Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Dengan Derajat Kelainan Refraksi Pada Anak Di Rs Mata Cicendo Bandung

della ihsanti, Suganda Tanuwidjaja, Titik Respati

Abstract


Kelainan refraksi adalah keadaan tidak terbentuknya bayangan tegas pada retina, karena ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Tipe kelainan refraksi adalah  myopia, hipermetropia, dan astigmatisma. Kelainan refraksi di Indonesia menempati urutan pertama untuk kejadian penyakit mata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin terhadap kelainan refraksi di poliklinik mata anak pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung tahun 2014.

Subjek penelitian ini adalah anak yang didiagnosis kelainan refraksi berdasarkan data rekam medis di poliklinik mata anak pada RS Mata Cicendo Bandung.  . Pemilihan sampel dilakukan dengan convenience sampling berdasarkan waktu yang diberikan oleh tempat penelitian. Didapatkan 155 sampel anak usia 3-14 tahun dengan kelainan refraksi. Metode penelitian ini bersifat observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Data dianalisis dengan uji chi-square (x²) dengan tingkat kemaknaan (p<0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa miopia lebih banyak diderita oleh anak perempuan (64,8%) dan usia terbanyak adalah 10-14 tahun (88,9%). Hipermetropi tertinggi pada anak laki-laki (66,7%) dan usia terbanyak adalah 3-5 tahun (41,7%) kemudian diikuti astigmatisma lebih banyak diderita oleh anak perempuan (63,6 %) dan usia terbanyak 10-14 tahun (66,2%). Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan derajat kelainan refraksi


Keywords


anak, derajat refraksi, kelainan refraksi

References


Fachrian D, Rahayu AB, Naseh AJ, Rerung NET, Pramesti M, Sari EA, dkk. Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD “ X †Jatinegara Jakarta Timur. Maj Kedokt Indones. 2009;59:7–11.

Ratanna RS, M.rares L, Saerang JSM. Kelainan Refraksi pada Anak di BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou. J e-CliniC. 2014;2.

Nelson L. Gangguan Mata. dalam: Wahab AS, editor. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. edisi 15. Jakarta: EGC; 2012. hlm. 779 + 41.

Launardo AV, Afifudin A, Syamsu N, Taufik R. Kelainan Refraksi Pada Anak Usia 3 – 6 Tahun di Kecamatan Tallo Kota Makassar. Progr Pasca Sarj Univ Hasanudin. 2011;

Handayani - Ariestanti, Supradnya - Anom, I G.N, Pemayun - Dewayani. Characteristic of Patients with refractive Disorder at Eye Clinic of Sanglah general Hospital Denpasar, Bali-Indonesia. Bali Med J. 2012;1(3):101–7.

Syafi’in, Wibowo A. Pengaruh Pemberian Kacamata Koreksi pada Penderita Miopia terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 34 Surabaya. Biometrika dan Kependud. 2013;2:82–7.

WHO. Visual impairment and blindness. World Health Organization; 2014 [diunduh 2015 Jan 22]. Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/

Anma AM, Jaelani A. Kebiasaan yang Bisa Menyebabkan Kejadian Rabun Jauh di Poliklinik mata RSUD Kota Baubau. J Med Surg Nurs. 2014;1(1):11–4.

Riset Kesehatan Dasar 2013. Diabetes Mellitus. Jakarta; 2013.hlm. 87-90.

Komariah C, A NW. Hubungan Status Refraksi , dengan Kebiasaan Membaca , Aktivitas di Depan Komputer , dan Status Refraksi Orang Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar. J Kedokt Brawijaya. 2014;28(2):137–40.

Opubiri I, Adio A, Emmanuel M. Refractive error pattern of children in South-South Nigeria A tertiary hospital study. Sky J Med Med Sci. 2013;1(3):10–4.

Tiharyo I, Gunawan W, Suhardjo. Pertambahan Miopia pada Anak Sekolah Dasar Daerah Perkotaan dan Pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. J Oftalmol Indones. 2008;6(2):8.

Rosy,Galih. Periodisasi pertumbuhan dan perkembangan manusia. 2009 [diunduh 2015 Jan 20]. Tersedia dari: https://rosy46nelli.wordpress.com/2009/11/22/periodisasi-pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia/




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v0i0.1448

Flag Counter    Â