Perbandingan Pemilihan Terapi Golongan Penisilin Dan Sefalosporin Sebagai Terapi Empiris Berdasarkan Usia Dan Status Gizi Pada Balita Dengan Pneumonia

abdurahman mahmud, Lisa Adhia Garina, Mia Kusmiati

Abstract


Penyakit pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak dan balita di dunia yang menempati urutan ke-3. Kejadian pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10% sampai dengan 20% pertahun. Salah satu faktor penyebab dari pneumonia meliputi umur, jenis kelamin, status gizi. Tujuan penelitian ini mengetahui perbandingan pemilihan terapi golongan penisilin dan sefalosporin sebagai terapi empiris berdasarkan usia dan status gizi pada balita dengan pneumonia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan pada 74 balita pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Kabupaten Bandung 2013 – 2014. Sampel di ambil dari data rekam medis dan dianalisis menggunakan uji Fisher Exact Test. Hasil penelitian menunjukkan 33,78% proporsi balita dengan pneumonia berat diberi terapi sefalosporin, 18,91% proporsi balita dengan pneumonia usia 2 – 12 bulan sebagian besar diberi terapi penisilin dan sefalosporin, 20,3% proporsi balita dengan pneumonia berat usia 2 – 12 bulan  diberi terapi sefalosporin, 29,72% proporsi balita dengan pneumonia gizi baik hampir seluruhnya diberi terapi penisilin, 24,32% balita dengan pneumonia berat gizi baik lebih banyak diberi terapi sefalosporin dan 8,10% balita dengan pneumonia gizi kurang, perbandingan balita dengan pneumonia yang diberi terapi penisilin dan sefalosporin berdasarkan usia 2 – 12 bulan dan 13 – 60 bulan dengan nilai p = 0,59 dan berdasarkan status gizi dengan nilai p = 0,44 tidak terdapat perbandingan yang signifikan.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbandingan yang bermakna pada pemilihan terapi empiris  berdasarkan usia dan status gizi pada balita dengan pneumonia.


Keywords


Pneumonia, usia, status Gizi, penisilin dan sefalosporin.

References


Riset Kesehatan Dasar. Dinas kesehatan Republik Indonesia. 2013: hlm.104−7.

Sugihartono, Nurjazuli. Faktor kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas sidorejo kota pagar alam. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2012 April; 11(1).hlm.83.

PERDICI. Panduan Tatakelola Pnumonia. 2009.

Profil kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan RI 2008. Jakarta Depkes RI; 2009. hlm.100 −1.

McCracken GHJR. Etiology and treatment of pneumonia.Pediatri Infectious. 2000; 19.hlm.373-7.

Muniz, Carolina Campos, et al (207). Penicillin and Cephalosporin production: A Historicaal Perspective. Journal of Microbiology. Vol 49 No: 3 – 4 December 2007. Hlm. 88 – 98.

Smith JM, Kong M, Cambon A, R Charles, Phd,MS. Effectiveness of antimicrobial guidelines for community-acquired pneumonia in children. Pediatrics.may 2012; 129. Hlm.2.

Katona P, Katona-Apte J.The interaction between nutrition and infection. Clinical Practice Invited Article. 2008 mei; 46.hlm.1582−9.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Bandung. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Laptah.2012; 1-7.

Asih, Retno, Landia, dan Makmuri. Pneumonia. Divisi Respirologi Ilmu Kesehatan Anak FK Unair; 2006.

Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, dkk. The management of community-acquired pneuomnia in infants and children older than 3 month of age: clincal practice guidelines by clincal pediatric infectious diseases society and the infectious diseases society of America. Clinical Infectious Dieases Advance Acces Published.USA: IDSA Guidelines; 2011 August 30.hlm.10.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.1478

Flag Counter    Â