Konstruksi Citra Ahok pada Media Cetak Republika dan Kompas Terkait Kasus Penistaan Agama

Ramli Setiawan, Riza Hernawati

Abstract


Abstract.Reformation which was started in 1998 causing Department of Information being liquidated. In 1999, laws regarding principal press was issued, which were eradicating permits (SIUUP), securing freedom of press, and even risks of 2 years of imprisonment for those who interfere journalists. Newspaper or press were considered as the oldest mass media in the world. The emergence of newspaper was started by the invention of printing machine by Gutenberg. Thanks to him, the diversity mass media is now flourishing. In the perspective of constructionist, media is not a mere free channel, but it is also a subject which constructs reality, not to mention an addition of a perspective, biased, from its party. Here, media is considered as an agent of social construction which defines reality.Based on the previous elaboration, this research aimed to portray how news framing which is conducted by a media in conveying an occurrence of an attempt to approach objectivity and neutral position in the news. This research tried to analyze how the construction of Ahok’s image on Republika and Kompas as print medias regarding a blasphemy case. This research used qualitative approach of constructionist paradigm. Framing analysis is attempted using Robet N. Entman’s analysis model.The research showed that the reporting of every media has its own perspective in constructing a news. Republika and Kompas were also reporting Ahok’s blasphemy case which had become a center and was being immensely reported. After analyzing by predicting the cause, in making a moral decision, in a problem solving approach. Briefly, Republika portrayed Ahok, as a suspect of a blasphemy action, must be arrested immediately and put on trial in accordance with due process of law in Indonesia which is expected to be fair and transparent so Ahok’s image would appear as a negative person. Meanwhile, Kompas frame’s remains to be seen as a neutral newspaper, but leans to heard the opinions that Ahok was not entirely at fault, because allegedly there was an elite politician actor, Buni Yani who spread Ahok’s edited video and considered the accusation towards Ahok violating human rights.

Absrak.Reformasi yang dimulai tahun 1998 menyebabkan Departemen Penerangan Dilikuidasi. Tahun 1999, keluarlah UU Pokok Pers yang baru, yang menghapuskan perizinan (SIUUP), menjamin kebebasan pers, bahkan ancaman dua tahun penjara bagi yang menghalangi kerja wartawan. Surat kabar atau koran atau sering disebut pers disinyalir sebagai media massa paling tua di dunia. Munculnya surat kabar dimulai dari ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg. Karenanya hingga kini berkembangnya keragaman media massa. Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihaknya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Berakar dari hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana framing pemberitaan yang dilakukan oleh media dalam menyampaikan sebuah peristiwa terhadap upaya untuk mendekati objektivitas dan posisi netral dalam pemberitaan. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana konstruksi citra Ahok di media cetak Republika dan Kompas terkait kasus penistaan agama.Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis dengan pendekatan kualitatif. Analisis framing dilakukan dengan model analisis Robet N. Entman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemeberitaan pada setiap media memiliki cara pandang yang berbeda dalam mengkonstruksi berita. Begitu juga yang terjadi pada kasus penistaan agama oleh Ahok yang menjadi center dan bayak diberitakan oleh banyak media massa, salah duanya adalah media cetak/koran Republika dan Kompas. Setelah meneliti dengan memperkirakan penyebab masalah, dalam membuat keputusan moral, dalam hal bentuk penyelasaian masalah. Secara singkat digambarkan bahwa pada koran Republika menggambarkan bahwa Ahok sebagai tersangka penistaan agama harus segera ditahan dan diadili sesuai dengan proses hukum positif di Indonesia yang diharapkan tidak tumpul ke atas dan juga transparansi yang dijaga, dengan begitu terlihat bahwa sosok Ahok menjadi negatif. Sedangkan pada frame koran Kompas berusaha untuk netral namun lebih condong menggiring kepada bahwa Ahok tidak sepenuhnya bersalah, karena disinyalir ada aktor elite Politik, Buni Yani sebagai penyebab video Ahok tersebar dengan pemotongan bagian video dan kemudian memandang bahwa dakwaan terhadap Ahok dianggap melanggar HAM.


Keywords


Framing analysis, framing, print media, Ahok, Pers

References


Buku Terkait:

Bungin, M. Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Effendy, Onong Uchjana. 2015. Ilmu Komunikasi ‘Teori dan Praktek’. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Eriyanto. 2002. Analisis Framing. Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang.

Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rivers, William L et al. 2005. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Prenadamedia Group.

Santana K, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sobur, Alex. 2015. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widjajanto, Kenmada. 2013. Perencanaan Komunikasi. Bandung: CV. Ultimus




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.6367

Flag Counter   Â