ANALISIS KUALITATIF RESIDU ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN PADA MADU

Tammy Mulia Dewi, Diar Herawati, Syarif Hamdani

Abstract


Dalam pembudidayaan lebah madu, antibiotika digunakan oleh peternak lebah madu untuk menghindari penyakit yang menyerang larva. Umumnya tetrasiklin digunakan sebagai obat-obatan hewan yang biasanya dicampurkan ke dalam pakan. Padahal penggunaan antibiotik di dalam madu menyimpan resiko alergi, gangguan pencernaan, dan resistensi antibiotika tetrasiklin. Sehingga perlu dipastikan residu tetrasiklin dalam madu tidak lebih dari batas maksimal yang ada di SNI yaitu 0,1 ug/g. Sampel madu yang dianalisis adalah lima madu impor yang berasal dari Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual di salah satu supermarket di wilayah Kota Bandung. Analisis kualitatif residu tetrasiklin dalam madu dilakukan dengan metode metode ekstraksi cair-cair (ECC) dilanjutkan dengan penotolan pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Dilakukan dengan cara mengekstraksi cair-cair sampel madu dengan larutan etil asetat : air (8:2) selanjutnya dilakukan KLT dengan larutan pengembang kloroform : metanol (9:1). Dua dari lima sampel madu impor yang diuji menunjukkan hasil positif mengandung residu antibiotika tetrasiklin ditandai dengan munculnya pita atau spot pada saat plat terelusi. Kedua sampel tersebut adalah sampel madu impor yang berasal dari Jerman dan Austria. Nilai Rf yang didapat dari kedua sampel yang positif mengandung residu antibiotika tetrasiklin masing-masing adalah 0,5 dan 0,6. Hasil tersebut memenuhi syarat KLT yang baik, yaitu dengan rentang nilai Rf 0,2 – 0,8.

Kata Kunci: madu, tetrasiklin, Kromatografi Lapis Tipis.


Keywords


madu, tetrasiklin, Kromatografi Lapis Tipis

References


Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2000. Antibiotika Tetrasiklin. SNI 01-6366-2000). Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2004. Madu. SNI 01-3545-2004. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Dr Johnson, Sapna. 2010. Antibiotic Residues in Honey. New Delhi.

Fessenden. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Mujahid, Abu. 2011. Teknik Pengobatan Islam (dari Hadist Shahih dan Hasan). Toobagus Life: Bandung.

Murray, M. 1995. The Healing Power of Herbs. Prima Publishing: California.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, terjemahan M.B. Widianto dan A.S. Ranti. Penerbit ITB: Bandung.

Nurfitasari, Diah. 2013. Analisis Residu Antibiotika Tetrasiklin Pada Madu Yang Beredar di wilayah Bandung dengan menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. [skripsi]. Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung: Bandung.

Pathania R, Brown ED. 2008. Small and Lethal: Searching for New Antibacterial Compound with Novel Model of Action. Minireview. Biochem Cell Biol 86: 111-115.

Rooslamiati Indri, 2006. Penetapan Kadar Residu Spiramisin Dalam Daging Ayam di Jakarta, Cibinong dan Sukabumi. Media Litbang Kesehatan Volume XVI Nomor 1.

Sastrohamidjojo, H., 2002. Kromatografi. Liberti: Yogyakarta, 1,7

Soebagio,dkk. 2002. Kimia Analitik. Malang : FMIPA UNM.Suranto, Adji. 2004. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. PT Agro Media Pustaka: Depok.

Underwood.2006. Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.395

Flag Counter    Â