Pedagang Kaki Lima 180o dalam “PKL Kontroversi Kota dan Solusi Bersamaâ€

Muhammad Roby Iskandar

Abstract


Abstract. "Wait a minute, there is a Tibum officer. I have to be unseen." An Obsolete diorama are keep spinning around as long as the author knows "Tibum", quite far from white and red uniform. The presence of PKL in the big cities is often identified as social illness pathology. Its existence is considered to disturb the aesthetics of the city, public order, and even violate the rights of other road users. Whereas a number of research prove that they are the pole of this nation's economy, especially when this country hit by crises, in-between in 1998. Nowadays, a group of organic intellectuals called Komune Rakapare try to lift up the prestige also the degree of PKL through the media superiority. An alternative channel which defeature all about obsolescent views of PKL. This resistance spread wisely not only for the audience which affected by PKL stigma, but also for bureaucratic tables in order to reconsider policy. This research intended for viewing why, how, and what the results of resistance are. With qualitative research methods, specifically Van Djik's Critical Discourse Analysis approach, the author tries to analyze the booklet "PKL Kontroversi Kota and Solusi Bersama" which is made by Komune Rakapare as a form of resistance for the audience which affected by PKL stigma. Furthermore, the author also intends to promote the implications of such alternative media in the social sphere of contemporary society. Komune Rakapare itself, is a youth organization. The goals of each movement are to "overcome the grassroots problems of motherland by initiating the change at once." The output of their activities is usually in the form of interpretation which is published to the public. Eventually, this research wants to reveal the meaning and certain ideology of Komune Rakapare for the stigma of the audience towards the presence of PKL, especially in Bandung.

Keywords: Critical Discourse Analysis, Hegemony, Stigma, PKL, Alternative Media.

 

Abstrak. “Sebentar ya dik, ada petugas Tibum. Mamang sembunyi dulu.†Diorama usang dan terus berulang sedari penulis kenal kata “Tibumâ€, jauh ketika berseragam putih-merah. Kehadiran Pedagang Kaki Lima di kota-kota besar memang kerap diidentifikasikan sebagai patologi sosial. Kehadirannya dianggap mengganggu estetika kota, ketertiban umum bahkan melanggar hak pengguna jalan lain. Padahal sejumlah penelitian membuktikan mereka adalah tonggak perekonomian bangsa ini kala dilanda sejumlah krisis, salah satunya di tahun 1998. Kekinian, sekelompok intelektual organik bernama Komune Rakapare mencoba mengangkat harkat derajat PKL via kedigdayaan media. Saluran alternatif ini setidaknya memutarbalikan segala pandangan usang ihwal PKL. Resistensi ini melayang tidak hanya untuk khalayak yang terhegemoni stigma, melainkan ke meja-meja birokrasi untuk kembali menimbang segala kebijakan. Penelitian ini ditujukan guna menilik mengapa, bagaimana, dan apa hasil resistensi tersebut. Dengan metode penelitian kualitatif, spesifiknya pendekatan Analisis Wacana Kritis milik Van Djik, penulis mencoba membedah buklet “PKL Kontroversi Kota dan Solusi Bersama†besutan Komune Rakapare demi menelaah perlawanannya terhadap stigma khalayak ihwal PKL. Tentunya, penulis juga berniat untuk mengangkat implikasi media alternatif tersebut dalam lingkup sosial masyarakat kekinian. Komune Rakapare sendiri, merupakan sebuah organisasi kepemudaan. Adapun tujuan setiap pergerakan mereka adalah “mengatasi berbagai permasalahan akar rumput ibu pertiwi dengan turun langsung memulai perubahan itu sendiri.†Output dari hasil kegiatan mereka biasanya berupa kajian yang dipublikasikan kepada masyarakat. Penelitian ini pada akhirnya ingin mengungkap makna dan ideologi tertentu dari Komune Rakapare atas stigma khalayak terhadap kehadiran PKL khususnya di Kota Bandung.

Kata Kunci: Analisis Wacana Kritis, Hegemoni, Stigma, Pedagang Kaki Lima, Media Alternatif.


Keywords


Analisis Wacana Kritis, Hegemoni, Stigma, Pedagang Kaki Lima, Media Alternatif

Full Text:

PDF

References


Asiyah, Udji. 2012. “Pedagang Kaki Lima Membandel di Jawa Timurâ€, dalam Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan Politik Vol 25, No. 1, 2012 (hal. 47-55).

Eriyanto. 2000. Analisis Wacana: Pengantar Pengenalan Untuk Analisis Teks Media. Jakarta.

Hanggoro, Hendaru Tri. Dalam Historia.id. 29 Maret 2013. “Mula Pedagang Kaki Lima†http://historia.id/kota/mula-pedagang-kaki-lima. Tanggal akses 12 Januari 2016.

Ibrahim, Idi Subandy, Bachruddin A. Akhmad. 2014. Komunikasi dan Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Liauw, Gasper. 2015. Administrasi Pembangunan: Studi Kajian PKL. Bandung: PT. Refika Aditama.

Maryani, Eni. 2011. Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio Komunitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Wicaksono, Kristian Widya, Tutik Rachmawati. 2015. “Implementasi Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima†Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.




DOI: http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.10223

Flag Counter   Â