 sigma. This value shows that the company is still in the industrial stage that is still developing and needs to make improvements and requires an effort to control quality. FMEA results state that disability is caused by several factors such as the operator does not perform SOP, replacement of spare parts is not according to schedule, the operator is less careful, wrong in setting, irregular lot changes, foreign body contamination, the amount of dust and humidity in the production area. Proposals for improvement to monitor operators at each work shift, clarify SOPs, make visual controls, routinely clean production areas, perform routine engine maintenance.

Keywords: Quality, Thread, Six Sigm, FMEA.

 

Abstrak. Industri tekstil merupakan salah satu industri yang sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan sandang bagi manusia, maupun kebutuhan lainnya yang digunakan sehari-hari. PT. Lawe Adyaprima Spinning Mills merupakan salah satu perusahaan pemintalan benang. Dalam menjaga konsistensi kualitas benang yang dihasilkan, perlu meminimasi kecacatan yang ditimbulkan. Metode Six sigma merupakan metode yang digunakan untuk menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan terhadap produk yang dihasilkan serta upaya menghasilkan produk yang zero defect. Dari hasil penelitian didapatkan jenis kecacatan untuk benang cotton carded adalah cacat tipis tebal, gembos, crossing dan gulungan jelek. Perhitungan DPMO dan nilai sigma untuk produk yang dihasilkan oleh PT. Lawe Adyaprima Spinning Mills pada semua jenis kecacatan, memiliki nilai sigma mencapai rata-rata 3 hingga 4 sigma. Nilai tersebut menunjukan bahwa perusahaan masih berada dalam tahap industri yang masih berkembang dan perlu melakukan perbaikan serta membutuhkan suatu upaya pengendalian kualitas. Hasil FMEA menyatakan kecacatan disebabkan oleh beberapa faktor seperti operator tidak melakukan SOP, pergantian sparepart tidak sesuai jadwal, operator kurang teliti, salah dalam mensetting, pergantian lot tidak teratur, adanya kontaminasi benda asing, banyaknya debu serta kelembaban udara pada area produksi. Usulan perbaikan melakukan pengawasan terhadap operator setiap shift kerja, memperjelas SOP, membuat visual control, melakukan pembersihan area produksi secara rutin, melakukan perawatan mesin secara rutin.

Kata Kunci: Kualitas, Benang, Six Sigm, FMEA.                                                


Keywords


Kualitas, Benang, Six Sigm, FMEA

Full Text:

PDF

References


Gaspersz, V., 2002. Pedoman Implementasi Program Six sigma Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pande, P., and Holpp, L. 2002. What Is Six sigma. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/ti.v0i0.12872

Flag Counter    Â