Kajian Jasa Ekosistem Budaya dan Spiritual di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Maghfira Bilqis

Abstract


Abstract. According to Rendra (2016), the Riau Islands borders Malaysia, Singapore and Vietnam. This resulted in the ongoing flow of migration, assimilation and cultural integration. Raising the title of the Study of Cultural and Spiritual Ecosystem Services in Tanjungpinang City is because services (provision of services), especially cultural and spiritual ecosystems, have begun to be felt lately, no longer felt fully by some people in the city of Tanjungpinang. So, this research is needed to see whether the cultural and spiritual ecosystem services in Tanjungpinang City until now have fulfilled the service well or not well and also this research has never been done. Each classification of ecosystem services has been carried out research by experts or researchers, but for cultural and spiritual ecosystem services have never been specifically studied. In accordance with the problems that have been formulated, the purpose of this research study is carried out, namely: compiling cultural and spiritual ecosystem services in Tanjungpinang City, Riau Islands; and compile the development of cultural and spiritual ecosystem services for cultural tourism areas in Tanjungpinang City, Riau Islands. The results of this study are urban villages that have cultural and spiritual ecosystem services that are already good enough in the development of cultural tourism, namely Air Raja Village; Melayu Kota Plate; Tanjungpinang City; Senggarang; and Bugis Village. Whereas the kelurahan has cultural and spiritual ecosystem services that have not been good in the development of cultural tourism, namely East Tanjungpinang Village; Cambodia; and Batu Sembilan and cultural and spiritual ecosystem services after being analyzed for the development of cultural tourism supported by infrastructure and land use as a whole that is already quite good, namely the Air Raja Village; Stingers; Melayu Kota Plate; Tanjung Unggat; Tanjungpinang City; and Senggarang. Whereas cultural and spiritual ecosystem services after being analyzed for the development of cultural tourism are supported by infrastructure and overall land use which are not yet good enough and require changes, namely Dompak; West Tanjungpinang; Batu Sembilan; Bugis Village; Kampung Bulang; and Cambodia.

Keywords: ecosystem services, cultural and spiritual services and cultural tourism


Abstrak. Menurut Rendra (2016), bahwasannya Kepulauan Riau berbatasan dengan Negara Malaysia, Singapura dan Vietnam. Hal ini mengakibatkan berlangsungnya arus migrasi, asimilasi dan perpaduan budaya. Mengangkat judul Kajian Jasa Ekosistem Budaya Dan Spiritual Di Kota Tanjungpinang ini dikarenakan jasa (penyediaan pelayanan) ekosistem khususnya budaya dan spiritual akhir-akhir ini sudah mulai terasa tidak lagi dirasakan penuh oleh sebagian masyarakat Kota Tanjungpinang. Maka, diperlukan adanya penelitian tersebut untuk melihat apakah jasa ekosistem budaya dan spiritual di Kota Tanjungpinang hingga saat ini sudah memenuhi pelayanan dengan baik atau belum baik dan juga penelitian ini belum ada yang pernah dilakukan. Masing-masing klasifikasi jasa ekosistem tersebut sudah pernah dilakukan penelitian oleh para ahli atau peneliti, tetapi untuk jasa ekosistem kebudayaan dan spiritual belum pernah diteliti secara khusus. Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari dilakukan studi penelitian ini, yaitu: menyusun jasa ekosistem budaya dan spiritual di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau; dan menyusun pengembangan jasa ekosistem budaya dan spiritual terhadap kawasan pariwisata budaya yang ada di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Adapun hasil dari penelitian ini adalah kelurahan yang memiliki jasa ekosistem budaya dan spiritual yang sudah cukup baik dalam pengembangan pariwisata budaya, yaitu Kelurahan Air Raja; Melayu Kota Piring; Tanjungpinang Kota; Senggarang; dan Kampung Bugis. Sedangkan kelurahan yang memiliki jasa ekosistem budaya dan spiritual yang belum baik dalam pengembangan pariwisata budaya, yaitu Kelurahan Tanjungpinang Timur; Kamboja; dan Batu Sembilan dan jasa ekosistem budaya dan spiritual setelah dianalisiskan terhadap pengembangan pariwisata budaya yang didukung oleh infrastruktur dan penggunaan lahan secara keseluruhan yang sudah cukup baik, yaitu Kelurahan Air Raja; Penyengat; Melayu Kota Piring; Tanjung Unggat; Tanjungpinang Kota; dan Senggarang. Sedangkan jasa ekosistem budaya dan spiritual setelah dianalisiskan terhadap pengembangan pariwisata budaya yang didukung oleh infrastruktur dan penggunaan lahan secara keseluruhan yang belum cukup baik dan diharuskan adanya perubahan, yaitu Dompak; Tanjungpinang Barat; Batu Sembilan; Kampung Bugis; Kampung Bulang; dan Kamboja.

