Pengaruh Jenis Pensuspensi terhadap Susu Kedelai Mengandung Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus Hoffmeister)

Tri Utami Nanggawati, G. C. Eka Darma, Anan Suparman

Abstract


Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dan cacing tanah (Lumbricus rubellus Hoffmeister) merupakan sumber protein alami yang tinggi, serta mudah diperoleh. Sedangkan sediaan pangan fungsional berupa susu merupakan produk yang memiliki nilai keterimaan di masyarakat yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula sediaan susu kedelai mengandung tepung cacing tanah yang memenuhi persyaratan sediaan dan pangan SNI No.01-3830-1995:4, di tinjau dari pengaruh pensuspensi yang digunakan yaitu Na-Alginat dan CMC-Na terhadap stabilitas sediaan. Berdasarkan orientasi diperoleh formula terbaik yaitu kombinasi Na-Alginat 0,2% dan CMC-Na 0,1%, tepung cacing tanah 0,3% dan perisa latte 0,9%. Hasil penelitian menunjukan bahwa susu telah memenuhi persyaratan melalui evaluasi organoleptis, homogenitas, pH, BJ, kecepatan redispersi, volume sedimentasi, volume terpindahkan, sifat alir dan viskositas dengan evaluasi pangan meliputi kadar protein (5,1050%) dan kadar lemak (1,0827%). 


Keywords


Cacing tanah (Lumbricus rubellus Hoffmeister), kedelai (Glycine max (L.) Merr.), protein, pensuspensi

References


Astawan, M. (2004). Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga Serangkai:Solo.

Budimarwanti, C. (2005). Komposisi dan Nutrisi pada Susu Kedalai. Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta. Hal:4.

Cho, J.H., Prak, C.B., Yoong. Y.G., Kim, S.C. (1998). Lumbricin I, a novel proline-rich antimicrobial peptide from the earthworm: purication, cDNA cloning and molecular characterization, Department of Biological Sciences, South Korea.

Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants, Columbia University Press,New York. Hal:598-600.

Hayanti, S., Hendra, H., Ema, D., Lusty, I., Hardi, J. (2011). Profil Asam Amino Ekstrak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terenkapsulasi dengan Metode Spray Drying, Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK)-LIPI, Vol. 34.

Indrati, R., dan Murdijati, G. (2014). Pendidikan Konsumsi Pangan Aspek Pengolahan dan Keamanan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta. Hal:23,73.

Kartadarma, E. (2012). Farmasetika Dasar. Bandung Hal:73,76-77

Lehninger. (1982). Dasar-dasar Biokimia, Erlangga, Jakarta. hal: 107-108,140.

Maulida, A.A.A. (2015). Budidaya Cacing Tanah Unggul ala Adam Cacing. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta, Hal:1,11,15.

Meirinda, H. (2013). Analisis Kadar Protein dan Identifikasi Asam Amino pada Ikan Patin Pangasius djambal. Universitas Jember.

Palungkun, R. (1999). Sukses Berternak Cacing Tanah (Lumbricus rumbellus). Penebar Swadaya, Depok, Hal: 12-13.

Palungkun, R. (2010). Usaha Ternak Cacing tanah. Penebar Swadaya,

Jakarta. hal: 20-21.

Pujiadi,Anna dkk. (2005). Dasar-Dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.

Saparinto, C. dan Hidayati, D. (2006). Bahan Tambahan Pangan. Kanisius, Yogyakarta, Hal:54.

Shanmugasundaram, S dan Sumarno. (1993). Glycine max (L.) Merr, In van der Maesen, L.J. G(editor), Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1 Kacang-Kacangan, Gramedia, Jakarta. Hal:43-45.

Stephenson, M.D. (1923). The Fauna of British India including Ceylon and Burma: OLIGOCHAETA, London




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.8027

Flag Counter    Â