Gambaran Kandungan Pewarna Makanan Jajanan Sekolah Dasar di Kelurahan Tamansari Tahun 2015

santy fitriansari, Argadireja D, Yuniarti L

Abstract


Warna makanan sangat mempengaruhi persepsi rasa suatu makanan dan keinginan konsumen untuk mengonsumsi makanan tersebut.Warna makanan biasanya didapatkan melalui pewarna makanan.Pewarna makanan terdiri dari pewarna alami dan buatan.Pewarna alami memiliki kekurangan yaitu mudah teroksidasi dan dapat merubah warna dari makanan tersebut sehingga pewarna buatan lebih sering digunakan.Pewarna makanan buatan harus aman untuk dikonsumsi.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.Jenis pewarna yang dideteksi dinilai secara kualitatif.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis pewarna makanan yang terkandung dalam makanan jajanan SD di Kelurahan Tamansari.Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2015.Objek pada penelitian ini adalah makanan jajanan yang dijual di dalam dan sekitar Sekolah Dasar Kelurahan Tamansari.Jumlah sampel penelitian ini adalah 73 sampel yang terdiri makanan dan minuman jajanan di SD Kelurahan Tamansari. Hasil Penelitian ini menunjukan penggunaan pewarna makanan alami sebesar 21,92% dan penggunaan pewarna buatan sebesar 78,08%. Total penggunaan pewarna buatan sebesar 100% mengandung pewarna buatan aman dan 0% mengandung pewarna buatan berbahaya. Pewarna makanan buatan yang paling sering digunakan adalah crystal ponceau dan amaranth. Kandungan pewarna buatan yang melebihi ambang batas atau adanya kandungan pewarna berbahaya dalam suatu makanan dapat menyebabkan gangguan kesehatan serta beresiko terhadap gangguan  atensi  dan  hiperaktif pada  anak-anak.


Keywords


Makanan, Pewarna makanan, Pewarna alami, Pewarna buatan

References


Whitney E, Rofles SR, penyunting. Understanding Nutrition. 11th ed. United States: Thomson Wadswoth; 2008.

Saleem N, Umar ZN, Khan SI. Survey on the use of synthethic food colors in food sample procured from different educational institutes of Karachi city. Topical life science J. 2013 Jan;3(1):1–7.

Lakshmi GC. Food coloring the natural way. Chem sci J. 2014 Feb;4(2):87–96.

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 33 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan

Data Demografi Kelurahan Tamansari. Bandung; 2013.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor 37 tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna.

Soltan SSA, Shehata MMEM. The effects of using color foods of children on immunity properties and liver kidney on rats. Food and nutrition J. 2012 July; (3):897–904.

Silalahi J, Rahman F. Analisis Rhodamin B pada Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Labuhan Batu Selatano Sumatera Utara. Indon med assoc. 2011 Jul;61(7):293–297.

Kleinman RE, Brown RT, Cutter GR, Dulpaul GJ, Clydesdale FM. A research model for investigating the effects of artificial food colorings on children with ADHD. Pediatric J. 2014 Des;127(6):1575–1584.8. Verlaet AAJ, Briceno D. Nutrition , immunological mechanisms and dietary immunomodulation in ADHD. 2014;

Schab DW. Do Artificial Food Colors Promote Hyperactivity in Children with Hyperactive Syndromes A Meta-Analysis of Double-Blind Placebo-Controlled Trials. 2004;25(6).

Nita N, Pratiwi E, Yulita A, Elfidasari D. Studi Kasus Terhadap Zat Pewarna, Pemanis Buatan dan Formalin pada Jajanan Anak di SDN Telaga Murni 03 dan Tambun 04 Kabupaten Bekasi. 2011;1(2):47–53.

Bustani KF. Kajian pengguna zat additif makanan (pemanis dan pewarna) kudapan bahan pangan Lokal di pasar kota Semarang.Food Science and Culinary Education Journal. 2013;2(2):72–8.

Wisnu C. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT Bumi Aksara; 2006. hlm. 53–66.

Mariana F, Hasan W,Nuraini D. Pemeriksaan jenis dan kadar zat pewarna buatan pada permen lolipop bermerek dan tidak bermerek yang beredar di kota Medan Tahun 2012. 2012;1–7.

Peraturan menteri kesehatan nomor 722 tahun 1988 tentang bahan pewarna buatan yang tidak diizinkan.

Arnold LE, Lofthouse N, Hurt E. Artificial food colors and attention-deficit/hyperactivity symptoms: conclusions to dye for. Neurotherapeutics J. 2012;(9):599–609.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.1759

Flag Counter    Â