Hubungan Derajat Infestasi dan Gejala terhadap Perilaku Pengobatan Pediculosis Capitis pada Murid Kelas I SDN Pelesiran Kota Bandung

Novy Samsiah, Ratna Dewi indi Astuti, Hilmi Sulaiman Rathomi

Abstract


Pediculosis capitis merupakan penyakit kulit pada kepala akibat adanya infestasi ektoparasit obligat spesies Pediculus humanus var. Capitis. Gigitan dari kutu ini dapat menghasilkan kelainan kulit berupa gatal yang umumnya dirasakan pada kulit kepala, leher, dan telinga. Pediculosis capitis mudah menyebar sehingga mudah terjadi reinfeksi. Salah satu upaya yang menentukan kesembuhan Pediculosis capitis adalah perilaku pengobatan dari pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara derajat infestasi dan gejala gatal terhadap perilaku pengobatan Pediculosis capitis. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis observasional dengan pendekatan cross-sectional. Penarikan sampel dilakukan dengan total sampling pada murid kelas I SD Negeri Pelesiran dengan total sampel 35 murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 27 murid (77.14%) terinfestasi Pediculosis capitis yang sebagian besar termasuk derajat infestasi ringan (48.6%). Sebanyak 16 murid yang terinfestasi (59.2%) mengalami gejala gatal sedang. Sebagian besar murid berperilaku pengobatan kurang baik (74.29%). Analisis hasil penelitian ini, yang dilakukan dengan menggunakan uji Fisher’s exact , menyatakan tidak terdapat hubungan antara derajat infestasi dengan perilaku pengobatan Pediculosis capitis (p=1.00). dan juga tidak terdapat hubungan antara gejala gatal dengan perilaku pengobatan (p=1.00).

Keywords


Derajat Infestasi, Gejala, Pediculosis Capitis, Perilaku Pengobatan

References


Feldmeier H, Heukelbach J. 2009. Epidermal skin disease: A neglected category of poverty-associated plagues. Bull World Health Organ. hlm. 152 – 159. Tersedia dari: http://www.who.int/bulletin/volumes/87/2/07-047308/en/

Munusamy H., Elsa, E., Murhandarwati, H. & Rahmah, S. 2011. The relationship between the prevalence of head lice infestation with hygiene and knowledge among the rural school children in yogyakarta. TMJ journal 1. hlm. 102–109. Tersedia dari: https://jurnal.ugm.ac.id/tropmed/article/download/4573/3841.

Heukelbach J, Wilcke T, Winter B, Feldmeier H. 2005. Epidemiology and morbidity of scabies and Pediculosis capitis in resource-poor communities in Brazil. Br J Dermatol. hlm. 153:150–56. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16029341

Barbara L. Frankowski, Leonard B. Weiner. 2002. Clinical report-head lice. Pediatrics. 110. 4. hlm. 638-40. Tersedia dari: pediatrics.aappublications.org/content/pediatrics/110/3/638.full.pdf

Rassami W, Soonwera M. 2012. Epidemiology of Pediculosis capitis among school children in eastern area of BangkokThailand. Asian Pac J Trop Biomed. 2. 11. hlm. 901–904. Tersedia dari: https://www.researchgate.net/publication/236141288_Epidemiology_of_Pediculosis_capitis_among_schoolchildren_in_the_eastern_area_of_Bangkok_Thailand

Goldsmith L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., Wolff, K. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8 th ed. New York : Mc Graw Hill. hlm. 2569-77.

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Karimah A, Hidayah RMN, Dahlan A. 2016. Prevalence and predisposing factors of Pediculosis capitis on elementary school students at Jatinangor. AMJ. hlm. 254−8

Restiana R, Aminah S. 2010. Hubungan Berbagai Faktor Resiko Terhadap Angka Kejadian Pediculosis capitis di Asrama. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kamiabi F, Nakhaei, F.H. 2005. Prevalence of Pediculosis capitis and determination of risk factors in primaryschool children in Kerman, Islamic Republic of Iran: Division of Medical Entomology and Verctor Control, Faculty of Health, Kerman University of Medical Sciences, Kerman.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.6917

Flag Counter    Â