Kata kunci: jasa ekosistem, jasa budaya dan spiritual dan pariwisata budaya.



Keywords


jasa ekosistem, jasa budaya dan spiritual dan pariwisata budaya.

Full Text:

PDF

References


Al-Qur’an dan Tafsir Online. 2015. Surah Al-Hujurat Ayat 13. Di akses 16 Maret 2018, https://tafsirq.com/49-al-hujurat/ayat-13#diskusi.

Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang. 2017. KCDA Kota Tanjungpinang. BPS, Tanjungpinang.

Dermawan. 2004. Teknik Analisis. Diakses 25 Maret 2018, https://oldlms.unhas.ac.id/claroline/backends/download.php?url=L01ldG9kZV9QZW5lbGl0aWFuL0JhYl83X1RFS05JS19BTkFMSVNJUy5wZGY%3D&cidReset=true&cidReq=330D5202.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang. 2017. Dokumen Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa Ekosistem. DLH, Tanjungpinang.

Dwi Indrayanti, dkk. 2015. Penilaian Jasa Ekosistem Mangrove di Teluk Blanakan Kabupaten Subang (valuation of mangrove ecosystem services in blanakan bay, sunbang). Diakses 9 April 2018,https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=jasa+eko sistem&btnG=.

Jariyah Nur Ainun. 2018. Daya Dukung Lahan Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (Khdtk) Gombong. Diakses 11 Januari 2019, file:///C:/Users/user/Downloads/4477-18433-3-PB.pdf.

Julfiah dkk. 2013. Daya Dukung Lahan Sawah Di DAS Jeneberang Hulu Berbasis Spasial. Diakses 11 Januari 2019, http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ef25bcdadef1e723c81d24947077aa06.pdf.

Jumardi Damis. 2017. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Lingkungan Perairan Terhadap Pengembangan Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cottonii Di Pesisir Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang. Diakses 11 Januari 2019, http://ojs.unm.ac.id/ptp/article/view/6229.

Musthofa. 2014. Definisi Dari Teori dan Kerangka Berfikir. Di akses 20 Maret 2018, https://saifedia.blogspot.co.id/2014/08/definisi-dari teori-dan-kerangka.html.

Muta’ali, Lutfi. 2012. Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah. Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Muhlisin dkk. 2015. Daya Dukung Lingkungan Dalam Pengembangan Pusat Inovasi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Pi-Umkm) Peternakan Domba Kambing Di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Diakses 11 Januari 2019, file:///C:/Users/user/Downloads/101-1-191-1-10-20151220.pdf.

Nabila Yasi dkk. 2017. Analisis Penentuan Daya Dukung Lingkungan Di Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus: Sungai Gelis, Kabupaten Kudus). Diakses 11 Januari 2019, https://media.neliti.com/media/publications/142843-ID-analisis-penentuan-daya-dukung-lingkunga.pdf.

Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah. 2015. RIPPARDA Kota Tanjungpinang. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,Tanjungpinang.

Rendra. 2016. Kebudayaan dan Adat-istiadat Melayu Kepulauan Riau. Di akses 16 Maret 2018, https://hangtuahnews.co.id/kebudayaan-dan-adat-istiadat-melayu-kepulauan-riau/.

Team Penyusun. 2014. Modul Praktikum Perpetaan. Laboratorium Perpetaan Teknik Planologi Unisba, Bandung.

Widiatmaka dkk. 2015. Daya Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Diakses 11 Januari 2019, https://jurnal.ugm.ac.id/JML/article/view/18749/12066.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/pwk.v0i0.16036

Flag Counter   Â