Gambaran Kesesuaian Hasil Uji Serologis Pada Pasien Dengan Diagnosis Demam Tifoid di RS Al-Islam Bandung Periode Juni-Desember 2016

Putri Mar'atu Sholiha, Rika Nilapsari, Yuliana Ratnawati

Abstract


Demam tifoid adalah demam enterik yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar Typhi ditandai dengan gejala gastrointestinal dan nyeri kepala. Penegakkan diagnosis demam tifoid memerlukan pemeriksaan yang tepat berupa rapid diagnostic test (RDT) yang hasilnya cepat disertai dengan konfirmasi kultur. Salah satunya dengan pemeriksaan serologi. Saat ini telah berkembang pemeriksaan serologi yang cepat dan akurat seperti Tubex, Typhidot dan ELISA. Pemeriksaan serologi yang sudah ada lebih dari 100 tahun adalah Widal, namun pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifitas yang rendah serta belum ada kesepakatan titer aglutinin yang bermakna diagnostik sehingga dapat menyebabkan overdiagnosis khususnya di negara endemis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran variasi pemeriksaan serologi dan kesesuaian hasilnya dari masing-masing pemeriksaan pada pasien dengan diagnosis demam tifoid. Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medis RS Al-Islam Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional yang dilaksanakan Mei-Juni 2017. Jumlah sampel yang didapatkan adalah sebanyak 69 orang. Dari 69 sampel terdapat 81 pemeriksaan diantaranya adalah Widal sebanyak 42, Tubex 39 dan Typhidot 0. Kesesuaian hasil didapatkan Tubex 71% dan Widal 52%. Kesimpulan hasil studi ini adalah Widal pemeriksaan yang masih sering digunakan dan Tubex memiliki kesesuaian hasil yang lebih tinggi dari Widal.


Keywords


Demam tifoid, Widal, Tubex

References


Schwatz SB. Bacterial & chlamydial infections. Dalam: Papadakis AM, Mcphee JS, Rabow WM, penyunting. Current medical diagnosis & treatment 2017. 5-6 Ed. New York: Mc Graw Hill; 2017. hlmn 1468.

Parija CS. Textbook of microbiology & immunology. 2nd Ed. India. Elsevier; 2012

World Health Organization. Focus on typhoid fever [homepage on the internet]. WHO; [updated Januari 2014; diunduh 22 Februari 2017]. Tersedia dari:

http://www.wpro.who.int/philippines/typhoon_haiyan/media/Typhoid_fever.pdf?ua=1

Purba EI, Wandra T, Nugrahini N, Nawawi S, Kandum N. Program pengendalian demam tifoid di Indonesia tantangan dan peluang. Media litbangkes [serial on the internet]. 2 Juni 2016 [diunduh 22 Februari 2017]; 26(2):[p.99-108]. Tersedia dari:

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/5447/4483

Djoko W. Demam tifoid. Dalam: Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006. Hlmn.1752-1753.

RHH Nelwan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Tatalaksana terkini demam tifoid. Continuing medical education IDI [serial on the internet]. 4 Oktober 2012 [diunduh 28 Januari 2017]; 39(4).

Tersedia dari:

http://www.kalbemed.com/portals/6/05_192cme_1%20tata%20laksana%20terkini%20demam%20tifoid.pdf

Septiawan KI, Herawati S, Yasa SP. Pemeriksaan Immunoglobulin M anti salmonella dalam diagnosis demam tifoid [home page on the internet]. [diunduh 5 Februari 2017]. Tersedia dari:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82556&val=970

Hadinegoro RS, Kadim M, Devaera Y, Idris SN, Ambarsari GC. Update management of infectious diseases and gastrointestinal disorders [monograph on the internet]. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2012. Tersedia dari:

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/pramita.gayatri/publication/buku-pkb-63.pdf

Strockbine AN, Bopp AC, Fields IP, Kaper BJ, Nataro PJ. Escherichia, shigella and salmonella. Dalam: Jorgensen HJ, P Faller AM, penyunting. Manual of clinical microbiology. 11th Ed. Texas: Washington DC ASM Press; 2015.hlmn 702-705.

John W, Salih H. The laboratory diagnosis of enteric fever. J Infect Developing Countries [serial on the internet]. 2008 [diunduh 25 Februari 2017]; 2(6):[p.421-425].

Sattar A, Yusuf AM, Islam BM, Jahan AW. Different diagnostic procedure of typhoid fever. Journal of Current and Advance Medical Research [serial on the internet]. July 2014 [diunduh 3 Maret 2017];1(2). Tersedia dari :

http://www.banglajol.info/index.php/JCAMR/article/view/20517

Chapter II Universitas Sumatra Utara. Pemeriksaan serologi tifus abdominalis [homepage on the internet]. [diunduh 28 Februari 2017]. Tersedia dari: respository.usu.ac.id.bitsream

Satwika PA, Lestari WA. Uji diagnostik tes serologi widal dibandingkan tes IgM anti salmonella typhi sebagai baku emas pada pasien suspect demam tifoid di rumah sakit surya husada pada bulan januari sampai dengan desember 2013. [serial on the internet]. 2014.[diunduh 24 Juli 2017].Tersedia dari:

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/17681/11513

Elhawari AS, Moudrad HM. Validity of tubex test versus widal test in detection of typhoid fever in Zagazig, Egypt. Aero-Egypt J Infect Enden Dis [serial on the internet]. 2015 [diunduh 3 Maret 2017];5(4):[p.265-270]. Tersedia dari:

http://mis.zu.edu.eg/ajied/Ajied_System_Files/Attach355.pdf

Setiana PG, Kautsar PA. Perbandingan metode diagnosis demam tifoid. [serial on the internet]. [diunduh 21 Juli 2017];4(3). Tersedia dari:

jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/11086/5115

Rao S. Widal test [homepage on the internet]. Departement of Microbiology JJ MC, Davangere; [updated Maret 2009; diunduh 5 Februari 2017]. Tersedia dari: www.microrao.com




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.6945

Flag Counter    Â